"Jelaslah! orang disini pada bego semua!" umpat lelaki di samping Lily penuh angkuh. Ia sampai meliriknya dengan delikan tak suka.
Ibu guru kembali melanjutkan penjelasannya. Ia hanya memberi info ini pada kelas 12-E, di mana kelas terakhir ini yang akan di gabungkan dengan sekolah sebelah. Faktornya; murid Mekar Sari terlalu kurang dan separuh murid Sekolah Budi Bangsa memindahkan diri karena tidak nyaman, yang jelas mereka pindah ke sekolah Mekar Sari ini bisa di tandai orang terpandang karena fasilitas lengkap.
Saat ibu guru pergi, Lily di dorong paksa sampai terjatuh oleh lelaki di sampingnya, tasnya terlempar juga ke bawah. "Heh! Lu bisa-bisanya duduk di sini!"
Lily mulai berdiri seraya tersenyum. "Ini tempat gue, sori ya." Kembali menyimpan tas di kursi yang ia duduki tadi. Lagi-lagi dilempar oleh lelaki itu.
"Heh lu cari tempat duduk lain! Nggak bisa!?" Lelaki itu memincing wajah jijik, "ini tempat gua, lu ...," Lelaki itu memberinya kursi yang di duduki oleh Lily tadi, "pin–dah!"
Dengan segala kesabaran yang masih bisa terkendali, ia menjinjing tasnya dan menyeret kursi. Oh iya! Meja gue udah kering? Kira-kira siapa yang lap, ya? Lily malah tersenyum saat tergambar jelas para temannya me-lap meja yang tadi dibasahi oleh air botol mereka sendiri.
Lily menengok ke depan-belakang, tak ada bangku yang kosong, mereka sengaja duduk sendiri-sendiri. Para temannya sudah bersorak-sorak, "Duduk aja di lantai!/ Bareng ibu gorengan sana!/ Ini bukan tempat lo!/ Kasian amat jadi manusia!" dan sampai akhirnya ada salah satu cewek pindahan SMA Budi Bangsa memanggilnya, "Disini aja."
Lily tersenyum pada gadis itu, "Makasih."
Mereka sempat kenal-kenalan. Belum pernah Lily bertemu dengan orang yang baik seperti Linda. Mereka berdua bercakap-cakap riang, dan acuh saja pada orang yang memaki Lily "kacamata" dan di tambahi dengan kata-kata tidak mengenakkan.
"Lu jangan pernah ganggu cowok ganteng itu." Linda tahu-tahu menunjuk kepada lelaki yang sebelumnya mendorong Lily sampai terjatuh.
"Kenapa?"
"Dia itu bukan cuma pinter satu sekolah Budi Bangsa. Tapi, dia juga famous karena saking kayanya dan juga ... ganteng," ujar Linda berbisik.
"Siapa dia?"
"Ryansyah, dipanggil Ryan. Dia ganteng banget!" Linda memegang pipinya dengan imut menatap lelaki yang bernama Ryan di depan.
Tahu-tahu Ryan menggebrak meja menggunakan tangan. Brak! Semuanya seketika menatap sumber suara itu. "Inget! Di sini-di sekolah ini gue yang berkuasa! Ngerti!?" teriak Ryan lugas dan tajam membuat mereka yang mendengar menciut kecuali Lily, ia hanya diam.
"Woey elu siapa? Anak baru songong!" tukas Hendra seraya berdiri menghampiri. Lily tahu betul anak itu, orang yang selalu menindas yang lemah, termasuk dirinya.
"Kenapa? Gak terima!?" Bug! Ryan spontan memukul pipi Hendra sekuat-kuatnya. Ia lalu menarik kerahnya secara paksa. "Lu lemah gini sok jagoan! Sekali lagi lu nantang, gue habisin lu!"
Hendra cepat-cepat duduk kembali. Ia seperti menjadi sanksi, bila Ryan perlu di-cap menakutkan. Wajah sarangnya, tampan nun tajam itu sudah mencerminkan sosok Ryan seperti singa.
JamKos ini disunyikan oleh ketakutan pada sosok Ryan. Lily sampai tak masuk akal, tapi ia juga berterima kasih karena tidak di jadikan bahan buly.
Di tengah kesunyian yang membungkam kelas. Brak! Ryan mengebrak meja dengan keras lagi, "Di angkatan kita siapa yang pintar?"
Tatapan seluruh murid Mekar Sari segera menatap Lily meminta pertolongan. Lily yang tahu itu segera berkata, "Gue."
"Maksud gue yang suka juara kelas, ikut serta lomba, bukan modal rangking kelas!" Ryan berteriak, "cepat jawab! siapa dia!? Jangan ulang kata-kata–"
"Lily!" Semua siswa Mekar Sari serempak menjawab. Lily terlonjak kaget atas pengakuan itu. Dia juga menjadi ketakutan.
"Siapa Lily?" Ryan bertanya dengan santai.
"Gue Lily," Lily berkata, ingin rasanya kelas ini sunyi seperti tadi. Ryan menatapnya tajam, seluruh siswa kembali diam dalam sunyi.
"Jangan harap lu bisa mengimbangi kepintaran gue!" Ryan mengebrak meja lagi, "jangan pernah mimpi kepintaran lu ada di atas gue!"
Lily mengangguk cepat, heh emang lu siapa? Jangan sok kuat deh! Emang ini sekolah lu? Bukan ’kan? ia menggerutu kesal. Semua sunyi seperti sedia kala.
Sisi lain, Ryan mengetik surat kepada teman solidnya menggunakan ponsel. Surat itu berisi; "Pantau cewek cupu itu! Seberapa pintar dia! Jangan sampai gue di bawahnya!"
Tak lama teman solid yang bernama Rubay mengetik surat, "Heem".
Sampai kapan pun Lily akan terus di pantau secara diam-diam. Lily berkacamata cupu, rambut diikat ke belakang, bermata panda merah jambu, putih pucat, dan ... burik tak terawat itu akan menjadi cewek yang terus dibuntuti. Lihat saja! Ryan tersenyum puas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Zulfa
Salken kak, JIKA mampir membawa like nih. Mari saling dukung kakak 😍
2021-04-15
0