Murid-murid di kelas itu tengah ketawa-ketiwi melihat Lily yang tertidur pulas sambil mengigau. Gadis itu secara polosnya mengeluarkan liur dari dalam mulutnya. Meja yang ditempati sendiri sudah menjadi pulau dengan liurannya.
Dalam kondisi ini banyak yang mengambil fotonya sebanyak mungkin. Mereka sungguh puas dengan pemandangan gadis malang itu.
Ada pula seorang lelaki yang tahan akan jijik liur membangun Lily dengan menahan tawa. Teman sekelasnya secara sepakat agar tidak berisik. Mereka ingin tahu bagaimana ekspresi gadis modal buly dan fungsi contek di kelasnya.
"Man, lu bangunin pake kata sayang. Mau lihat gimana reaksinya, iya-gak?" Salah satu lelaki mengusulkan. Semuanya mengangguk dan beberapa orang ada yang memberi jempol setuju.
Dengan secara kemuakan, lelaki yang sudah di samping Lily berkata, "Bangun sayang."
Mereka yang mendengar, cekikikan menahan tawa. Tahu-tahu Lily menjawab, "Sayang?" Teman sekelasnya sudah keluar semburan tawa, bisa-bisanya dia mengigau.
Lily masih bisa tertidur pulas dengan bising tawa yang keras. Mereka serempak diam, sekarang lelaki di sampingnya membangunkan dengan cara kasar.
"Maksud gua lu bangun!" teriak lelaki di sampingnya, "Woey kacamata budek!"
"Bangun?" Lagi-lagi Lily mengigau, entah itu sadar atau tidak.
Tanpa basa-basi lagi, lelaki itu menggeserkan wajah Lily tepat pada liur yang sudah melebar. Pas! pipinya terkena liur itu. Belum puas, lelaki itu memutar-mutar kepala Lily ibarat lap sampai basah oleh liur. Mereka yang melihatnya tertawa terbahak-bahak.
Lily bangun penuh tanda tanya. Linglung sekaligus malu di jadikan bahan tawaan kelas. Ia merasakan samping wajahnya basah. Ia membenarkan kacamatanya, ternyata sosok lelaki di pantai itu hanyalah mimpi.
Ia mengusap pelan wajahnya. Lengket! Lily tidak tahu ini air apa. Baunya amis kopi. Taulah dirinya bila itu adalah air liur dari mulutnya ketika merasakan ada yang mengalir deras dari mulutnya. Kebetulan pula ia minum kopi pagi tadi.
Gadis bernama Nura, cewek yang berlagak cantik di sekolah ini mengulurkan tangannya sembari menggenggam ponsel tepat pada wajah Lily. Ada sebuah vidio di dalamnya, saat disetel, terdapat dirinya di sana. Tidur dan mengigau tak jelas.
Mereka tertawa sementara Lily menahan malu.
Ia membawa sebungkus tisu dari sakunya. Mengelap sampai bersih mejanya itu. Sudah kering, semua orang bergotong-royong untuk memberi air minum ke mejanya. Bahkan bajunya sampai terkena guyuran air itu. Mereka puas tertawa.
"Woey lap ’tuh meja!" Mereka bersorak-sorak menggerutu kesal saat tahu Lily beranjak dari kelas. Ia hendak ke wece untuk membasuh muka. Ada banyak tantangan untuk keluar, ia harus mendapat kesialan seperti tersandung kaki orang, di jengut rambut panjangnya yang diikat untuk berhenti, dan maki-maki "Kacamata b*go-t*lol-p*cat!"
Saat Lily lolos keluar kelas dengan kesabaran, ia tersenyum. Betapa kuat dirinya untuk bertahan menghadapi kondisi buruknya setiap hari ke sekolah.
Di buly hanya akibat dirinya tak banyak bicara, bermuka putih pucat, berkacamata minus 0,5D layak cupu dan dituduh sok tahu atas pelajaran. Bonus di kekang oleh orang tua. Hadiah yang selama ini ia jalani adalah tidak dapat teman melainkan bulyan.
...----------------...
Lily membasuh wajah di wece yang sedang sepi, tak ada orang di sana kecuali dirinya. Cukup lama untuk membersihkan air liur licinnya.
Sampai kapan pun ia tak akan bisa melupakan kejadian memalukan ini. Bisa-bisanya ia tertidur akibat begadang untuk mengerjakan tugas teman-temannya yang menumpuk. Bahkan satu sekolah khusus kelas dua belas, ada juga yang memerintahkan dirinya mengerjakan tugas mereka. Lily hanya tersenyum, semoga dengan ini ia bisa menemukan sosok teman yang tulus.
Ingatannya kembali teringat kepada mimpi. Lelaki yang bisa tersenyum tulus padanya. Ia teringat ucapannya, "Temui aku, maka kau akan tahu siapa diriku."
Lily tersenyum sambil bercermin. Begitu bloonnya saat berkaca, ia seperti monyet terkutuk. Cermin itu tidak memberi kesempatan untuknya tampil cantik.
"Kenapa gue burik gitu, sih?" Lily malah tertawa, kehidupan yang ia lalui serasa melangkah selokan kecil. Tak ada apa-apanya, ia cukup kuat untuk menjalani kehidupan yang amat pahit ini.
"Mimpi itu ...," Lily memakai kacamatanya seraya menutup mata, ia nyengir kembali, "romantis banget!"
Segera ia merogoh sakunya membawa pulpen yang selalu ia bawa. Ia mengangkat rok selututnya sampai ke paha. Sebuah kalimat mungil nun singkat tertulis di sana.
Hal romantis gue hari ini.
Lelaki di mimpi itu seakan memikirkan seorang cowok. David. Sosok lelaki pemimpin barisan paskibra tampan yang membuatnya jatuh cinta karena gagah. Cocok pula atas kepemimpinannya yaitu danton paskibra.
Lily yang masih kelas tiga SD, ikut eskul paskibra hanya ingin bertemu David yang beda sekolah. Jika eskul, ia akan tetap bertemu setiap latihan.
Lily kecil sampai di diamkan karena tidak becusnya latihan gerak jalan. Lily malah senang, inilah kesempatan untuk memerhatikan David yang amat ia suka.
Sampai akhirnya ia tahu nama kepanjangnya, "David-Kusuma-R." Begitu Lily kecil mengeja di buku daftar nama. Agar tidak lupa, ia menulis menggunakan pensil ke kain jaket pink yang ia suka kenakan di bagian punggung dalam agar tak terlihat.
Setahun kemudian Lily keluar paskibra dengan perasaan sedih. David telah pindah ke luar kota meninggalkannya. Hanya terkenang jaket pinknya yang bertulis namanya. Sampai saat ini ia beranjak usia 18 tahun, masih tertuang rasa pada lelaki yang tak mungkin bisa memiliki.
"Mungkin inilah saatnya gue lupain kenang-kenangan," gumam Lily seraya mengetuk keningnya.
Lily membuka pintu wece, ia mulai menyadari bila dia sudah terlalu lama di sana.
"Lily, kau habis dari mana?" Tahu-tahu ibu guru mengagetkan dirinya yang tengah membuka pintu masuk. Teman-temannya bersorak, "Jajan/bolos/tidur."
Ibu sudah pasti tersenyum. Lily adalah salah satu murid berprestasi dan terpintar di angkatannya. Buat apa juga ia percaya dengan tuduhan para murid lainnya. "Kamu habis ke-wece ya? Duduklah, ibu akan memberikan informasi kedatangan murid dari sekolah SMA sebelah."
"Kedatangan murid?" Lily memalingkan wajahnya, kelas yang luas atas bangku kosong sudah terpenuhi oleh masing-masing dua murid asing. Ia menelan ludah, saat tahu bangku yang selalu ia tempati sendiri di duduki oleh salah satu lelaki.
Lily mulai berjalan menuju bangkunya. Ia membawa tas, yang tergeletak di lantai. Ia berdiri di samping bangkunya penuh harap agar bisa duduk. Lelaki itu hanya diam. Oleh karena itu ia menyimpan tasnya dan duduk di sampingnya.
"Nah Anak-anak, kedatangan SMA Budi Bangsa ke sekolah kita itu untuk menetapkan agar bisa bergabung. Kalian tahu sendiri bila sekolah kita keterbatasan murid ...,"
"Jelaslah! orang disini pada bego semua!" umpat lelaki di samping Lily penuh angkuh. Ia sampai meliriknya dengan delikan tak suka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments