Kesialan Gamian.

Kediaman Jakson.

Hari baru saja menjelang malam, warna langit pun masih ke jingga-jinggaan. Gamian duduk di balkon kamarnya sembari menikmati secangkir teh hijau. Dirinya kini tengah kesal karena tadi ketika ia berjalan-jalan, ia malah di tabrak oleh gadis lusuh. Itu sangat menjengkelkan.

Sangking kesalnya, laki-laki itu langsung membuang bajunya. Mana tahu gadis yang menabraknya tadi mengidap penyakit rabies, ia tak mau tertular penyakit orang desa. Itu sangat menjijikan.

"Menikmati senja?" tanya Jakson sembari menghampiri Gamian.

"Hm."

"Bagaimana jalan-jalan mu?" tanya Jakson duduk di samping Gamian menatap lurus ke depan dengan pemandangan persawahan.

"Sangat tidak menyenangkan," jawab Gamian ketus.

"Oh, ada apa?" tanya Jakson terkekeh geli.

"Tidak ada!" ketus gamian. "Kemana paman dan bibi pergi tadi?" tanya Gamian.

"Hm, salah satu warga desa ada yang meninggal. Jadi, kami ke sana untuk melihat proses pemakaman dan memberikan semangat pada keluarga yang di tinggal," jawab Jakson tersenyum sendu tak kala mengingat wajah Lana yang menangis pilu di depan makam ibunya.

"Oh, jadi karena itu bibi tak bisa menemaniku jalan-jalan." Gamian mengangguk mengerti.

"Apa kau menemukan masalah tadi?" tanya Jakson.

"Sangat menyebalkan, paman. Di saat aku sedang berjalan-jalan menikmati pemandangan, seorang gadis lusuh menabrak ku. Lalu dengan tidak tahu dirinya dia memanggilku paman. Apa aku setua itu, ha? Dan satu lagi, bajuku jadi bau keringat gadis itu. Itu sangat jorok dan menjengkelkan," papar Gamian penuh emosi dan kesal.

Mendengar cerita Gamian, Jakson sontak langsung tertawa terbahak-bahak. Memang betul kata orang, Gamian itu adalah laki-laki tipe pemilih dan juga sombong.

"Apa yang lucu, paman?" tanya Gamian kesal.

"Semuanya lucu." Jakson kembali melanjutkan tawanya, sudah lama ia tak berbincang seperti ini.

"Gamian, keponakan paman yang tampan. Dengarkan paman baik-baik. Manusia itu di ciptakan dengan kelebihan dan kekurangan nya masing-masing. Dimana manusia itu akan memiliki kelebihan yang mungkin akan menjadi kekurangan orang lain, dan orang lain akan memiliki kelebihan yang bisa jadi adalah kekurangan kita.

Kita tidak bisa menilai orang dari seberapa banyak harta yang ia miliki. Karena banyak orang kaya di jaman sekarang yang tidak memiliki sopan santun, contohnya kau."

Gamian menaikkan sebelah alisnya menatap sang paman dengan tatapan datar.

"Bukan berarti karena dia orang dari pedesaan maka dia menjijikan dan juga rendah. Rendah atau tidaknya seseorang tidak bisa di lihat darimana dia berasal, melainkan bagaimana caranya berprilaku." Jakson tersenyum lalu mendekatkan wajahnya.

"Terkadang orang kaya dan juga tinggal di kota lebih rendah daripada orang yang tak punya dan berasal dari desa," bisik Jakson penuh arti.

Satu tepukan di pundak Gamian," turunlah dan makan. Bibi mu pasti sudah menunggu," lanjutnya dan berlalu meninggalkan Gamian yang masih terdiam.

"Paman Jakson sedang mengejekku, sial!"

*****

23.00

Sudah jam sebelas malam, Gamian belum juga mengantuk. Ia memilih berdiri di balkon sembari memandangi bintang-bintang di langit. Semilir angin malam membelai wajah tampannya.

Sesekali pandangannya menyapu persawahan yang tampak remang-remang karena adanya pencahayaan dari gubuk yang ada di tengah sawah.

Mata Gamian mengunci satu penampakan. Ia mencoba mengucek kembali matanya, mana tahu ia sudah mengantuk sehingga ia salah lihat.

Sudah dikucek-kucek, tapi penampakan itu tetap terlihat di mata Gamian. Seorang wanita dengan baju seperti daster putih. Rambut panjang terurai dan berjalan di samping gubuk. Cahaya yang remang-remang membuat Gamian merinding.

"Mana ada hantu di jaman sekarang," ucapnya berusaha menenangkan diri.

"Tapi kalau bukan hantu, lalu apa itu? Apakah itu pencuri berkedok kuntilanak?"

Penasaran.

Itu yang dirasakan Gamian, ia pun berinisiatif turun dari kamarnya lalu berjalan mengendap-endap menuju persawahan yang terdapat tepat di depan rumah.

Dengan pelan dan penuh hati-hati Gamian berjalan di pinggiran ladang. Sengaja ia tak menghidupkan senter di ponselnya agar wanita berbaju putih itu tidak kabur.

Di sisi lain, Lana baru saja selesai mengangkut satu ember air lagi. Air yang ia angkut tadi sore sudah habis untuk keperluan mandi, sekarang ia harus mengangkut air jika nanti di tengah malam ia ingin buang air kecil.

Dengan memakai daster putih kesayangan almarhumah ibunya, ia mengangkut air dari samping gubuk. Setelah air penuh, Lana membawa ember berisi air itu masuk ke dalam gubuk. Tanpa menyadari sepasang mata kini tengah memperhatikannya.

Kembali pada Gamian. Laki-laki itu menghentikan langkahnya ketika ia melihat target masuk ke dalam gubuk.

"Dari gelagatnya sepertinya dia manusia, tapi mana ada manusia yang mau tinggal di gubuk, apalagi di tengah sawah. Itu sangat konyol. Pasti wanita itu sedang melakukan pesugihan," batin Gamian.

Gamian berjalan mendekati gubuk, dengan pelan ia naik ke atas gubuk lalu mencoba membuka pintu yang hanya di kunci dengan kunci kayu saja.

Krieeeettt...Suara pintu terbuka.

Belum sempat Gamian membuka pintu, pintu sudah terbuka sendiri dan betapa terkejutnya ia ketika yang ada di hadapannya adalah target yang ia incar tadi.

Karena terkejut tubuh Gamian sontak mundur kebelakang, begitu juga dengan si pemilik rumah yang kaget dengan tamu tak diundang di depan gubuknya.

"Ada yang bisa saya bantu, paman?" tanya gadis si pemilik rumah yang tak lain adalah Lana.

Hm, ternyata manusia. batin Gamian.

"Hah? Paman? Cih, tidak ada! Apa yang kau lakukan di sini malam-malam?" tanya Gamian ketus.

"Paman pasti pendatang baru kan?" tanya Lana balik.

"Paman...Paman... Aku bukan paman mu!"

"Oh, begitu yah. Yasudah kalau tidak ada keperluan silahkan paman pergi dari sini," usir Lana ingin menutup pintunya namun tangan Gamian sudah terlebih dahulu memegang pintu itu.

"Apa yang kau lakukan di sini tengah malam? Apa kau melakukan pesugihan?" selidik Gamian.

"Paman ini orang gila yah, kalau iya lebih baik paman pergi sebelum aku berteriak," ancam Lana sembari menguap. Melihat mulut Lana yang menguap, Gamian merasa merinding.

Teng...Teng...Teng...Teng...

Di saat Gamian dan Lana tengah berdebat, suara ketukan besi para pemuda desa yang sedang melakukan jaga malam pun berbunyi dan sialnya suara nya malah mendekat ke arah Gamian dan Lana.

"Cepat pergi dari sini, paman!" tegas Lana khawatir.

"Memangnya kenapa?" tanya Gamian kebingungan.

"Pergi saja!"

Gamian yang kebingungan turun dari gubuk sedangkan Lana menutup pintu gubuknya. Gamian berlari sekencang-kencangnya namun sialnya para pemuda itu malah mengejarnya.

"Sial! Mengapa mereka mengejar ku? Seharusnya mereka menangkap wanita pesugihan itu!" gerutu Gamian terus berlari.

Hingga..

Bruuukkk

Kakinya tersandung dahan kayu dan alhasil laki-laki tampan itu jatuh ke dalam ladang padi yang pastinya becek.

"Argghhh, sial!" umpat Gamian.

"Tangkap laki-laki cabul itu!" teriak para pemuda.

"Apa? Laki-laki cabul?" tanya Gamian pada dirinya yang syok mendengar teriakan pemuda desa yang mengejarnya.

_

_

_

_

_

_

_

_

Waduh, bakalan di apakan tuh bang gami🤣

Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah

Jangan lupa tinggalkan like, komen, hadiah an juga vote nya.

tbc.

Terpopuler

Comments

Nanda Lelo

Nanda Lelo

bukan lelaki cabul,, tapi lelaki jomblo 🤣🤣🤣

2023-01-13

1

Ibunya Alzam Zaky

Ibunya Alzam Zaky

owalah gami apes bener lu

2022-09-05

0

Dita Maryani

Dita Maryani

hahaha seru nih

2022-05-22

0

lihat semua
Episodes
1 Desa
2 Kepergian untuk selamanya.
3 Kesialan Gamian.
4 keputusan kepala desa.
5 Pernikahan dadakan
6 Salah mu, bukan salahku.
7 Memang kampungan.
8 Suaminya adalah aku.
9 Istrimu ini cantik.
10 Kebohongan Gamian.
11 Rencana jahil Gamian.
12 Hadiah kecil.
13 Si bodoh yang aneh
14 Resepsi pernikahan.
15 Drama membuat anak.
16 Balasan.
17 Pindah rumah.
18 Keluarlah dari tubuh istriku.
19 Meresahkan.
20 Laki-laki pengganggu.
21 Pesona si gadis desa #Part 21
22 Mencari pelaku.
23 Menemukan Lana.
24 Surat misterius
25 Lupakan?
26 Perdebatan
27 Terimakasih.
28 Main petak umpet
29 Semakin dewasa.
30 Perbincangan yang menyebalkan.
31 Wanita asing.
32 Aku yang akan memasak.
33 Mie goreng siput.
34 Suamimu ini orang kaya.
35 Ponsel baru.
36 Video call.
37 Pelukan hangat.
38 Penghinaan yang mulus
39 Suamiku menyukaiku?
40 Jangan menangis lagi.
41 Tertawa jahat.
42 Ingin menjebak namun malah terjebak.
43 Khawatir.
44 Memberikan pelajaran.
45 Kesal.
46 Jebakan.
47 Kesalahan yang manis
48 Wajib morning kiss.
49 Menanam cabe
50 Mandi bersama memang indah.
51 Kedatangan keluarga.
52 Pesta konyol.
53 Sedang badmood.
54 Gamian yang rewel.
55 Di kira gila.
56 Ke pasar malam.
57 Kekenyangan.
58 Pesta syukuran.
59 Aku mencintaimu.
60 Jalan-jalan
61 Menghilang.
62 Pikiran yang kacau.
63 Cobalah berpikir dengan tenang.
64 Semua ini karena suamimu!
65 Terluka.
66 Menjadi ayah yang baik.
67 Cepat sembuh sayang
68 Tertawa bersama.
69 Aku akan menerima apapun itu.
70 Berbincang.
71 Lahirnya putri kecil Daren dan Alisa.
72 Bincang hangat.
73 Kelahiran putra Gamian dan Lana.
74 Bahagia.
75 Terimakasih
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Desa
2
Kepergian untuk selamanya.
3
Kesialan Gamian.
4
keputusan kepala desa.
5
Pernikahan dadakan
6
Salah mu, bukan salahku.
7
Memang kampungan.
8
Suaminya adalah aku.
9
Istrimu ini cantik.
10
Kebohongan Gamian.
11
Rencana jahil Gamian.
12
Hadiah kecil.
13
Si bodoh yang aneh
14
Resepsi pernikahan.
15
Drama membuat anak.
16
Balasan.
17
Pindah rumah.
18
Keluarlah dari tubuh istriku.
19
Meresahkan.
20
Laki-laki pengganggu.
21
Pesona si gadis desa #Part 21
22
Mencari pelaku.
23
Menemukan Lana.
24
Surat misterius
25
Lupakan?
26
Perdebatan
27
Terimakasih.
28
Main petak umpet
29
Semakin dewasa.
30
Perbincangan yang menyebalkan.
31
Wanita asing.
32
Aku yang akan memasak.
33
Mie goreng siput.
34
Suamimu ini orang kaya.
35
Ponsel baru.
36
Video call.
37
Pelukan hangat.
38
Penghinaan yang mulus
39
Suamiku menyukaiku?
40
Jangan menangis lagi.
41
Tertawa jahat.
42
Ingin menjebak namun malah terjebak.
43
Khawatir.
44
Memberikan pelajaran.
45
Kesal.
46
Jebakan.
47
Kesalahan yang manis
48
Wajib morning kiss.
49
Menanam cabe
50
Mandi bersama memang indah.
51
Kedatangan keluarga.
52
Pesta konyol.
53
Sedang badmood.
54
Gamian yang rewel.
55
Di kira gila.
56
Ke pasar malam.
57
Kekenyangan.
58
Pesta syukuran.
59
Aku mencintaimu.
60
Jalan-jalan
61
Menghilang.
62
Pikiran yang kacau.
63
Cobalah berpikir dengan tenang.
64
Semua ini karena suamimu!
65
Terluka.
66
Menjadi ayah yang baik.
67
Cepat sembuh sayang
68
Tertawa bersama.
69
Aku akan menerima apapun itu.
70
Berbincang.
71
Lahirnya putri kecil Daren dan Alisa.
72
Bincang hangat.
73
Kelahiran putra Gamian dan Lana.
74
Bahagia.
75
Terimakasih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!