Nala menstarter motornya dan melaju pergi dari sana, Mas Radit masih memperhatikan punggung Nala sampai Nala benar-benar tidak terlihat dari sana.
"Mas Radit mau pulang?" tanya Tata yang sudah berdiri di sebelah Mas Radit.
"Iya, aku mau pulang dulu karena Om ku nanti yang akan menjaga di sini. Aku ada urusan penting mau mengantar ibuku ke rumah sakit. Memangnya ada apa?
"Mas Radit, apa boleh aku ikut bareng pulang sama Mas Radit?"
"Kamu biasanya pulang sama siapa?"
"Aku biasa pulang sendiri, tapi ini terlihat mau turun hujan, aku takut nanti hujan sudah turun, aku belum dapat angkot, Mas."
"Ya sudah, aku ambil kunci mobil dulu." Radit berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya dan tidak lama dia keluar dan mengajak Tata masuk ke dalam mobilnya.
Nala kebetulan hari ini mendapat shif pagi dengan Tata Juga, cafe dia mana Nala bekerja buka sampai jam 22.00 malam. Cafe itu cukup besar dan terkenal jadi karyawannya banyak. Andai Nala tidak terkendala biaya dia pasti bisa bekerja dan kuliah, tapi gaji dia saja hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan membayar kontrakan rumah yang dia tinggali dengan bibinya.
Nala dengan semangatnya menuju rumah Rara, tidak lama tiba-tiba motornya berhenti, sepertinya penyakit mogoknya kumat. "Aduh! kenapa pakai mogok di tengah jalan begini? mana mau hujan!" gerutu Nala kesal.
Dia turun dan memeriksa motornya. Nala bingung dia perasaan sudah mengecek sambungan motornya yang tadi di sambung oleh Mas Radit dan sambungannya baik-baik saja, tapi kenapa tidak bisa nyala lagi motornya.
"Jalanan sepi lagi! aku dorong saja sebentar, siapa tau nanti bisa menyala." Nala mendorong motornya berjalan perlahan. Dan tidak lama dia coba menaiki motornya mencoba menstarternya lagi, dan akhirnya bisa menyala.
"Allhamdulillah bisa!" serunya senang. Nala kembali berjalan sebelum hujan turun, dan tepat jalanan menurun tiba-tiba motor Nala oleng, dan ...
Brak ...
Motor Nala dan mobil mewah seseorang saling bertabrakan seketika Nala jatuh menatap jalanan dan pingsan. "Oh Tuhan! bos, sepertinya kita menabrak seseorang," ucap seorang pria dengan tampang terkejutnya.
"Kamu bagaimana sih, Ren? Kita periksa orang itu." Kedua pria di dalam mobil itu keluar dengan cepat, dan memeriksa Nala yang jatuh pingsan di sana.
"Seorang gadis, Bos. Sepertinya dia tidak mati, dia hanya pingsan," ucap pria yang mengemudikan mobil mewah itu.
Pria dengan perawakan tubuh yang proposional dan tatapan tajam tapi meneduhkan itu mengamati Nala yang masih pingsan. "Gadis ini mungkin bisa membantuku. Dia masih muda dan bukan tipeku sama sekali," dialognya perlahan.
"Ren, kamu urus mobilnya, biar aku yang mengurus gadis ini." Pria dengan muka balsteran asianya tepatnya ada keturunan Jepangnya itu menggendong tubuh Nala yang masih pingsan.
"Bos, kamu mau apakan gadis itu?" kedua alis mata Reno--asistennya terlihat hampir menyatu.
"Dia akan ikut dalam rencana yang tadi kita bicarakan," ucapnya cepat sambil membawa Nala masik ke dalam mobil.
"Serius?! tapi--." Reno tampak bingung. "Bos, gadis ini cuma gadis biasa, dan lagian dia apa bisa di bandingkan dengan Annabella?" Reno yang mengikuti bosnya di belakang.
Pria itu sudah meletakkan tubuh Nala di kursi belakang dan dia menutup pintunya. "Aku tidak akan salah memilih orang, dan kamu jangan banyak bicara, urus motor bututnya dan biar aku yang mengurus gadis itu."
Pria itu membawa Nala pergi dari sana. Reno sang asisten bingung berdiri di depan motor Nala yang masih tergelatak di jalan. "Bos itu, sebenarnya apa yang ada dipikirannya mau menjadikan gadis itu dalam rencananya." Reno mengambil motor Nala dan menghubungi seseorang.
Mobil mewah berwarna hitam itu masuk ke dalam tempat parkir khusus sebuah apartemen mewah. Nala yang masih pingsan di gendong oleh pria itu masuk ke dalam apartemen mewahnya yang pintunya hanya bisa di buka oleh kode khusus.
Nala dibaringkan di atas ranjang dengan ukuran king sizenya, semua tirai jendela masih tertutup rapat, hanya cahaya dari lampu yang membuat pria itu dapat melihat wajah Nala.
"Gadis ini kelihatannya masih sangat muda, wajahnya lumayan cantik, dia sepertinya bekerja di sebuah cafe." Pria itu melihat nama cafe yang ada di seragam yang masih di pakai oleh Nala.
Di rumahnya, Rara sedang mondar mandir di depan teras rumahnya menunggu Nala yang dari tadi di telepon tapi tidak dijawab. "Nala mana, Sih? apa dia belum pulang kerja? apa dia disuruh lembur hari ini?"
Rara tampak bingung, apalagi Nala tidak mengangkat panggilannya. "Anak itu, kalau memang di suruh lembur pasti dia akan menghubungiku.
Nala masih terbaring di atas kasur empuk apartemen milik pria itu. Pria itu melepas semua baju yang dia pakai, hanya menyisahkan boxernya, dia mulai mendekati tubuh Nala. "Pasti menyenangkan bisa bersenang-senang dengan gadis muda seperti dia, dan bagaimana rasanya menjalin hubungan dengannya." Tangan pria itu mulai membuka kancing kemeja yang dipakai Nala.
Pagi menjelang dan terlihat cahaya matahari mulai menelungsup di balik tirai kamar di mana Nala masih terbaring tidur.
Nala mulai mengerjapkan matanya saat ada sinar matahari menyentuh sedikit wajahnya. "Aduh! kepalaku kenapa pusing begini?" Dia beringsut bangun dan bersandar pada tepi ranjang. Nala mengucek-kucek matanya perlahan.
"Ini--." Nala mengedip-kedipkan matanya beberapa kali, dan sekali lagi dia mengucek- kucek matanya lagi. "Ini kamar siapa? Kenapa bagus sekali, apa aku berada di surga ini?" celetuknya.
"Em ...!"
Nala tiba-tiba mendengar suara erangan pelan yang sangat berat, dan suara itu tepat di samping Nala. Dengan gerakan patah-patah Nala menoleh ke arah suara di sampingnya dan betapa terkejutnya dia melihat ada seorang pria berbaring dengan menunjukkan punggung polosnya dan bagian bawahnya tertutup selimut berwarna putih.
"Hah? ini siapa?" Nala terkejut dan dengan reflek menutup mulutnya cepat dengan kedua tangannnya.
Mata Nala memindai tubuh pria yang ada di sampingnya dan kemudian dia mulai melihat ke arah tubuhnya yang ternyata sudah polos di bagian atasnya karena selimut yang dia pakai ternyata melorot kebawah tanpa dia sadari.
"Hah!!!" Nala menarik selimutnya naik ke atas menutupi tubuhnya dan seketika air matanya mulai menetes perlahan. "A-apa yang sudah terjadi denganku? ke-kenapa ini bisa terjadi, siapa pria ini? apa yang sudah dia lakukan sama aku?"
Nala melihat ke arah bawah ranjang, di mana baju-bajunya tercecer sembarangan di bawah. Nala perlahan mendekatkan jari telunjukknya menyentuh punggung pria yang masih terdengar napas teraturnya itu. "Hei ... bangun ...," panggilnya dengan suara terisak.
Maaf ya semua kalau aku up bab untuk novel ini kadang tidak tepat waktu, dan maaf kalau ada typo bertebaran, nanti pasti aku perbaiki. Dan akan up dengan waktu yang tepat dan teratur. Terima kasih masih tetap terus membaca cerita aku ini, aku akan up jam 12 siang ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
mama Febri
menarik
2021-08-08
2
Novia Aryani
wah jangan2 itu jodohnya nala
2021-04-15
1