Faraz mendapatkan telpon dari nomor asing dan ia pun mengabaikan nya, namun ponsel yg terus bergetar cukup menganggu ia yg sedang belajar ilmu tasawuf bersama ayahnya.
"Mungkin penting, angkat saja dulu" ujar sang ayah. Faraz pun mengangkat telpon nya.
"Halo, ini aku. Aku hanya ingin mengembalikan uang mu, kemana aku harus mengantar nya?"
Faraz mengernyit sambil melihat layar ponsel nya dan ia baru teringat pada Maria.
"Bagaimana keadaan mu?" justru pertanyaan itu yg muncul dalam benak nya mengingat Maria yg tampak pucat tadi siang
"Haruskah aku mengantar nya kerumah mu? Kirimkan alamat mu!"
Faraz memijit pelipisnya, entah kenapa gadis itu benar benar keras kepala dan kasar. Kenapa gadis itu terus mempermasalahkan uang yg hanya beberapa ratus ribu.
"Begini saja, jika kau bertemu seseorang di jalan, berikan saja uang itu, anggap saja sedekah"
"Maksudnya?"
"Di luar sana, banyak yg membutuhkan uang, jadi jika kau tak ingin menerima uangnya, berikan saja pada yg membutuhkan"
Setelah itu, Faraz memutuskan sambungan telepon nya dan kembali fokus pada pelajarannya.
"Siapa, Faraz? Kenapa terlihat kesal?" tanya ayahnya sembari membuka lembaran kitab yg di pegang nya
"Entalah, Bi. Gadis aneh, bukannya makasih sudah di tolongin, malah sombongnya minta ampun, selain itu dia bilang dzikir itu mantra dan engga tahu apa itu muhrim"
"Mungkin dia non muslim"
"Tapi masak se engga tahu itu tentang agama lain? Kayak orang engga beragama aja"
"Engga boleh menghakimi orang seperti itu, Faraz. Sudah lupakan itu, sebaiknya kita lanjutkan pembahasan tadi"
.
.
.
Neneknya Amar, atau yg biasa di kenal Granny Amy memaksa Amar ikut dengan nya untuk menemui Dokter Gea, membuat Amar benar benar kesal hingga darah nya terasa naik ke ubun ubun, walaupun begitu, ia tak bisa menolak permintaan wanita tua yg telah merawatnya sejak kecil.
Entah untuk apa Granny Amy ingin menemui Dokter Gea lagi.
Sesampainya dirumah sakit tempat Dokter Gea bekerja, kedua nya segera bergegas menemui Dokter Gea di ruangan nya.
Saat kedua nya masuk, Amar di kejutkan dengan orang yg selama ini menjadi penghuni benak nya.
"Apa dia juga pasien? Gangguan mental apa yg dia miliki?"
"Halo Dokter Gea" Granny Amy menyapa dengan ramah dan Dokter Gea pun menyambut nya.
"Apa kabar Granny? Bagaiamana liburannya di kampung halaman?"
"Sangat menyenangkan. Oh ya, siapa gadis cantik ini? Apa kah dia pasien mu?"
"Tidak, Nyonya. Saya mahasiswi psychology. Perkenalkan, nama Saya Maryam"
"Sial, dia psikolog?" Entah kenapa Amar mengumpat mendapati fakta itu. Atau mungkinkah ia takut bertemu seorang psikolog yg pasti bisa mengetahui bahwa mentalnya tidak baik baik saja.
Granny menyambut Maryam yg mengulurkan tangan nya.
"Semoga kau sukses, Nak" ucap Granny.
"Terima kasih, saya permisi. Dokter Gea, terimakasih banyak atas waktunya, ini sangat membantu"
"Tidak masalah, Maryam. Kau bisa menghubungiku kapanpun jika kau butuh bantuan"
Setelah Maryam dan Dokter Gea bersalaman, gadis itu pun bergegas keluar dan hanya melirik Amar sekilas, menyunggingkan senyum ramahnya seperti biasa sebelum akhirnya benar benar meninggalkan ruangan itu.
"Jadi, apa yg bisa aku bantu, Granny?" tanya Dokter Gea sembari mempersilahkan Amar dan Granny untuk duduk.
"Aku hanya ingin tahu, sampai dimana perkembangan cucuku, aku berada di Pakistan sudah 3-4 bulan. Aku khawatir dengan cucuku"
"Come on, Granny. Aku bukan lagi anak kecil yg seolah Granny melihat perkembangan ku di seolah TK"
Neneknya itu tak memperdulikan Amar yg terus menggerutu.
