Selepas kerja Anna bergegas pulang, tubuhnya sudah sangat letih, hari ini resto tempatnya bekerja mengadakan promo sehingga pelanggan membludak harus di layani.
Anna menyusun barang-barang seperti cas dan alat make up ke dalam tasnya lalu memasukkannya ke bagasi motor, dia melajukan motor maticnya membelah jalan.
Niatnya ingin ke Desa dimana Ayah dan Ibu tirinya tinggal, kali ini dia harus memberikan peringatan agar Ayahnya jangan kasar lagi terhadap Raka dan Rasti.
Hanya butuh waktu tiga luluh menit dari Kota kecil itu, dia pun sampai di Desa asal Ibu tirinya, menyusuri jalan bebatuan yang sedikit berlubang,buat seluruh badan Anna terpent-pental.
Tibalah dia di depan rumah bercat tembok ungu, diteras terlihat Ibu tirinya sedang duduk santai berselojoran sambil memainkan ponsel, tampaknya wanita berbadan gempal itu tak menyadari kehadiran Anna.
"Assalamualaikum." Ucap Anna.
Ibu tirinya hanya menyerngit, tak menjawab salam Anna, malah memajang wajah masam.
"Ayahku mana Bu? " Tanya Anna yang mengamati isi rumah dari pintu terbuka.
Ibu tirinya masih asyik mengotak-atik ponselnya.
"Ayah kamu sekarang tidak ada di rumah."
"Kemana Bu?? "
Ibu tirinya tak menjawab, bak orang tuli.
"Bu, aku tanya, Ayahku kemana? " Tegas Anna sekali lagi.
"Mau apa? minta uang lagi? "
Anna membelalakkan mata, perempuan dihadapannya ini memang sangat pencemburu bila itu sudah menyangkut keuangan, tetapi bukankah dia tahu bahwa Anna dan Adik-adiknya sudah tak lagi dinafkahi oleh Ayahnya.
"Bu, Aku kesini bukan untuk meminta uang, tanpa uang dari Ayah pun, kami bisa makan dan sekolah." Tutur Anna.
"Baguslah kalau begitu, Ayahmu saja itu belum mampu mencukupiku, jadi jangan harap kalian dapat hasil darinya."
Anna berusaha menahan emosinya. Andaikan Ibu tirinya sedang tidak hamil, mungkin di sudah mengata-ngatainnya.
Karna tak ingin bertengkar dengan Ibu tirinya, Anna langsung pergi dari rumah itu, meninggalkan wanita itu dengan tatapan sinis.
Anna melajukan kembali sepeda motornya, mencari letak posisi Ayahnya sering mangkal.
"Ya Allah, ujian sekali kami untuk Anak-anak yang mendapat ibu tiri macam dia." Lirih Anna yang mengingat segala perlakuan Ibu tirinya.
Anna melihat sekumpulan Bapak-bapak yang sedang main kartu, pasti Ayahnya juga nimbrung disitu,dia sangat yakin. Memang benar, Ayahnya sedang memegang kartu sambil terkekeh melihat kekalahan lawannya.
"Ayah. " Anna memanggilnya.
Ayahnya memperbaiki pandangannya yang agak buram melihat sosok Anna dari jauh, dia menitipkan kartu di temannya lalu pun menghampiri Anaknya itu.
"Anna, mau apa kamu kemari? " Tanyanya yang memalas juga tidak suka dengan kehadiran Anna.
Ayahnya memang benar-benar berubah. tak lagu sayang pada mereka, semenjak Ibunya meninggal dunia, saat itulah kasih sayang itu lenyap.
"Ayah kenapa memukul Raka? dan kenapa juga ayah mengatakan pada Rasti dia pembawa sial? " Komplen Anna.
"Ini yang jadi salah satu Ayah sudah tidak mau memperhatikan kalian, selalu banyak protes sama Ayah. Ayah beginilah, begitulah, sana pulang saja." Hardiknya pada Anna.
Pria bertubuh kurus yang sudah mengriput itu kembali ke rombongan teman-temannya, tak menggubris Anna yang mulai berkaca-kaca.
"Malangnya nasib kami punya Ayah seperti dia. " Ucap Anna dengan mata nanar.
Anna pergi dengan perasaan kesal, dia seperti berbicara dengan orang lain yang tak ia kenal, seorang Ayah yang satu-satunya orang tau mereka sudah tak mau ambil pusing dengan ketiga Anaknya.
"Baiklah.. jika itu mau Ayah, kami juga tidak akan mau bertemu."kecamnya.
Dia kembali ke Kota tempat tinggalnya,arahnya menuju pulang ke rumah Uwa Nuri,dia ingin beristirahat sejenak, sebab usai mahgrib dia akan kembali bekerja di loundry.
***************
Anna mengepal kedua tangannya lalu memghetakkan diatas meja.
Braaakkkk!!
"Ini mahgrib Dek, Kakak selalu bilang kalau mahgrib jangan main hp, apalagi saat Adzan."
Geram Anna melihat Raka dan Rasti yang masih saja memainkan hp disaat Adzan berkumandang.
Kedua Adiknya itupun beranjak menuju kamar mandi untuk berwudhu, Anna menyapu dadanya sendiri.
"Astafirullah, lama-lama aku bisa cepat tua kalau begini, setiap hari ada saja yang buat jengkel." Gerutu Anna.
Raka pun mengambil alih untuk menjadi Imam, Anna, Rasti, dan Uwa Nuri berbaris menjadi Makmun.
Setelah sholat Anna menuju ke kamar, bersiap-siap menuju ke laundry, sedikit make up dengan memodifikasi kerudung pahsminanya ia sudah makin cantik, nalurinya sebagai perempuan memperindah diri agar hatinya sedikit terhibur.
Ada yang membuka pintu kamarnya dari luar, dibaliknya ada Raka.
"Kenapa berdiri disitu? masuk? " Imbuhnya pada Raka.
Raka hanya menyandarkan diri dipintu.
"Kak, masih pacaran dengan Pak Faiz? " Tanya Raka menunggu jawaban.
Anna yang sibuk membereskan tempat tidurnya menjawab.
"Ya,memang kenapa?"
"Jangan dilanjutkan lagi." Pinta Raka.
Anna terperangah, memutar wajah ke Raka.
"Kenapa? Faiz orangnya baik."
"Pokoknya jangan. Aku sebagai Adik Kakak tidak setuju Pria seperti dia tidak baik untuk Kakak. "
Remaja yang duduk dikelas dua SMU itu sangat menunjukkan ketidaksetujuannya.
Anna menatap wajah Raka yang meradang, baru kali ini dia melihat Adiknya seperti itu, apalagi ini hanya menyangkut masalah pribadinya yang tak begitu penting, pikir Anna.
Tidak ingin berdebat lagi, Anna menyudahi pembelaannya pada Faiz.
"Ya sudah, Kamu belajar sana,Kakak mau ke laudry dulu, Kakak pulang agak telat banyak pakaian yang harus diselesaikan, tanya Uwa kalau pulang nanti, ya."
Anna yang berada diatas sepeda motornya menaruh sederet pertanyaan, mengapa tiba-tiba Raka menentang hubungannya dengan Faiz.
Padahal Faiz adalah salahsatu guru Raka disekolah, dan mereka juga sering bertemu ketika Faiz bertamu ke rumah.
Akhir-akhir ini Faiz memang tak seperti dulu, dia sudah sangat mengabaikan dirinya, membalas chat pun tak pernah,an membelok ke tikungan,tiba-tiba Anna dikagetkan oleh deretan mobil mewah yang melaju dengan kecepatan tinggi tepat disampingnya, sontak Anna menarik rem.
"Ya Allah, orang kaya, orang kaya." Hardiknya.
Segerombolan mobil mewah itu tampaknya diisi para bos-bos besar yang memilik kekuasaan. Ssebagai pengguna jalan yang kecil, hanya bisa memaklumi.
Anna hanya mengelang, tak habis pikir dengan orang yang ada di dalam mobil-mobil itu, bila membuat orang disekitarnya terkejut bisa membahayakan pengendara lain.
Dia kembali melanjutkan perjalanannya dengan kecepatan rendah sebab rasa terkejut itu belum sirna, takut bila ada yang seperti itu lagi, dia tak ingin terjadi sesuatu dengan dirinya, apa jadinya Raka dan Rasti nanti.
"Hidup, hidup, penuh perjuangan." Tuturnya dalam hati.
Pribadi Anna memang sangat Ceria, namun segala problema hidup buat gadis berzodiak sagitarius itu kadang pemurung.
Kisah hidup yang berlika-liku banyak memberinya pelajaran agar menjadi pribadi yang baik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments