“Yu, ono Yudi nggoleti kowe. Temoni disik rono! (Yu, ada Yudi nyariin kamu. Temuin dulu sana!)" perintah Nenek Rodiyah.
“Nggih, Mbah (iya nek)," jawab Ayu yang sedari tadi di dalam kamar.
“Ada apa Yud? Rapi banget sih kamu? Mau ngapel ya?” tanya Ayu yang melihat penampilan Yudi yang kelewat rapi.
“Semrawud! Pacar juga ga punya, mau ngapelin siapa?” jawab Yudi sewot. “Aku mau pamit Yu sama kamu. Malem ini aku mau berangkat ke Bekasi. Hari senin aku udah mulai trening,” jelas Yudi.
“Yah! Kok ga bareng aja sih, Yud? Aku baru mau ke Jakarta lusa, bareng sama agen ART,” kata Ayu sedih.
“Ya udah sih. Ntar kalo udah disana, kabarin aja. Kapan-kapan, janjian aja biar bisa ketemuan gitu. hehehe ... ,” seru Yudi menggoda Ayu.
“Yo wes lah (ya sudah lah) Aku minta nomer HP mu oh!” kata Ayu.
“Wih! Udah punya HP aja nih! Syukuran oh Yu?” goda Yudi.
“Belum, Yud. Aku belum beli HP. Duitnya aja baru mau nyari,” jawab Ayu.
“Iya! Iya! Nih nomer ku. Disimpen jangan sampe hilang,” kata Yudi.
“Siap! Tapi Yud ... ,” kata Ayu.
“Hem ... ,” gumam Yudi sambil meminum tehnya.
“Aku mau minta tolong,” kata Ayu.
“Tolong apa, Yu?” tanya Yudi.
“Tolong kamu gantiin aku ngabari si Mbah tiap minggu, sebelum aku punya HP sendiri,” pinta Ayu.
“Lah terus, aku ngabarinya gimana? Wong Mbah mu juga ngga punya HP,” jawab Yudi.
“Ngko sik (bentar),” kata Ayu sambil masuk ke dalam rumahnya.
“Ini Yud, lewat nomernya Bu Lik Parmi aja,” lanjutnya sambil menyerahkan secarik kertas.
“Okelah kalou begitu,” jawab Yudi. “ Tapi beli HPnya jangan lama-lama ya,” lanjutnya.
“Insya Allah, gaji pertama mau beli HP, Yud” jawab Ayu.
“Ya sudah, udah jam segini. orang ganteng pamit dulu ya,” kata Yudi.
Ayu Cuma mengangguk dan nyengir kuda mendengar perkataan Yudi.
Mungkin semua mengira kalau Ayu dan Yudi itu pacaran, tapi sebenarnya tidak.
Mereka berdua hanya merasa iba satu sama lain. karena mereka sama-sama hidup tanpa orang tua. Jadi rasa seperti teman senasib.
Ayah yudi sebetulnya masih hidup. Namun dari Yudi kecil, sang ayah lebih memilih meninggalkan Yudi dan ibunya yang sakit-sakitan. Hingga pada tahun lalu, saat Yudi kelas dua SMA, sang ibu meninggal dunia karena sakitnya. Pun ayahnya tidak juga kembali.
.
.
.
.
.
.
Tibalah hari keberangkatan Ayu,
“Nok, kowe sing ati-ati nang kana. Ojo lali sholat lima waktu. Sering-sering telpon si Mbah yo Yu! (nak, kamu yang hati-hati disana. Jangan lupa sholat lima waktu. Sering-sering telpon nenek ya Yu!)" pesan Nenek Rodiyah kepada Ayu sambil menyeka air matanya.
“Sampun to Mbah. Ikhlas na Ayu ngrantau meng Jakarta. Insya Allah Ayu saged sukses. Saged mbantu mbah. Mbah dongakna Ayu nggih (udah nek. Ikhlasin Ayu merantau ke Jakarta. Insya Allah Ayu bisa sukses. Bisa bantuin nenek. Nenek doa in Ayu ya)," kata Ayu.
Isak tangis mereka pun menjadi awal perjalanan Ayu mengadu nasib ke Ibu kota. Kota impian masyarakat desa. Yang katanya Metropolitan tapi lebih kejam dari ibu tiri.
Setelah berpamitan dengan Neneknya, Ayu pun berangkat ke Jakarta mengikuti agen pencari ART yang ada di daerahnya.
Diperjalan, Ayu celingak celinguk dengan girangnya melihat-lihat pemandangan lampu kota yang ramai. Padahal itu belum keluar perbatasan Jawa tengah lho.
Ayu sudah mengkhayal bagaimana nanti dia di Jakarta. Apa saja yang mau dia lakukan, apa yang mau dia beli dengan gaji pertamanya, dan banyak lagi.
Sukses menurut gadis desa itu sederhana, bisa mencukupi perekonomian keluarga dan bisa membeli sawah itu lah makna sukses yang ada dipikiran Ayu saat ini.
.
.
.
.
.
.
Jakarta,
“Yu, kamu nanti kerja sama Bu Siska ini,” kata agen pencari ART itu seraya memperkenalkan Ayu ke calom majikannya.
“Oh! iya Bu. Insya Allah saya akan bekerja dengan baik,” jawab Ayu sopan.
“Saya harap juga begitu. Capek cari pembantu terus. Dari kemaren nggak ada yang beres!” seru Bu Siska jutek.
“Ya sudah Bu, saya bawa anaknya. Ini kurangan DP waktu itu. Ikut saya, bawa barang-barang kamu!” ajak Bu Siska pada Ayu.
“Duh, kok kaya jutek gini ya majikan ku? Mudah-mudahan betah”. Batin Ayu.
.
.
.
.
Rumah Bu siska,
“Tugas kamu itu bangun tidur jam 5, siapin sarapan. Habis itu kamu nyapu sama ngepel selurih ruangan di rumah. Terus, kamu nyuci baju, habis itu njemur baju, Perabotan kamu lap jangan sampe ada debu yang nempel. Makan siang biasanya ga ada orang jadi ga usah masak. Malem aja kamu masak buat makan malem. Malemnya kamu gosok baju sebelum tidur,” Jelas Bu Siska panjang lebar memaparkan tugas Ayu.
“Tugasnya banyak juga ya, mana sendirian. Untung rumahnya nggak se gede rumah artis yutub yang keluarga gledeg itu,” Batin Ayu.
“Sekarang kamu masak buat makan malem,” suruh Bu Siska ke Ayu.
“Baik, Bu,” jawab Ayu.
Dirumah itu, Bu Siska tinggal dengan suami dan kedua anaknya Novi si sulung dan Boby si bungsu.
Ayu meluncur ke dapur, dan dengan lincah dia mulai memotong-motong sayur dan bahan makanan lain untuk dia masak.
Ya secara Ayu sudah biasa mandiri hidup dengan neneknya dari kecil. Soal pekerjaan rumah, sudah jadi makanan sehari-hari Ayu.
Selesai masak, Ayu lanjut melakukan tugas lain dari majikannya.
Ayu cepat beradaptasi. Dalam waktu yang singkat, Ayu sudah membuat Bu Siska dan suaminya puas dengan hasil kerjanya.
Ayu juga dekat dengan Boby, malah lebih seperti kakang beradik dibanding kala Boby dengan Novi.
Karena kedekatan Ayu dengan anggota keluarganya, Novi sering dibuat cemburu olehnya.
💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐💐
**TETAP DUKUNG KARYA KU YA, JANGAN LUPA LIKE👍
trimakasih🙏**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 200 Episodes
Comments
𝑨͢𝒔𝒌𝒂
semangat thor
2021-09-14
0
Massunamiyatha
masih nyimak ya thor.....msh apik ya
2021-09-06
1
Rodiatun Atun
MOTONG BAWANG BIASANYA DAERAH BREBES ATAU TEGAL.TAPI BAHASA DAERAH NYA SEPERTI INDRAMAYU....MASIH LANJUT DIBACA.
2021-08-31
1