"Dia masih sama, Granny. Tapi aku yakin dia akan segera membaik dan kebiasaan buruknya itu akan hilang, karena sudah ada seberkas cahaya yg berhasil menembus hati nya"
"MAKSUD NYA?" tanpa di duga, Amar dan Granny bertanya bersamaan, membuat Dokter Gea terkekeh.
"Gadis yg tadi, Amar. Itu bukan pertama kali nya kamu melihat nya kan?" Amar enggan menjawab, dia hanya bisa menghindari tatapan Dokter Gea "Saat menatap nya pun tatapan arogan mu tak berlaku pada nya. There is something something, right? "
"Absolutely nothing, dan tentu aku tidak menatap nya dengan arogan karena dia bukan musuh ku"
"Tentu, karena dia..."
"Permisi..." ucap Amar memotong pembicraan Dokter Gea karena tiba tiba ponsel nya bergetar "Granny, aku harus kembali ke kantor, aku akan menyuruh orang untuk menjemput mu nanti" tutur Amar
"Tidak perlu, aku akan mengantar Granny, sekalian kita makan siang nanti" sambung Dokter Gea.
"Baiklah, aku pergi dulu" ucap Amar dan ia pun bergegas keluar.
Di perjalanan, ia masih memikirkan Maryam, dia hanya seorang pelayan, tapi kuliah psychology di kampus elit seperti Parrish University?
Amar fikir mungkin Maryam mendapatkan beasiswa. Kasian juga gadis itu, kalau harus bekerja di samping sambil berkuliah. Fikir nya.
"Bobby..."
"Ya, Tuan?"
"Cari tahu semua informasi mahasiswi yg bernama Maryam, dia kuliah di Parrish University dan juga bekerja paruh waktu di Zahra Resto"
"Nama belakang nya, Tuan? Biar mudah mencarinya"
"Kalau aku tahu aku engga akan nyuruh kamu mencari informasi tentang nya" jawab Amar dingin yg membuat Bobby hanya bisa menelan ludah dan menganggu pelan.
.
.
.
Maria menjatuhkan tubuh letihnya di sebuah kusrsi yg ada di pinggir jalan, entah kemana lagi ia harus mencari pekerjaan. Sementara uang nya semakin hari semakin menipis. Merasa kepanasan dan kehausan, Maria mengibaskan map yg berisi cv nya itu di depan wajahnya.
"Seandainya aku mati saja bersama Mom" gummanya yg sudah hampir menyerah
"Berharap kematian itu dosa, Nona"
"Ah..." Maria di kejutkan oleh suara berat yg sangat tidak asing itu.
"Entah kenapa aku selalu bertemu dengan nya"
"Kau mencari pekerjaan?"
"Tidak"
"Aku melihat my di kantor teman ku tadi"
Maria memicingkan matanya, menatap penuh curiga pada pria di samping nya ini.
"Kau mengikuti ku?"
"Aku tidak akan buang buang waktu untuk itu, tadi kebetulan aku melihat mu di sini setelah dari kantor teman ku. Anyway, kalau kamu mau bekerja dengan ku..."
"Tidak, terima kasih" Maria menyela dengan cepat, entah kenapa setiap kali ia membutuhkan pertolongan, selalu saja pria asing itu yg selalu muncul, ataukah pria itu memang mengikuti nya?
"Padahal gaji nya lumayan, belum termasuk bonus perbulan, pekerjaan nya pun ringan, tidak akan mengganggu jam kuliah mu"
Maria semakin menatap curiga pria yg tak lain adalah Sarfaraz itu.
"Bagaimana kau tahu aku masih kuliah?"
"Apa kau lupa dimana pertama kali kita bertemu?"
Maria mengingat pertemuannya dengan Faraz yg tentu saja di kampus nya.
"Tapi pekerjaan apa?"
"Menjadi asisten pribadi ku"
"Apa pekerjaan mu?"
"Arsitek"
"Aku rasa itu bukan bidang ku"
"Tidak masalah, lagi pula ini bukan pekerjaan permanen mu, kan?"
Maria berfikir sejenak, saat ini yg ia butuhkan adalah uang, apapun pekerjaan nya seharusnya ia tak peduli.
"Baiklah" ucapnya pada akhirnya "Kemana aku harus menyerah kan cv ku?"
"Tidak perlu, aku akan mengirimkan alamat kantor ku, datang lah besok kesana dan katakana kau ada janji dengan Sarfaraz"
"Apa itu kau?" Sarfaraz terkekeh, ia bahkan lupa memberi tahu nama ya pada Maria bahkan setelah beberapa kali bertemu.
"Iya, aku Sarfaraz" jawab nya.
Dan selama perbincangan itu terjadi, Faraz yg berdiri di samping Maria tak sedikit pun menatap Maria, sementara Maria terus menatap nya.
"Dan satu hal lagi, Nona Maria..."
"Maria saja, nama ku Maria Genelia"
"Ehm baiklah, Maria. Datang lah dengan penampilan yg lebih sopan"
Maria menatap dirinya sendiri, ia sudah berpakaian sangat sopan. Rambutnya di ikat ala ekor kuda, ia memakai kemeja biru dengan lengan panjang yg ia lipat hingga siku, dan rok dengan panjang di bawah lututnya, high heels 5 cm itu pun semakin menyempurnakan penampilannya.
"Memang ada yg salah dengan penampilan ku?"
"Tidak bagi sebagian orang, dan masalah besar bagi sebagian yg lain nya"
"Benar benar sok suci. Yg penting be kerja dulu deh"
"Baiklah, Tuan Sarfaraz. Jadi aku harus berpakaian seperti apa?"
"Yg tidak pendek dan tidak ketat"
Maria membuka mulutnya dan memutar bola matanya, ia masih tak mengerti, tapi itu ia akan urus nanti dan meminta bantuan pada Hira.
"Em baiklah"
"Sampai bertemu besok, Maria"
.
.
.
"Gila, kamu benci dia cuma cuma gara gara engga mau di ajak shake hand?"
Tanya Hira sambil memilih beberapa kemeja lengan panjang dan rok untuk di coba oleh Maria, bersyukurlah meskipun Hira bukan seorang Muslim, tapi dia masih punya beberapa pakaian tertutup.
"Ya kesan nya kayak sok suci gitu"
"Ya engga lah, semua orang kan punya prinsip nya masing masing, Maria. Terutama dalam beragama, kita harus saling menghargai"
"Apa itu engga berlebihan?" Hira menggeleng kemudian menyerah kan beberapa pakaian nya pada Maria.
"Emang nya kamu engga punya baju panjang dan tertutup?"
"Punya, beberapa. Tapi yaa lebih banyak baju pendek, karena simple dan nyaman pakai nya. Engga panas lagi"
"Tunggu, tadi siapa nama nya?"
"Sarfaraz, dia seorang arsitek"
"Sarfaraz? Jangan jangan dia..." gumam Hira kemudian mengambil laptop nya, dan di mesin pencarian Google dia menuliskan nama Sarfaraz Yusuf "Apa dia orang nya?" tanya Hira sambil menunujukan layar laptop nya yg terpampang foto Sarfaraz pada Maria.
"Ha betul betul... Tapi kenapa dia ada di Google?"
"Astaga, Maria. Dia itu lumayan terkenal, apa lagi beberapa orang terkenal seperti Amar Degazi menggunakan jasanya sebagai arsitek. Dia cukup baru di dunia bisnis nya tapi sudah menarik banyak kalangan, dan yg lebih wow nya lagi, dia seorang Hafiz sejak kecil"
"Seorang apa?" tanya Maria tak mengerti sambil menggeser kursor di laptop nya dan melihat beberapa foto Sarfaraz yg ternyata cukup ah ralat, sangat, sangat tampan.
"Hafiz, dia bisa menghafal kitab suci agamanya sebelum usianya 10 tahun.
"Semua orang bisa menghafal kitab sucinya kan? Apanya yg istimewa dari itu?"
"Tentu saja engga semua orang bisa, dan dia dari keluarga yg sangat religious, keluarga besar nya memikiki yayasan untuk belajar ilmu agama"
"Oh, pantas"
"Iya, jadi jangan judge orang cuma karena satu hal. Oh ya, bawa aja tuh yg mana aja yg cocok"
.
.
.
Dengan bodohnya, Amar malah dengan sengaja datang ke Zahra Resto lagi, hanya untuk melihat Maryam. Ia sangat penasaran siapa gadis cantik itu yg menarik perhatian nya padahal hanya tiga kali bertemu.
Apa lagi Maryam yg kuliah di kampus elit, jurusan psikolog, dan cuma seorang pelayan?
Amar yakin gadis itu tak hanya cantik tapi juga pintar, dan mungkin ia kuliah dengan beasiswa. Jika itu benar, Amar siap membantu gadis itu.
"Mau pesan apa, Tuan?" tanya seorang pelayan yg juga berpenampilan muslim, dari yg Amar lihat, semua pelayan di Resto itu adalah seorang wanita dan semua nya mengenakan hijab dan tampak masih muda.
Amar membuka menu, memilih beberapa menu dan memesan nya, pelayan itu pun segera mencatatnya dan meminta Amar menunggu sebentar.
Selagi menunggu pesanannya, Amar celingukan ke setiap sudut Resto yg sebenarnya sangat sederhana itu, ia mencari keberadaan gadis psychology itu.
Dan kemudian pesanannya pun datang, namun Amar masih tak melihat batang hidung gadis yg ia cari.
Ia pun segera menikmati makanan nya karena harus segera kembali ke kantor.
Setelah selesai, ia memanggil pelayan meminta bill nya.
Gotcha! Yg muncul adalah alasan kenapa ia datang.
Maryam menyerahkan bill pada Amar, dan Amar membayar lebih.
"Itu tips mu" ucap Amar yg membuat Maryam tercengang.
"Tips?" fikirnya, karena selama ini, hanya pegawainya lah yg mendapatkan tips, bukan dia.
"Tuan, yg melayani mu sejak tadi bukan saya"
"Tidak masalah, itu untuk mu. Oh ya, tadi kita sempat bertemu. Saya Amar" Amar mengulurkan tangannya hendak berkenalan. Namun bukan nya menyambut uluran tangan Amar, Maryam malah mengangkat tangan nya dan mendekatkan nya ke dahi, memberikan salam ala Pakistani dan mengucapkan "Assalamualaikum" Membuat Amar tercengang tak mengerti dan bahkan tak menjawab salam Maryam.
"Bukankah anda Pakistani?" tanya Maryam yg melihat Amar hanya diam "Dan saya tahu Anda Amar Degazi, memang siapa yg tak mengenal Anda" lanjut nya di barengi senyum ramah dan mata yg berbinar. Dan tentu, lagi dan lagi itu seperti mantra pemikat bagi Amar.
"Ah... Ya" Amar segera menarik tangannya dan ia terlihat salah tingkah "Tapi aku tinggal di Indonesia jadi aku akan bersalaman ala Indonesia"
"Sejujurnya, saya tidak bisa bersentuhan dengan mu, Tuan. Jadi saya fikir memberi salam khas negara asal mu itu lebih baik, semoga kau tidak tersinggung"
"Sial, bodoh kau, Amar! Gadis psychology ini berbeda seperti nya"
"Tidak sama sekali, Maryam" ucap Amar.
"Baiklah, emm terima kasih tips nya, semoga hari mu menyenangkan. Selamat siang Tuan Degazi"
Setelah mengucapkan itu, Maryam segera kembali ke belakang dengan menahan tawa geli.
"Ada apa, Neng? Kok ketawa gitu?" tanya salah satu pegawainya yg bernama Nia.
"Aku di kasih tips, dua ratus ribu" ucap Maryam kemudian tertawa, bukan menertawakan uang nya, tapi menertawakan dirinya sendiri karena selama tiga tahun ia dan umminya menjalankan Resto sederhana ini, baru kali ini ia mendapatkan uang tips.
"Wah, kurang ajar orang itu. Neng Maryam di kira pelayan" seru Nia kesal "Siapa orang nya, Neng? Biar Nia kasih tahu kalau Neng bukan pelayan tapi owner. Meskipun kadang kadang Neng Maryam membantu melayani pengunjung bukan berarti Neng itu pelayan"
"Ada apa ribut ribut?" tanya umminya yg melihat Nia yg tampak kesal.
"Ini lho, Ummi Zahra. Neng Maryam di kira pelayan sama orang, di kasih tips" bukannya tersinggung, ibunya itu malah ikut tertawa geli.
"Oh ya? Berapa?"
"200 ribu, Ummi" jawab Maryam sembari menunjukan dua lembar uang kertas itu.
"Wah lumayan lho, 200 ribu bisa buat makan dua orang di Resto ini" balas ibu nya.
"Ini, buat kamu aja, Nia. Buat tambah uang jajan"
"Wah, beneran nih?" tanya Nia girang.
"Ye... Tadi aja marah marah, sekarang girang" celetuk Maryam yg membuat Nia cengengesan.
"Ya kan lumayan, Neng" jawab Nia.
"Maryam ada kelas tambahan siang ini, Ummi. Maryam ke kampus dulu ya" tutur Maryam setelah memberikan uang itu pada Nia, kemudian ia mengambil ransel nya dan mencium tangan Ummi nya.
"Maryam pergi dulu, Assalamualaikum"
"Waalaikum salam, Nak. Hati hati"
▫️▫️▫️
Tbc...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Siti Brtampubolon
love cerita nya thor👍
2023-12-20
0
💫R𝓮𝓪lme🦋💞
kapan visualnya muncul sih🙈🙈
2022-10-21
0
Ida Lailamajenun
faraz ma Maryam lentera bagi Maria dan amar.inget cerita othor lentera Don Gabriel..
othor klu bikin cerita suka bgt,alurnya ngelempeng org" yg belum faham agama ato gk kenal tuhan jadi beriman.kereen Thor 👍👍
2022-10-16
0