Tak lama kemudian, Hanan pun datang. Semua siswa dan siswi nya memberi salam dengan sopan. Setiap pelajaran agama, pasti selalu membaca Asmaul Husna bersama dan setelahnya Hanan memulai pengasenan dan pembelajaran. Zahra yang tidak terlalu memperhatikan dan melamun tidak tersadar bahwa namanya telah di panggil.
"Zahra.." panggil Fany sambil melirik ke arah meja guru.
"Hadir pak 5" ucapnya dengan nada yang malasnya.
"Zahra, hari ini kamu piket, silahkan ambil buku di perpustakaan" ucap Hanan sambil membuka buku paket yang dibawanya.
"Iya pak" jawabnya dan langsung berdiri meninggalkan kelas.
Zahra keluar dengan malasnya. Langkahnya pelan hingga di tarik oleh Fany yang setia menemaninya mengambil buku di perpustakaan yang cukup lumayan jauh.
"Jalan yang cepet dong, ntar dimarahin sama pak Hanan" ucap Fany sambil menggandeng lengannya.
Zahra mencoba melepaskan tangan Fany. "Ishh.. apaan si, kaga usah narik-narik kan bisa, sakit tau tangan gue" keluhnya.
"Ya maap, lagian kenapa si, setiap berangkat sekolah selalu aja males, mending kaga usah sekolah kan gampang" Fany melepaskan tangannya.
"Gampang, gampang pala Lo pe*ng, Lo si iya ngomongnya gampang, gue yang ngejalaninnya susah" keluh Zahra lagi.
"Dih lah terus kenapa, kepala Lo masih pusing?" tanya Fany dengan ketus.
"Nggak Fan, udah mendingan kok" jawabnya lembut karena malas terus ditanyai seperti seorang selebriti yang sedang diwawancarai oleh wartawan.
"Dih ngapain kalau jadwal gue piket selalu dia inget, gue murid apaan si, padahal guru yang lainnya juga kagak.. Aaarrrrggghhh.. nyebelin banget si" gumam Zahra dalam hatinya sambil berjalan mendahului Fany.
"Eh malah di tinggal, dasar anak aneh." gerutu Fany sambil berjalan menyusulnya.
Setelah mereka mengambil buku paket, mereka langsung kembali ke kelas. Zahra meletakkan buku paketnya di meja dekat pintu lalu mengambil satu untuknya sendiri dan langsung duduk di tempatnya. Hanan yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya.
"Fany berhenti, biar Zahra yang membagikannya, saya menyuruh Zahra bukan kamu" perintah Hanan kepada Fany yang sedang membagikan buku paket tersebut.
Fany pun berhenti dan duduk di bangkunya, sedangkan Zahra memutar bola matanya malas, menghentakkan kakinya kemudian pergi untuk membagikan bukunya hingga buku yang terakhir sampai di teman-temannya dan setelahnya Zahra kembali ke tempat duduknya setelah selesai membagikan namun langkahnya terhenti karena Hanan kembali memanggilnya.
"Zahra" panggilnya singkat.
"Kenapa lagi pak, saya sudah mengambilkannya, dan sudah membagikannya sesuai dengan keinginan bapak. Sekarang apa lagi pak, apakah saya perlu berdiri lagi di lapangan hingga pingsan" ucapnya dengan menahan rasa kesal yang terpendam dalam hatinya.
"Sebenarnya kamu ikhlas atau tidak. Ini semua sudah menjadi kewajiban kamu sebagai petugas piket, saya hanya menginginkan tugas kamu saja" ucap Hanan sambil mengerutkan dahinya.
"Kenapa bapak harus memerintahkan saya, masih ada banyak anak yang piket hari ini. Apakah hanya nama saya yang ada di otak bapak sekarang ini?" jawab Zahra yang sudah kesal.
Hanan berdiri lalu memandang Zahra dengan wajah marah namun belum sampai ubun-ubunnya.
"Sekarang kamu ikut saya, wudhu dan sholat dan semua anak juga ikut wudhu yang tidak ikut wudhu bisa mengerjakan buku paket halaman 152-156" ucapnya sambil menutup bukunya dengan kasar lalu bergegas menuju ke musholla yang tersedia di sekolahnya.
Zahra memandang teman-teman perempuannya. Dahinya berkerut karena merasa heran dengan teman-teman perempuannya yang masih diam di tempat.
"Kenapa kalian diam, tadi dengar kan kata pak Hanan" tegas Zahra.
"Kami semua sedang berhalangan hari ini" jawab salah satu temannya.
Zahra melongo tidak percaya, melihat sekitar 10 siswi yang tetap duduk di kursinya. Zahra kesal dan menghentakkan kakinya kasar dan langsung keluar dari kelasnya.
"Aaarrrrggghhh menyebalkan sekali, kenapa semua orang berhalangan hari ini, aahhh sial" gumamnya dengan kesal dan menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Zahra berwudhu dan setelahnya langsung masuk ke musholla dan memakai mukena. Zahra duduk sambil membaca Al-Qur'an. Pak Hanan datang dan tersenyum saat melihat Zahra membaca Al-Qur'an.
Seorang siswa mengumandangkan komat, dan pak Hanan sebagai imam. Zahra berdiri setelah komatnya selesai. Mereka sholat dengan khidmat bersama-sama. Seperti biasa Zahra meminta doa setelah menyelesaikan sholatnya.
"Ya Allah, ampunilah dosaku Dan kedua orang tuaku, perlancarlah rezeki mereka ya Allah.. Dan ya Allah apakah engkau tau, pastinya engkau tau bahwa orang yang sekarang jadi imamku ini sangatlah menyebalkan. Kenapa engkau mempertemukan ku dengan guru sepertinya ya Allah. Mengapa dia datang untuk memaksaku ya Allah, tolong bantulah aku agar aku di jauhkan olehnya. Aku mohon ya Allah.. Amin..." ucap doa Zahra dalam hatinya.
"Ya Allah semoga murid yang sekarang menjadi makmum ku ini segera menutup auratnya dan berubah menjadi lebih baik ya Allah, tolong bantulah aku agar dia bisa lebih dekat dengan mu dan bisa masuk di surgamu ya Allah... Amin ya rabbal alamin.." ucap doa Pak Hanan dalam hatinya.
Zahra melipat mukena dan sajadah yang telah di pakainya lalu meletakkan kembali ke tempatnya. Zahra akan keluar dari musholla dan juga pak Hanan, namun mereka menghentikan langkahnya karena saat berpapasan.
"Bapak duluan" ucap Zahra mempersilahkan.
"Kamu duluan, kamu yang lebih muda" jawab Hanan sambil menunjuk pintu.
"Bapak duluan karena yang lebih tua"ucap Zahra lagi.
"Kamu duluan karena wanita selalu di utamakan" jawab Hanan lagi.
"Bapak yang berhak terlebih dahulu karena bapak imam yang selalu di depan wanita" pinta Zahra sekali lagi dengan penuh kesabaran.
"Tetaplah wanita yang didahulukan" jawab Hanan lagi yang sudah membuat Zahra kesal.
Zahra merasa sakit kepala jika harus berdebat dengan guru agama yang menurutnya menyebalkan begitu, hingga ia keluar terlebih dahulu dan langsung berlalu dari musholla.
Zahra di kelas tidak memakai sepatunya lagi, dia sengaja tidak menggunakannya.
"Zahra, pakai sepatu kamu" ucap pak Hanan kemudian saat masuk ke dalam kelasnya.
"Hem... iya pak... tapi jangan saya doang pak, lihat tuh keturunan bapak yang adam-adam juga sama ngga pakai sepatu. Harus di perintahkan juga dong, seakan akan hanya saya yang bersalah dalam hal ini" ucapnya dengan kesal sambil memakai sepatunya dan menunjuk ke arah laki-laki.
Zahra tidak sadar kalau Hanan sudah ada di depannya, lalu ia mendongakkan kepalanya setelah mengikat kedua tali sepatunya. Hanan meletakkan tangannya di meja Zahra dan menatapnya.
"Jika sedang berbicara dengan orang yang lebih tua, harus dengan sikap dan nada bicara yang sopan. Ini bukan sekolah orang tua kamu. Orang tua yang punya sekolah ini pun sikapnya tidak keterlaluan seperti kamu, jadi kamu harus jaga sikap." ancam Hanan dengan suara beratnya.
"Loh iya memang pak, mereka orang punya harus menjaga image mereka, saya orang yang tidak punya jadi bebas mau melakukan apapun, dan yah, belum tentu orang yang punya hatinya tidak sebaik orang miskin" ucap Zahra sambil menatap pak Hanan dan mendekatkan wajahnya.
Zahra langsung menghempaskan pandangannya kasar lalu memperbaiki duduknya dan mulai mengerjakan tugasnya.
Semua orang memandang arah keributan, memandang keributan yang berbeda, tidak seperti keributan layaknya seorang guru dan murid, namun seperti seorang kekasih, itulah yang dipikirkan oleh otak sebelah kiri teman-temannya. Dan otak sebelah kanannya mengatakan tidak mungkin jika mereka adalah sepasang kekasih karena sikap dan sifat nya yang saling berlawanan.
"Sudah jangan di hiraukan, kalian lanjutkan saja tugasnya dan nanti jika sudah selesai kita koreksi bersama" perintah Hanan kepada anak muridnya.
"Baik pak" jawab semua murid kecuali Zahra yang masih acuh.
"sabar ya Zahra, semua guru memang menyebalkan" gumam dalam hatinya dan kembali fokus dalam pelajarannya.
//**//
Detik-detik mulai tumbuh nih...
like,.komen, vote atau apapun aku tunggu.
terimakasih
Salamku
Dewi M
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
bucin_nya lee donghae
inget jaman sekolah 15th yg lalu,jd kngen sama smuanya
2021-06-03
1
Ita Rosita
inget jaman sekolah awalnya biasa z layaknya murid n guru dan entah awlnya dri mna qta bersma mskipun main kucing2n dri tman2 q dan tmn2 gurunya.... sesuatu yg awalnya indah tpi berakhir buruk bahkan menorehkan luka.... semoga selalu bahagia pak guru mantanku.....
2021-06-01
3