Pranggg!!!
Suara piring pecah memenuhi dapur, seorang gadis kini tengah terdiam sembari memegangi ponsel jadulnya.
"Tidak mungkin," lirih gadis itu.
"Hei, apa yang kau lakukan? Kau pikir kau bisa mengganti piring yang sudah kau pecahkan!" teriak wanita dewasa dengan memakai daster dan juga masker diwajahnya.
"Nanti akan ku ganti, Bu." Gadis itu berlari keluar dari dapur dan juga rumah. Dengan sepasang sandal jepit, celana training dan juga kemeja lusuh kotak-kotak berwarna hitam. Ia berlari secepat mungkin hingga tanpa sadar menyenggol seorang pria.
"Oh shitt! Hati-hati!" bentak pria itu.
"Maaf, paman." Gadis itu menunduk memberikan permintaan maaf lalu melanjutkan lari nya meninggalkan pria yang ia panggil paman itu dengan kekesalan nya.
Berlari dan terus berlari hingga tiba pada sebuah bangunan. Gadis itu memasuki bangunan puskesmas dengan langkah gontai. Air matanya mengalir dengan mata yang sudah memerah.
Langkah kakinya yang gontai membawa ia peda sebuah ruangan. Membuka pintu, lalu tersenyum sendu.
"Ibu," lirih-nya berlari memeluk tubuh kaku yang ada di atas brankar.
"Jangan tinggalkan, Lana." Ia menangis dalam kesunyian ditemani mayat sang ibu.
"Ayah sudah tak peduli dengan Lana, hanya ibu yang peduli dengan Lana. Jangan tinggalkan Lana, Bu." Ia mencoba mengguncang tubuh ibunya, berharap ibunya hanya tertidur. Namun, jika memang sudah takdir nyawa akan di cabut, maka manusia tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Gadis itu menangis sejadi-jadinya memeluk tubuh sang ibu yang sudah terbaring kaku.
Selang beberapa jam, kini mayat sang ibu sudah di kebumikan. Banyak para warga yang datang untuk menenangkan Lana yang masih menangis sembari memeluk batu nisan ibunya.
"Yang sabar yah, nak." Lili memeluk tubuh Lana yang kecil sembari mengelus rambut gadis malang itu.
"Terimakasih, nyonya."
"Kami pergi dulu, jika ada apa-apa kau bisa datang ke rumah kami. Rumah kami akan selalu terbuka untuk mu, Lana." Jakson dan Lili memberikan senyuman sendu lalu pergi meninggalkan Lana yang masih setia duduk di dekat makam ibunya.
Jakson dan Lili memang dekat dengan Lana, karena gadis itu bekerja di perkebunan mereka. Lana yang memiliki sifat periang dan ramah membuat sepasang suami istri itu sangat menyukai Lana.
Namanya adalah Lana Shezan, usia 17 tahun. Pendidikan hanya sebatas SD saja. Gadis itu merupakan anak dari kepala desa di desa ini yang bernama Pak Darwis.
Pak Darwis sendiri memiliki 2 istri, yang pertama bernama Susi dan yang kedua adalah Anjani yang merupakan ibu dari Lana.
Dulunya, ibu Lana sering di panggil sebagai pelakor karena menjadi orang ketiga di hubungan Darwis dan juga Susi. Namun, seiring waktu perlakuan warga menjadi baik kepada Lana karena kepribadian gadis itu.
Darwis sendiri sebenarnya sudah acuh tak acuh, ia tak peduli lagi dengan Lana dan ibunya. Rasa malu yang ia terima dari Lana dan ibunya membuat ia malah membenci putri bungsu nya itu.
Darwis memiliki 3 anak. Dua anak dari Susi dan satunya lagi dari Anjani. Namun, kasih sayang nya hanya ia berikan pada putra dan putrinya yang lahir dari rahim istri pertamanya. Sedangkan Lana, ia bahkan tak pernah memanggil Lana dengan sebutan nak.
Kembali pada Lana. Gadis itu baru saja pulang dari pemakaman. Langkah gontai membawa ia pada sebuah gubuk sederhana yang berada di tengah sawah. Di sinilah Lana tinggal, walau ia anak dari kepala desa, tapi tempat tinggalnya hanyalah sebatas gubuk sederhana.
Ia akan pergi ke rumah ayahnya jika ia di panggil untuk membersihkan rumah. Nantinya ia akan mendapatkan upah walau tak seberapa.
Lana memilih duduk di depan gubuk sembari memandangi langit yang mulai gelap. Air matanya kembali menetes mengingat kenangan-kenangan bersama sang ibu.
"Ibu sudah pergi, jadi tinggal aku sendiri disini. Siapa yang akan peduli padaku? Nyonya Lili? Tuan Jakson? Mereka memang orang baik, tapi pasti akan ada waktunya mereka tak bisa memperdulikan aku karena aku bukanlah siapa-siapa." Lana bergumam sembari menghapus air matanya.
"Lana," panggil seorang pria mendekat dengan sebuah rantang.
"Bang Aldi," lirih Lana tersenyum sendu melihat pria bernama Aldi itu mendekat.
"Aku turut berdukacita, Lana. Semoga bibi Anjani tenang di alam sana. Aku membawakan makanan untuk mu, kau pasti lapar. Bersihkan dirimu dan makan lalu istirahatlah," ucap Aldi yang merupakan kakak tiri Lana.
Lana bersyukur karena kakak tirinya ini baik padanya dan ibunya, berbeda dengan kakak perempuannya yang bernama Shanaz yang selalu saja julid padanya.
"Yasudah, aku pergi dulu. Jangan lupa dimakan, semangat."
"Terimakasih, bang."
"Sama-sama."
Setelah kepergian Aldi, Lana memilih masuk ke dalam gubuk. Ia meletakkan rantang di dalam gubuk dan kembali keluar rumah sembari membawa ember untuk mengangkut air dari samping gubuknya.
_
_
_
_
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Nanda Lelo
lah, gimana sih tu bapak kades,,
malu katanya,, trus situ ngapain nyari istri lagi,,
waah kagak bener nih kades,,
lengserkan 🤣🤣🤣
2023-01-13
0
Dita Maryani
hemmmmm
2022-05-22
0
Noviatul Walidah
smoga kak aldi strusnya baik sm lana
2021-12-16
0