Masih dalam aksi kejar mengejar. Gamian berusaha kabur dari pengejaran para pemuda desa, sayangnya ia sedikit terhambat karena adanya dahan kayu, lubang yang membuat ia harus berulangkali terjatuh.
Rasanya Gamian sudah lelah berlari, ia tak tahu kemana arah jalan pulang ke rumah paman nya. Persawahan itu gelap dan juga becek.
"Dapat kau," ucap para pemuda berhasil menangkap Gamian. Laki-laki itu hanya pasrah jika ia di bawa atau di adili nanti. Toh dia memang tidak bersalah, lalu mengapa ia harus takut. Sialnya pemikiran itu muncul pada saat sekarang, pada saat tubuh Gamian sudah di penuhi dengan tanah liat.
"Bawa dia ke balai desa," lanjut mereka.
Gamian di kawal menuju balai desa, di perjalanan ia melihat rumah paman dan bibinya. Berusaha melepaskan diri berharap nanti paman dan bibinya mampu menolongnya.
"Paman! Bibi!" teriak Gamian dengan keras. Sontak para pemuda itu langsung menoleh pada rumah yang di teriaki Gamian.
"Apa kau tidak punya sopan santun, anak muda? Kau berteriak di depan rumah orang," tegur salah satu dari antara mereka.
"Suka-suka ku, lagi pula yang ku teriaki itu rumah paman ku. Kalian mau apa, ha?" ketus Gamian.
Karena terlalu ribut, para pelayan termaksud Jakson dan Lili pun keluar dari dalam rumah.
"Ada apa ini, bapak-bapak?" tanya Jakson ramah. Matanya kini mengarah pada laki-laki dengan tubuh penuh lumpur yang sedang mereka kawal.
"Entah apa yang sudah dilakukan anak menyusahkan itu," batin Jakson menggerutu.
"Apa tuan mengenal pemuda ini?" tanya salah satu dari mereka.
"Oh, maafkan saya bapak-bapak. Saya tidak mengenalkan nya pada kalian. Dia adalah Gamian keponakan saya, dia baru saja datang tadi siang. Apa dia membuat keributan atau kesalahan di desa ini?" jawab Jakson sembari melirik tajam pada Gamian.
"Oh jadi dia keponakan anda, tuan. Kalau begitu anda pasti tahu bukan bahwa di desa ini terdapat aturan yang memang wajib di patuhi dan jika melanggar maka akibatnya akan fatal."
"Saya tahu, pak." Lirikan Jakson semakin tajam mengarah ke Gamian.
"Nah, oleh sebab itu kami akan membawa keponakan tuan ke balai desa, sebab keponakan tuan ini sudah melakukan tindakan pelecehan." Perkataan bapak itu sontak membuat Jakson dan Lili terkejut.
"Yang benar saja, pak? Keponakan saya bukan orang seperti itu," sanggah Lili.
"Iya bibi, aku tidak seperti itu. Mereka ini hanya salah paham," sahut Gamian membela dirinya sendiri.
"Siapa wanita yang telah menjadi korbannya, bapak-bapak?" tanya Jakson tak mau mendengarkan kalimat pembelaan dari Gamian.
"Lana, dia sudah berusaha melakukan pelecehan pada Lana. Gadis polos dan malang itu pasti sangat ketakutan," jelas mereka.
"Lana?" ulangi Jakson.
"Iya, kami melihat keponakan tuan memaksa untuk masuk ke gubuk Lana. Padahal Lana tidak mau menerima tamu, itu adalah perbuatan keji," sambung mereka.
"Hei jangan mengada-ada! Sejak kapan aku ingin berbuat cabul? Aku ini laki-laki baik dan terhormat!" teriak Gamian marah.
"Jaga sopan santun mu, nak. Teriakan mu itu bisa membangunkan warga di sini. Kau hanyalah pendatang baru di sini," tegur mereka.
"Kalau begitu lepaskan aku. Ini hanya kesalahpahaman saja," ujar Gamian.
"Bawa saja dia ke balai, adili dia seadil-adilnya." Mendengar kalimat perintah dari Jakson membuat Gamian melotot ke arah Jakson dan hanya di balas dengan tatapan dingin saja.
"Apa yang paman lakukan?" tanya Gamian tak percaya kalau pamannya tak membelanya.
"Sudah sepatutnya kau diadili karena kenakalan mu. Kau sudah mengganggu gadis suci nan polos. Sangat mengerikan."
"Paman?"
"Bawa dia ke balai desa." Gamian pun di bawa ke balai desa diikuti oleh Jakson dan juga Lili. Di perjalanan Lili bertanya apa maksud suaminya tidak membela Gamian, tapi Jakson hanya diam saja. Tidak mungkin kan suaminya percaya pada isu itu. Gamian bukalah orang seperti itu.
*******
Balai desa.
Para aparatur desa sudah di kumpulkan dan sudah duduk di posisi masing-masing. Gamian di beri waktu untuk membersihkan diri sebentar di toilet umum agar dapat melakukan pengadilan dengan nyaman.
Selain Gamian, Lana yang tadi sudah tertidur kini sedang duduk di kursi untuk di tanyakan juga. Ia duduk di sebelah Aldi dan juga ibu tiri serta kakak tiri perempuan nya.
"Sidang kita mulai." Pak Darwis membuka suara. Raut wajah marah sangat terlihat di wajahnya. Orang-orang mungkin akan berpikir bahwa pak Darwis marah karena ada orang yang mencoba melecehkan putrinya, namun nyatanya laki-laki itu marah karena merasa malu terhadap Lana.
Sidang pun di mulai, berbagai argumen di keluarkan. Mulai dari isu pencabulan, pencurian, dan lain-lain yang menurut Gamian begitu di buat-buat.
Gamian sempat membantah, namun tak ada yang percaya. Lana pun begitu, ia menjelaskan
bahwa ini semua salah namun para warga malah mengatakan bahwa Lana hanya takut mengatakan yang sejujurnya karena di ancam Gamian. Sungguh alasan yang di buat-buat.
"Ternyata kau hina juga yah, selain ibu mu yang hina kau juga hina," bisik Shanaz sinis di telinga Lana.
Shanaz sebenarnya sedari tadi begitu intens memperhatikan Gamian. Laki-laki tampan bahkan sangat tampan baginya, seandainya ia bisa memiliki laki-laki itu pasti ia bisa keluar dari desa ini.
"Nikah kan saja mereka," usul salah satu pemuda.
Mendengar kata nikah membuat Gamian langsung berdiri. "Jangan macam-macam! Aku tidak melakukan apa-apa!" tegas Gamian.
"Kau sudah melakukan tindakan pelecehan pada seorang gadis polos," timpal mereka.
"Aku sudah katakan! Aku tidak melakukan nya!" bentak Gamian membuat orang-orang takut. Melihat sorot marah di mata Gamian yang sangat mengintimidasi.
"Ibu-ibu, bapak-bapak tolong percayalah. Kami tidak melakukan apa-apa, dan paman ini tidak mencoba melecehkan ku," sela Lana mencoba menghentikan ide gila itu. Ia tak mau menikah dengan laki-laki kasar seperti Gamian. Ia hanya ingin menikah dengan laki-laki sesama desa nya.
"Kau pasti berbohong, ibu mu saja berani melakukan tindakan hina dan itu tidak kecil kemungkinan kau juga bisa melakukan hal hina. Jangan mencoba melindungi dirimu," sahut Susi yang mencoba menanamkan lebih banyak masalah pada Lana.
Mendengar kata ibu, Lana hanya bisa diam. Ia tak mau berdebat kalau sudah membahas tentang ibunya. Ia masih berduka atas kepergian ibunya.
"Benar bukan? Terlihat dari keterdiaman mu," lanjut Susi sinis.
"Sudah-sudah! Karena ini sebuah kesalahan yang fatal bagi desa kita, maka keputusan nya adalah laki-laki ini harus menikahi Lana. Setelah menikah mereka harus segera mengangkat kaki dari sini!" tegas pak Darwis membuat Gamian ternganga begitu juga dengan Lana.
Bi Lili merasa khawatir melihat wajah marah Gamian, namun paman Jakson terlihat tersenyum kecil.
"Pernikahan akan dilakukan besok pagi. Lalu setelah itu, silahkan tinggalkan desa ini!" tegas Darwis menatap tak suka pada Lana.
Lana yang mendengar itu, hanya bisa menunduk. Luka di hatinya karena kepergian ibunya masih sangat besar dan dalam, namun sekarang ayah nya justru menanam kan belati di jiwanya.
Sedangkan Gamian, hanya bisa memendam amarah. Ia sangat menyesal datang ke desa ini. Bukannya mendapatkan ketenangan, ia malah mendapatkan kesialan. Bagaimana bisa ia menikah dengan gadis desa. Itu bukanlah tipe nya. Apalagi di dalam hatinya, masih ada Alisa. Ini tidak mungkin.
_
_
_
_
_
_
Author tunggu komentar lanjutnya, baru author lanjutkan ❤️
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nanda Lelo
bapaknya Lana sungguh teramat baik y ,,
baiknya d bunuh aja 😡😠
2023-01-13
0
D417di
hidup baru gami dimulai
2022-09-01
0
Dita Maryani
rujuk2
2022-05-22
0