Besok harinya jam dua belas siang, Michelle masih berada di kampus. Michelle sudah memberitahukan ke Leonore kalau dia mau menjemput Kyra di bandara, tentu saja para pengawal yang mengawal Michelle sejak sekolah tetap mengawal Michelle dari kejauhan.
Michelle makan siang di kedai bakso langganannya dengan ketiga teman setianya itu.
Kedai bakso itu terasa seperti basecamp Michelle dan ketiga temannya karena bisa hampir setiap hari mereka kesana.
..
Jam setengah dua siang Michelle sudah sampai di bandara. Duduk malas melihat orang-orang di sekitarnya sementara para pengawalnya sudah berdiri berjajar di belakang Michelle.
..
“Michelle !!” teriak Kyra
Urat malunya beneran udah putus -batin Michelle malu
“Gue kangen banget sama lo” ucap Kyra yang berhambur memeluk Michelle erat
“Ya.. ya.. gue juga” jawab Michelle malas sambil menepuk punggung temannya itu
“Selalu deh kayak gitu.. nggak pernah berubah” keluh Kyra melepaskan pelukannya
“Kalau gue berubah, gue nggak mau temenan sama lo lagi” ucap Michelle datar
“Jangan dong.. jangan pernah berubah” ucap Kyra sedikit memohon
“Iya.. iya” ucap Michelle datar
..
Para pengawal mereka berjalan mengikuti langkah kaki Michelle dan Kyra.
“Lo nggak balik lagi ke Swiss ?” tanya Michelle penasaran
“Nggak.. gue kangen Indonesia gue.. gue udah bertahun-tahun nggak makan batagor, bayangin Cel.. inget kan gimana seringnya gue makan batagor ?” keluh Kyra berapi-api
“Iya inget.. batagor tuh udah kayak makanan pokok lo” jawab Michelle malas
“Lihat.. gara-gara udah lama nggak makan batagor mata gue sampai biru kebanyakan makan roti” ucap Kyra menunjukkan bola matanya
“Cewek gila.. lo kan pakai soflens.. ngajak ribut banget” keluh Michelle malas melihat Kyra
“Hahahaha..” tawa Kyra
..
“Langsung pulang apa mau kemana dulu ?” tanya Michelle saat baru masuk ke dalam mobilnya
“Eum.. kita makan dulu, gue laper belum makan” ucap Kyra mengelus perutnya
“Emang lo aja” gerutu Michelle menahan kesal
“Kapan lo punya mobil ? kok nggak cerita sama gue ?” tanya Kyra kesal
“Dari pas gue mau kuliah.. gue nggak mau pamer Ra” jawab Michelle sambil fokus menyetir
“Tapi kenapa mobil Jeep ? kan bisa mobil keren yang lain ?” protes Kyra kesal
“Lo temen gue apa bukan sih ? mobil yang gue suka aja nggak tahu” sindir Michelle tajam
“Iya iya gue tahu.. cuma kan lo bisa minta mobil yang lain kayak Lamborghini, Rolls Royce, BMW, Ferrari, Porsche, apa Bugatti gitu” ucap Kyra menyebutkan tipe mobil berkelas dalam pikirannya
“Nggak mau.. kalau BMW Kak Nicho yang punya, kalau Lamborghini Kak Vie yang punya, lagian bukan selera gue banget” jelas Michelle menolak tegas
“Terserah lo aja lah Cel” jawab Kyra mengalah
..
Mereka berhenti di salah satu restoran mewah untuk makan siang, ngemil, dan ngobrol ringan.
Mereka berdua sama-sama bertukar cerita tentang kesehariannya di negara masing-masing.
Walaupun mereka sering komunikasian dari telefon tapi rasanya mereka masih belum cukup puas kalau belum cerita langsung.
Setelah puas temu kangen, Michelle mengantar Kyra pulang.
Paula mengajak Michelle untuk istirahat dan bertamu dulu tapi Michelle menolak dan membiarkan Kyra untuk istirahat.
Ke empat pengawal Michelle selalu berada di dekat Michelle kecuali saat Michelle kuliah dan saat Michelle meminta mereka untuk mengawasi dari kejauhan, salah satunya saat melakukan hobinya diluar sana ataupun jalan-jalan seperti saat dia berbelanja rak.
**
Sabtu, jam dua belas siang, Michelle, Ezra, Daffin, dan Saddam mengendarai motornya masing-masing ke sebuah perusahaan besar.
Tentu saja para pengawal Michelle sudah dia perintahkan menunggu diluar perusahaan besar itu dan dilarang sampai ketahuan.
Michelle juga tidak terlalu mau tahu tentang koleganya sebelum dia bertemu langsung dan membiarkan Ezra yang menerima pekerjaan untuk mereka.
Michelle dan ketiga temannya diantar oleh seorang sekertaris menaiki lantai teratas gedung yang mencakar langit tersebut lalu duduk di sebuah ruang tunggu.
Sambil menunggu, Michelle dan ketiga temannya disuguhkan secangkir teh.
“Lokasinya disini ?” tanya Michelle sambil duduk santai
“Kayaknya bukan deh” jawab Ezra mengira-ngira
“Lah.. lo belum tahu ?” tanya Michelle kaget
“Di email cuma bilang secara garis besarnya doang, si bos maunya ngomong langsung biar jelas” jawab Saddam menjelaskan
“Oh.. gitu” gumam Michelle menganggukkan kepalanya
..
Pintu terbuka pelan tapi pasti, sekertaris tadi muncul dibalik pintu dan meminta Michelle dan yang lainnya untuk mengikutinya masuk ke ruangan lain.
Di dalam ruangan yang lebih besar itu ada seorang laki-laki yang berdiri gagah menghadap kaca besar di ruangannya menatap langit-langit bumi.
Michelle dan ketiga temannya duduk di sofa yang disediakan, sedangkan sekertaris tadi berjalan ke arah laki-laki yang berdiri di dekat kaca itu.
“Maaf sudah membuat kalian menunggu” kalimat pertama yang laki-laki itu ucapkan setelah duduk di sofa tanpa memandang Michelle dan yang lainnya
Cih.. bapak-bapak itu.. -batin Michelle kesal
What ? cewek bar-bar ini ngapain disini ? -batin laki-laki itu setelah melihat satu persatu tamunya
“Tuan.. mereka ini para seniman, mereka yang akan membuat mural di kafe baru Tuan” jelas sekertaris tadi
“Nggak ada yang lain ?” tanya laki-laki angkuh itu
Ezra, Daffin, dan Saddam mengernyitkan dahinya merasa bingung dan tersinggung dengan perkataan laki-laki itu, beda dengan Michelle yang menanggapinya dengan masa bodoh dan masih memasang raut wajah datar.
“Maaf Tuan.. tapi mereka lah yang terbaik dengan karya-karyanya, banyak yang merekomendasikan mereka untuk design kafe baru nanti” jelas sekertaris itu meyakinkan
“Cih.. sebutin nama kalian bertiga” ucap laki-laki angkuh itu menatap Daffin, Ezra, dan Saddam dengan wajah dinginnya
Michelle masih dengan santainya memasang wajah datar mendengarkan apa yang diucapkan laki-laki angkuh itu.
“Saya Z, ini Double D, dan ini Double F” ucap Ezra mewakilkan yang lainnya dengan sopan
“Saya minta nama kalian, bukan huruf kayak gitu !” bentak laki-laki angkuh itu
“Maaf sebelumnya, tapi itu salah satu privasi bagi kami.. selama bekerjasama kami cuma menyebutkan nama painting kami” jawab Ezra sopan dan tegas
“Cih.. baiklah.. saya Axel, yang akan memberikan kalian bertiga pekerjaan” ucap laki-laki bernama Axel itu dengan angkuhnya
“Maaf, tapi kalau boleh saya tahu, kenapa teman saya nggak ikut andil di pekerjaan ini ?” tanya Daffin penasaran merangkul bahu Michelle
“Saya nggak suka.. cukup kalian aja bisa kan ?” tanya Axel tegas
“Maaf, kita berkelompok, kalau dia nggak ikut itu artinya kita bertiga nggak akan setuju sama pekerjaan ini” jawab Ezra tegas sambil menunjuk Michelle yang duduk di ujung
“Udah lah.. kalau bapak-bapak itu nggak mau gue ikutan ya udah kalian aja” celetuk Michelle dengan santainya
“Nggak bisa !” protes Saddam tegas
“Cih.. bocah-bocah ini ngapain sih malah ribut” gerutu Axel kesal
“Tuan..” panggil sekertaris itu pelan
“Ya udah cewek itu bisa ikut tapi dengan hasil yang harus lebih dari kata sempurna” ancam Axel menatap Michelle tajam
“Temanya apa ?” tanya Michelle menantang
“Roy.. kasih tahu mereka” ucap Axel ke sekertarisnya yang bernama Roy itu
**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments