Umar masih terus di hantui wajah ayah dan ibunya ketika di hakimi warga dan di masukan ke dalam api yang menyala.
Dadanya serasa sesak menahan marah atas perlakuan warga Kembang Kantil terhadapnya serta kedua orang tuanya.
Umar pun mulai diliputi rasa dendam kepada semua warga yang terlibat atas pembunuhan ayah dan ibunya.
Wajah wajah pembunuh satu persatu nampak jelas dalam ingatanya,lebih lebih kepada para dukun yang terus mempengaruhi warga.Air mata Umar tanpa sadar sudah membanjiri bajunya,sudah hampir sepekan lamanya ia terus menangis.
Musa pun datang menghampiri Umar sambil terus menasehatinya.Musa menyuruh Umar agar ia tak larut dalam kesedihan ,karena masa depanya masih panjang.
Musa pun berkata bahwa Umar harus menjadi anak yang tangguh,setidaknya para pembunuh orang tuanya harus di bikin jera ,agar sekiranya tidak menimpa orang lain.
Umar pun nampak bersemangat ketika Musa menawarkan diri untuk melatih Umar berlatih silat. Seketika Umar menghapus air matanya dan mengajak Musa untuk segera mengajarkan silat kepada ditinya.
Musa tersenyum ,kemudian ia mengajak Umar menuju belakang pondok.Sebuah tempat yang biasa di jadikan tempat berlatih silat para santri Al Hikmah.
Musa memperagakan beberapa gerakan kepada Umar,yang dengan cepat dapat di kuasainya.Karena Umar sendiri juga giat berlatih bersama mendiang ayahnya Kiai Basyori.
Musa pun memuji Umar,karena dengan cepat semua gerakan yang ia ajarkan dapat di kuasai Umar dengan begitu sempurna.Bahkan Umar nampak begitu menikmati semua gerakan yang di ajarkanya.
Bahkan gerakanya sangat bertenaga seperti gerakan ayahnya ,Kiai Sidik Abdullah.Bahkan Musa pun harus berlatih berbulan bulan untuk menyempurnakan gerak silatnya.
Sekali lagi Musa menyuruh Umar kembali mengulang gerakan silat yang telah ia ajarkan dan lebih berkosentrasi.Kali ini Umar pun memperagakan jurus jurus yang Musa ajarkan dengan lebih di hayati dan berkonsentrasi penuh.
Musa memperhatikan semua gerakan Umar dengan seksama,ia kemudian mengambil sebuah batang pohon seukuran lenganya lalu melemparnya dan menyuruh Umar untuk konsentrasi dan memukulnya.
"Dooorrrr,dooorr".
Kayu itu hancur berkeping keping,Musa terbelalak melihat kejadian di depan matanya.Ia menggeleng gelengkan kepalanya karena melihat Umar yang berhasil membuat dahan kayu hancur berantakan.
Musa masih merasa tak percaya melihat Umar yang baru berumur sepuluh tahun bisa menguasai ilmu dasar tenaga dalam hanya dalam satu kali berlatih.Musa pun harus berlatih selama bertahun tahun hanya untuk menyempurnakan gerakan yang di ajarkan ayahnya.
Bahkan untuk menghancurkan sebuah benda ia harus berlatih hampir tiga tahun lamanya.
Musa pun berani bertaruh bahwa Umar akan tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan di segani banyak orang.
Musa menyuruh Umar untuk menyudahi latihanya,dan mengajaknya untuk makan bersama santri santri pondok pesantren Al Hikmah.
Beberapa santri terlihat memandang Umar dengan sinis,beberapa di antara mereka juga terlihat menertawai Umar yang tubuhnya penuh luka.
Para santri mengira bahwa Umar adalah anak yang bandel dan hobi berkelahi ,hingga orang tuanya memasukanya ke dalam pondok.
Umar hanya tertunduk menahan malu sambil berjalan menuju tempat duduknya,Musa pun memasang muka sangar dan memberi isyarat kepada para santri untuk tidak meledek Umar.
Setelah Kiai Sidik masuk,musa pun memimpin doa ,lalu kemudian makan bersama pun di mulai.Umar begitu lahap menyantap makanan tanpa ia sadari ia sudah menambah nasi di piringnya ,sementara santri yang lain baru menghabiskan separuh makananya.
Rupanya Umar sudah hampir sepekan tidak napsu makan ,karena ia terus mengurung diri di dalam kamar,bahkan makanan yang di bawa Musa untuk ia makan kadang sampe basi .
Kiai Sidik nampak begitu gembira melihat Umar makan dengan lahap.
Setelah acara makan selesai Kiai Sidik berdiri dan mengenalkan Umar kepada semua santrinya.Kiai Sidik mulai berbicara.Ia mengucap salam dan para santri menjawabnya.
"Wahai anaku sekalian,kali ini kita kedatangan teman baru ,dia bernama Umar ,ia berasal dari Desa Kembang Kantil,ayah ibunya telah wafat di bunuh secara keji oleh warga kampung karena fitnah.Ayah ibunya di bakar hidup hidup,bahkan Umarpun sudah di lempar ke dalam api.Tapi untunglah Allah masih melindunginya,sehingga ia bisa berada bersama kalian.
Kiai Sidik juga sekalian memberi tausyiah kepada para santrinya ,supaya mereka menjauhi perbuatan fitnah .Karena bahayanya sangat besar baik untuk individu ,atau masyarakat bahkan negara bisa hancur karena adanya fitnah.
Kiai Sidik juga menukil sebuah hadis yang menyebutkan bahwa fitnah lebih kejam dari membunuh.
Maka dari itu anak anaku sekalian kita harus menjauhi perbuatan yang sangat di tentang oleh Allah dan Rosul NYA.
Dan saya berpesan agar para santi mau melindungi Umar ,karena ia kini sebatang kara.
Mendengar kata kata dari Kiai Sidik para santri banyak yang meneteskan air mata,bahkan kini satu persatu santri maju dan memeluk Umar.Umar pun kini ikut berlinang air mata mengingat kembali kejadian yang ia alami.
Musa pun ikut terharu menyaksikan para santri memeluk Umar,mereka juga berjanji akan menganggap umar seperti adik mereka sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
AbhiAgam Al Kautsar
mantap
2021-08-14
0
Mommy Gyo
3 like hadir thor mampir di karyaku cantik tapi berbahaya
2021-07-09
0