Di tengah kebimbangan yang menyiksanya siang itu, ia mencoba membuang semua dugaan-dugaan konyol dalam pikirannya. Ia menekan rasa cemas yang mulai menyerangnya.
Tadi sempat terfikir olehnya untuk meninggalkan tempat itu, dan diam-diam ingin menghubungi Reni sepupunya duluan. Baru setalah itu, ia menemui gadis pemilik ponsel yang sudah diperbaikinya.
Namun, karena sudah tidak tahan dengan berbagai pikiran dan strateginya, ia memutuskan untuk menghadapi situasi yang ada.
Perlahan ia membalikan tubuhnya. Karena tadi begitu kaget melihat Reni sedang bersama dengan gadis itu, spontan ia berbalik membelakangi mereka. Tepat saat ia berbalik lagi, matanya melihat pemandangan yang entah mengapa sedikit membuatnya tidak suka. Why? what's wrong? Entahlah.
Rasa ketidaksukaannya membuat dirinya tidak menyadari, jika Reni, adik sepupunya sedang tersenyum lebar menyambutnya.
Reni yang mengira kakaknya itu kelelahan karena buru-buru ingin menjemputnya, bahkan ia tidak menyadari arah pandang pemuda itu yang hanya terfokus pada sosok mungil di sampingnya. Dengan cepat dia berpamitan pada teman-temannya.
Saat lambaian tangan Jenn yang belum sempat terayun sebagai ucapan perpisahan padanya tiba-tiba terhenti, bersama dengan itu raut cerianya berubah marah, di sini Reni menyadari satu hal.
Gadis itu mengikuti arah pandang Jenn, dan ia menjadi bingung, ketika tahu yang ditatap marah oleh Jenn adalah kakak sepupunya. Yang lebih membuatnya bertambah heran, ketika ia melihat tatapan yang berbeda di mata kakaknya.
Apa yang terjadi di antara mereka? Sepertinya mereka sudah saling kenal.
OMG! Apakah yang dimaksud Jenn, orang yang menginjak ponselnya tanpa sengaja adalah kakak?
Tepat sasaran. Seperti dugaan-dugaan konyol pemuda tampan tadi, tentang beragam pertanyaan aneh dari adik sepupunya, benar-benar terealisasi alami.
Giliran Reni yang kebingungan menghadapi situasi ini. Antara ingin menghampiri dan menyapa kakaknya lebih dulu, atau malah bertanya lebih dulu pada Jenn. Untung saja Alana tak sengaja ditelepon kekasihnya, dan memaksa Jenn untuk segera beranjak dari sana.
"Jenn, ayo! Katanya tadi mau ke tempat yang Lo udah janjian nungguin orang tadi kan? Tunggu apa lagi?" ucap Alena mengalihkan perhatian Jenn dan Reni.
Jenn lalu memutuskan tatapannya dan menanggapi ucapan Alena.
"Nggak usah Al, orangnya sudah di sini kok. Nggak perlu repot-repot kesana-kemari." jawab Jenn santai, sambil bersedekap. Tapi, tatapannya masih menyiratkan sedikit amarah yang perlahan menyurut.
"Hah, beneran udah di sini? Mana orangnya? Yang mana, Jenn?" tanya Alena tidak sabaran sambil celingak-celinguk mencari seseorang di sana.
"Ehm! Jenn, maksud Lo ... lelaki yang berdiri di depan sana? Yang sedang melihat ke sini?" Pada akhirnya Reni bertanya dengan hati-hati. Karena ia tidak tahu harus berbuat apa, dan seperti apa lagi.
"Yaps, benar sekali! Gue perhatiin sepertinya Lo kenal orangnya, Ren?" jawab Jenn sekaligus melemparkan pertanyaan balik. Ia menatap Reni dengan sebelah alis yang terangkat.
"Eh, i-iya, Jenn. I-itu kakak sepupu gue ... yang dari tadi gue tungguin," jawab Reni sedikit tergagap, hampir setengah berbisik di akhir kalimatnya. Ia memahami situasi ini, dimana kakaknya yang bersalah, walaupun tidak disengaja.
"Oh ... jadi dia kakak sepupu Lo? Baguslah. Jadi kalo misalnya dia berniat buat lari dari tanggung jawabnya, ya ... gue masih bisa menyandera adiknya ini. Lumayan kan genkz?" Jenn menyeringai tapi itu hanya candaan menakut-nakuti Reni.
Entah kenapa ia yakin bahwa pemuda itu pasti telah memperbaiki ponselnya. Buktinya dia sekarang ada di hadapannya, dan sepertinya tidak berniat untuk berpindah dari sana, meski Jenn menangkap tatapan aneh lelaki itu.
"Jenn, please! Jangan sadis kayak gitu dong. Gue tau kok, Lo orang baik. Lagian orangnya ada di depan Lo sekarang kan?" Reni bergidik merasa terancam.
Bagaimana tidak? Jenn yang mungil itu selalu dikelilingi sahabat dan teman-teman yang seperti guardian angel baginya, dan akan dengan senang hati membantunya dalam segala hal.
Jenn hampir tertawa menanggapi ocehan Reni, tapi masih dapat ditahannya.
Emang dikira gue sesadis dan sejahat itu apa? Jenn terkikik geli dalam hatinya.
Namun, kemudian dia tersadar dengan tingkah teman-temannya yang pada menganga, menatap lelaki tampan di depan sana dengan tatapan memuja. Kecuali Alena yang pada dasarnya sudah memiliki kekasih.
"Ren, benarkah itu kakak sepupu, Lo?" tanya Fio tak percaya dengan gaya centilnya.
"Ganteng doang, eh enggak ... ganteng banget," canda Maureen dengan genit.
"Kenalin dong, Ren, ini mah gak boleh dilewatkan." tambah Reta dan Yuni penuh semangat.
Jenn memutar bola matanya malas. Kesal dengan teman-temannya yang tidak bisa tenang jika melihat lelaki tampan sedikit saja lewat di depan mata.
Reni melirik Jenn sebentar dengan ragu. Bolehkah memanggilnya kesini? Seperti itu yang tersirat lewat tatapannya. Jenn yang paham pun mengangguk, membiarkan Reni memanggil kakaknya karena dia juga butuh bertanya tentang ponselnya.
..._____☘️☘️☘️☘️☘️_____...
.......
.......
.......
.......
.......
...to be continued ......
.......
.......
.......
Happy reading buddies 😊❤️
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yah🙏🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Alana Alisha 🌻
oh begitu... perkara handphone ternyata sangkut pautnya ke kaka sepupunya Reni...
2021-08-01
1
Mommy Gyo
dua like hadir thor
2021-07-15
1
ARSY ALFAZZA
mantap 👍🏻
2021-05-28
1