Nala sampai di depan resto yang lumayan besar, saat dia baru saja melangkahkam kakinya di sana, sebuah tangan menariknya dengan cepat.
"Aduh!" Nala tidak sengaja kejedot dahi seseorang.
"Aduh, Nala. Sakit ....!" serunya sambil memegangi dahinya dan Nala pun sama memegangi dahinya.
"Tata, kamu sendiri yang salah, kenapa menarik tangan aku keras begitu, sampai kepala kita saling berbenturan." Nala masih mengusap-usap dahinya.
"Aku itu mau menyelamatkan kamu dari kemarahan bos kita."
"Menyelamatkan aku? memangnya aku kenapa? aku baik-baik saja," ucapnya santai.
"Huft! kamu tidak tau, Ya. Tadi aku mendengar si bos gendut itu memanggil Mas Radit dan dia minta Radit untuk mengeluarkan kamu dari pekerjaan kamu."
Glek ...
Seketika Nala dengan susah payah menelan ludahnya. "Me-nge-lu-ar-kan aku?" seketika Nala jadi gagu. Matanya berkedip beberapa kali.
"Iya, katanya kamu membuat masalah dengan pelanggan seorang wanita yang pesanan makananya kamu kirim, kamu sih sok-sokan pakai menawarkan diri mengirim makanan ke sana, kan bisa menunggu kurir kita untuk mengirim."
"Bukannya sok-sokan, aku kasihan, kan tadi kurir kita si Tono lagi tidak enak badan, jadi aku ya mau membantunya. Lagian dia--pelanggan itu mengadu apa sama si bos?"
"Katanya kamu sudah tidak becus bekerja, kamu sudah mengantarkan makanannya lambat dan saat makanannya tiba di sana makanan itu bentuknya sudah tidak layak untuk di makan."
"Apa?! kenapa dia berbohong, aku saja sampai mendorong motorku saat motorku mulai kumat, tapi aku tepat waktu mengantarkan makanan itu, dan lagian makanan itu baik-baik saja, aku bahkan melihatnya dia membuka makanan itu untuk di makan dengan selingkuhannya." Nala seketika menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
"Selingkuhan? maksud kamu siapa, Na?"
"Em ... itu, bukan siapa-siapa." Nala jadi bingung.
"Apa kamu memergoki orang berselingkuh? mungkin orang itu marah dan bicara yang tidak -tidak sama si bos."
"Lalu aku sekarang harus bagaimana, Ta? kalau sampai aku dipecat, aku mau makan apa? biaya kontrakan rumah yang aku tempati sama bibi bagaimana?" Nala terduduk lesu.
"Nala, bisa ke ruangan saya sebentar." Seorang pria dengan tinggi 170 cm dan badan yang cukup ideal serta rambut rapinya berdiri di sana.
"Mas Radit." Seketika Nala berdiri langsung dari tempatnya. "I-iya, Mas, saya akan keruangan mas Radit."
Nala berjalan mengikuti mas Radit dari belakang Mereka masuk ke ruangan yang tidak terlalu besar, tapi sangat nyaman.
"Silakan duduk, Nala," ucap Radit ramah.
Nala duduk dengan muka cemasnya. "Mas Radit mau memecat saya, Ya?" tanya Nala cepat. "Jangan ya, Mas Radit. Saya masih butuh uang untuk memenuhi semua kebutuha. hidup saya dan bibi saya, saya meminta maaf atas kesalahan yang saya perbuat." Nala melipat kedua telapak tangannya memohon pada pria yang malah tersenyum memperhatikan tingkah Nala.
"Mas Radit kok malah senyum? saya serius takut jika Mas Radit memecat saya, saya tidak tau harus berbuat apa kalau Mas Radit memecat saya."
"Memangnya kamu lagi sangat membutuhkan uang, Ya? kamu butuh uang berapa?" tanya Radit santai.
"Mas Radit bukannya mau memecat saya? kenapa malah bertanya saya membutuhkan uang berapa?" Seketika Nala bingung.
"Siapa yang mau memecat kamu? memangnya kamu kira aku memanggil kamu karena mau memecat kamu?"
"Loh! bukannya tadi Tata bilang kalau Mas Radit tadi dipanggil oleh si bos gendut. Em ... maksud saya paman Mas Radit karena Mas Radit disuruh mengeluarkan saya?"
"Oh soal itu, memang awalnya seperti itu, tapi aku sudah menjelaskan jika kamu baru pertama kali ini mengantar makanan karena kamu mau membantu Tono yang sedang sakit, dan saya sudah bilang akan mengganti makanan yang dipesan oleh pelanggan itu. Kami tidak akan memecat karyawan serajin dan bertanggung jawab seperti kamu, Nala," terangnya.
"Jadi saya tidak dipecat? terima kasih Mas Radit." Nala dengan cepat menggenggam tangan Radit yang ada di atas meja. Radit tersenyum melihat hal itu.
"Sama-sama, Nala." Radit juga membalas genggaman tangan Nala.
Nala yang sadar segera menarik tangannya dan dia meringis pada Radit. "Maaf, mas Radit, saya tidak sengaja." Nala tampak aneh. "Sebenarnya Mas Radit tidak perlu mengganti makanan itu, makanan yang aku antar tadi baik-baik saja, dan tepat waktu, hanya saja tante itu mungkin marah sama saya karena saya sudah ikut campur dengan urusannya, makannya dia membuat laporan buruk tentang kinerja saya," terang Nala.
"Memangnya kamu ada masalah apa sama pelanggan itu?"
"Dia itu--." Nala tampak bingung mau menceritakan apa tidak, tapi kalau tidak cerita dia pasti yang akan di salahkan, tapi kalau cerita dia membuka aib ayah dari sahabatnya.
"Kalau kamu tidak mau cerita denganku tidak apa-apa. Aku percaya jika kinerja kamu itu sangat baik dan bertanggung jawab walaupun pertama kali mengantar makanan."
"Mas Radit, kalau mas Radit mengetahui rahasia besar tentang keluarga sahabat Mas Radit, apa Mas Radit akan menceritakan kepada sahabat Mas Radit, meskipun Mas Radit tau hal ini bisa membuat sahabat Mas Radit sangat sedih?"
"Apa ini berhubungan dengan pelanggan tante-tante itu?"
Nala mengangguk perlahan. "Sebaiknya kamu mengatakan sebenarnya, walaupun itu nantinya membuat sahabatmu bersedih. Karena jika sahabat kamu tau dari orang lain, apalagi sahabat kamu tau jika kamu menyembunyikan hal itu, maka itu akan lebih menyakitkan nantinya."
"Iya, benar juga apa yang dikatakan Mas Radit." Nalan tampak sedih.
"Kamu harus bisa menjadi sahabat yang nantinya bisa menjadi penguat untuk sahabat kamu itu, Nala. Aku yakin kamu bisa membantunya melewati masalahnya." Sekarang gantian tangan mas Radit menggenggam tangan Nala.
"Maaf, apa saya mengganggu," tiba-tiba suara Tata yang sudah berdiri di depan pintu yang tidak tertutup rapat.
Nala seketika menarik tangannya dan Radit melihat ke arah Tata. "Ada apa, Ta? tanya Radit.
"Maaf, Mas Radit. Saya mau memanggil Nala karena di luar sudah mulai ramai dan kita kekurangan orang untuk membantu," ucap Shasa sedikit takut.
"Oh iya maaf, Ta. Ya sudah kalau saya tidak jadi di pecat saya permisi dulu." Nala langsung beranjak dari tempat duduknya dan mengajak Tata kembali bekerja.
"Kalian membahas tentang apa sih, Na? apa kamu jadi di keluarkan?"
"Aku senang sekali, Ta. Aku tidak jadi dikeluarkan, Mas Radit meyakinkan Pamannya supaya aku tidak dikeluarkan. Mas Radit itu sangat baik deh, Ta." Nala tersenyum senang.
"Jadi kamu tidak dikeluarkan?"
"Enggak Tata. Apalagi kata Mas Radit aku karyawan yang baik dan rajin, jadi Mas Radit mencoba meyakinkan pamanya supaya aku tetap bekerja di sini."
"Kamu suka ya, Nala, sama mas Radit?" celetuk Tata.
Seketika Nala melihat ke arah temannya itu.
Jangan lupa Vote dan like kalian ya. Author pertama kali ini ikut lomba, dan novel ini yang author ikutin lomba, biasanya gak pernah, gak pede soalnya. Hiks ...! Tapi kali ini mencoba memberanikan diri. Bismillah.
Si gadis cantik yang sangat pekerja keras. Surinala Maharani usia sekitar 22 tahun yang sudah menjadi gadis yatim piatu sejak kecil dan dia diasuh dan di besarkan oleh bibinya yang hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Novia Aryani
Lanjut kak penasaran nih
2021-04-15
7
Puput Syahreza
semangatttt Kakak author 😉😉😉
2021-04-06
1