Hari ini adalah hari perayaan kelulusan murid kelas 12, setelah beberapa waktu lalu mereka melangsungkan ujian kelulusan, maka tiba lah hari ini, hari dimana pengumuman lulusan terbaik seangkatan akan diberitahukan, terlihat banyak sekali yang datang untuk sekedar menyaksikan ataupun ikut memeriahkan acara kelulusan tersebut.
Terlihat pula semua murid ditemani oleh orang tua ataupun keluarga mereka yang ikut datang. Hanya Gisel yang terlihat duduk sendiri tanpa ditemani oleh siapapun. Sebelumnya dirumah tadi telah terjadi sedikit keributan. Alina bersihkeras menyuruh ayah dan ibu mereka datang bersama Gisel ke acara kelulusan Gisel, tapi kedua orang tuanya menolak, mereka bilang sedang sibuk, jadi tidak ada waktu.
"Pa, ma, Gisel itu juga anak kalian, kenapa sih, kalian tidak bisa meluangkan sedikit saja waktu untuk datang ke acara itu, lagi pula ini acara kelulusan, semua orang tua murid datang, masa kalian tega melihat Gisel duduk sendirian disana." Ucap Alina kesal.
"Alina, kamu juga harus tau sayang, perusahaan papa lebih penting dari pada acara kelulusan anak itu." Balas Devan.
"Anak itu, dia punya nama pa! Namanya Gisel, berhenti memanggilnya anak itu!" Ucap Alina yang bertamah kesal.
"Alina, cukup! Kami ini orang tua kalian, kenapa jadi kalian yang ingin mengatur kami." Ucap Melinda.
"Orang tua, orang tua apa yang tidak bisa meluangkan waktu untuk anaknya, ya sudah lah, terserah kalian, Gis nanti kakak akan kesana, kakak berangkat ke kampus dulu." Ucap Alina pada Gisel, setelah itu dia pun berangkat ke kampus.
Dan akhirnya, Gisel seorang diri duduk di kursi, Alina belum datang, karena di kampus dia harus mengurus beberapa berkasnya, tapi tadi dia sudah berjanji akan datang.
Terlihat banyak mata yang memperhatikan Gisel. Sorot mata mereka seperti mencemooh Gisel, padahal hari ini Gisel terlihat sangat cantik, dan orang dibalik kecantikan Gisel hari ini adalah sang kakak Alina. Orang-orang disana bukan mencemooh Gisel dari penampilannya, melainkan karena dia seorang diri, tidak ada yang menemaninya. Seperti biasa orang-orang itu pasti menemukan hal dari Gisel yang bagus untuk mereka komentari, padahal ini adalah waktu-waktu terakhir mereka bersama, tapi mereka masih saja tidak lelah membully Gisel.
Gisel hanya diam, dia menyimak kegiatan acara pada hari ini. Karena seperti biasa Gisel tidak peduli dengan omongan orang-orang itu. Hingga tidak lama sang kakak Alina tiba disana.
"Acara belum mulaikan?" Tanya Alina pada Gisel sebelum akhirnya dia duduk di kursi yang ada di samping Gisel.
Gisel menoleh kearah sumber suara.
"Belum." Jawabnya singkat.
"Baguslah kalau begitu, aku tidak telat berarti." Ucap Alina.
Lalu kemudian mereka diam kembali. Dan lagi banyak mata yang melihat kearah mereka, Alina terlihat risih dengan pandangan orang-orang itu, lalu sedetik kemudian dia memelototi mereka semua, sehingga membuat orang-orang itu takut.
"Ah, mengerikan sekali, tatapannya benar-benar mendominasi." Begitulah kata orang-orang itu, saat Alina melihat kearah mereka.
Kemudian mereka kembali fokus pada acara itu, tadi disebutkan jika pada saat pembacaan juara umum seangkatan, orang tua dari murid juga ikut naik keatas untuk memberikan sambutan. Sejenak Alina terdiam dan menatap kearah Gisel, dia berpikir bahwa orang tuanya benar-benar keterlaluan. Bagaimana bisa mereka tidak bisa datang di acara yang penting ini.
"Kamu tidak apa kan, kalau kakak yang mengambilnya?" Tanya Alina pada Gisel.
"Iya." Jawab Gisel singkat.
"Orang tua itu benar-benar keterlaluan, sudah kamu jangan bersedih." Ucap Alina yang berusaha menenangkan Gisel yang sebenarnya baik-baik saja. Gisel juga tidak pernah berharap kalau orang tuanya akan datang kemari dan mengambilkannya. Meski begitu, tidak ada rasa sedih sama sekali dihatinya. Gisel hanya diam tidak merespon perkataan Alina.
Dan tidak butuh waktu lama, pengumuman lulusan terbaik pun diumumkan, dan lagi Gisel lah yang mendapat predikat lulusan terbaik seangkatan itu, terdengar tepuk tangan dari orang-orang yang ada di dalam aula. Dan nilai yang diperoleh Gisel pun sangat memuaskan, jadi wajar saja banyak yang tepuk tangan karena merasa kagum pada prestasi Gisel. Tak terkecuali sang kakak Alina, dia langsung memeluk Gisel sambil memberi ucapan selamat. Kemudian mereka berdua pun naik keatas panggung yang sudah disiapkan di aula tersebut.
Gisel disuruh menyampaikan beberapa kata sebagai ucapan terimakasih.
"Halo semua, assalamualaikum, selamat pagi, terimakasih untuk semuanya, wassalamualaikum." Ucap Gisel sangat singkat, bahkan Alina yang ada di sampingnya pun terkekeh mendengarnya.
Alina langsung mengambil alih mic yang Gisel pegang dan mengode Gisel untuk sedikit bergeser.
"Hai semua, selamat pagi saya Alina, kakaknya Gisel, disini sayang ingin mengucapkan terimakasih untuk semua guru yang telah memberikan ilmunya kepada adik saya, mungkin orang tua kami juga jarang berkontribusi di sekolah ini, karena memang target perusahaan kami adalah perusahaan kecil yang sedang berkembang, bukan sekolah." Ucap Gisel.
"Saya juga ingin mengucapkan terimakasih untuk semua orang yang telah menjadi teman adik saya, saya tidak tau siapa saja itu, tapi saya ingin mengucapkan terimakasih."
"Saya juga minta maaf, karena di hari terakhir adik saya bersekolah disini, orang tua saya tidak bisa datang dan menyapa semuanya, saya mewakili orang tua saya sekali lagi mengucapkan maaf."
"Dan untuk adik saya, terimakasih sudah melakukan yang terbaik selama ini, terimakasih sudah bertahan sejauh ini. Tidak banyak yang bisa kakak sampaikan, tapi kakak sangat bangga memiliki adik seperti kamu. Kamu adalah anugrah bukan keburukan ataupun aib, dan untuk kalian semua yang sering beranggapan buruk, saya harap kalian bisa mnegubah pola pikir kalian. Saya juga ingin menyampaikan, kalian yang menghina adik saya tidak lebih rendah dari adik saya, saya diam bukan berarti saya tidak tau apa yang kalian lakukan, saya berterimakasih bukan berarti saya suka terhadap sikap kalian, saya hanya ingin menyampaikan bahwa saya masih menghargai kalian, jadi saya harap kedepannya kalian tidak bersikap seperti itu lagi, karena bagi saya, menghancurkan sekolah ini bukanlah hal yang sulit."
"Mungkin hanya itu yang bisa saya sampaikan, maaf jika terlalu panjang, terimakasih." Ucap Alina.
Kemudian mereka berdua turun dari panggung tersebut dan kembali duduk. Semua orang yang mendengar perkataan Alina tadi nampak terdiam dan tidak bergeming. Perkataan Alina memang benar dan tidak bisa dibantah, untuk keluarga terkaya di daerah itu, menghancurkan satu sekolah memang bukan hal yang sulit untuk keluarga itu. Terlebih lagi fokus bisnis perusahaan keluarga mereka adalah pasar internasional, yang berarti perusahaan di daerah ini yang tidak dapat menjalin hubungan kerjasama dengan perusahaan mereka adalah perusahaan kecil.
"Dia benar-benar mengerikan."
"Kamu jangan lagi mencari masalah dengan Gisel."
"Ternyata kakaknya masih di pihaknya, kamu jangan buat masalah."
Begitulah kiranya kata-kata yang keluar dari mulut para orang tua disana. Mereka tidak ingin anak mereka menyenggol putri dari keluarga itu, karena dampajnya bisa buruk untuk usaha yang mereka tekuni.
Gisel yang mendengar semua itu nampak tidak peduli, toh nanti mereka tidak akan bertemu lagi, Gisel sudah memutuskan untuk melanjutkan studinya di negara lain. Jadi dia tidak akan bertemu lagi dengan teman-temannya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments