Nala dengan riang menstarter sepeda motornya, tapi ini sepeda malah tidak mau menyala. Nala mencobanya sekali lagi tapi tetap tidak mau menyala sampai pada akhirnya dia kelelahan. Mas Radit dari dalam cafe itu melihat Nala yang masih berdiri tidak jauh dari pintu utama cafe itu berjalan menghampiri Nala.
"Na, kenapa? motor kamu mogok lagi?" tanyanya.
"Mas Radit, iya ini motorku tidak mau menyala, padahal sudah aku isi bensin, makhlumlah, Mas radit ini motor jadul jadi ya begitu." Nala nyengir.
"Coba aku periksa sebentar." Mas Radit memeriksa motor Nala, dia menemukan ada sambungan yang terlepas. "Ini ada yang terlepas, sebentar aku ambilkan perekat dulu." Mas Radit masuk ke dalam cafe dan kemudian dia tidak lama keluar dan membetulkan motor Nala. "Sudah bisa nyala, Nala."
"Allhamdulillah, iya sudah bisa menyal, wah! Mas Radit ternyata jago juga jadi montir," celetuknya.
"Aku tentu saja bisa memperbaiki mot, dulu saja sepeda kamu sering aku perbaiki."
"Hah? sepeda aku?" Nala bingung.
"Eh, sudah sana antar, nanti kalau kamu terlambat mengantarkan pelanggan kita jadi marah."
"Oh iya! kalau begitu saya pergi dulu, Mas Radit."
Tangan Radit dengan cepat menahan tangan Nala. "Aku. Jangan menggunakan kata saya jika berbicara denganku, Nala," ucapnya lembut.
"Em ... iya, sa-. Maksudku, aku minta maaf, Mas Radit. Nala menarik tangannya yang dipegang oleh Mas Radit dan dia pergi dari sana.
Nala mengendarai pelan-pelan motornya sambil berpikir dengan apa yang barusan di ucapkn oleh Mas Radit. "Memangnya dulu aku kenal dengan Mas Radit? dan tadi dia bilang dia pernah membetulkan sepedaku? memangnya kapan dia pernah membetulkan sepedaku?" Nala benar-benar tidak ingat dan bingung.
Di tengah-tengah perjalanan Nala berhenti sejenak, dia baru ingat jika dia belum melihat alamat pelanggan yang memesan makanan di tempat dia bekerja. ":Haduh! Nala bodoh, kenapa tidak melihat dulu alamat di mana makanan ini harus di antar."
Nala mengeluarkan kertas nota di mana alamat itu berada. Mata Nala membulat melihat alamat di mana dia harus mengantar makanan itu."Inikan rumahnya Rara, lah kenapa dia malah memesan makanan? apa dia tidak kuliah?" Nala berdialog sendiri.
Nala kembali melanjutkan perjalananya, beberapa menit kemudian dia sampai di sebuah rumah yang tidak terlalu besar, tapi cukup nyaman dengan adanya taman di depan rumahnya.
"Nala!" teriak seseorang dari dalam rumah berlari dan langsung memeluk Nala.
Gadis dengan perawakan tinggi besar itu dengan erat memeluk Nala, seolah-olah dia sudah lama tidak bertemu dengan sahabatnya itu. "Ra! haduh! aku gak bisa napas ini!" Nala mencoba menyingkirkan lingkaran tangan sahabatnya di lehernya.
"Kamu kenapa, Sih? aku kan kangen sama kamu, kitakan sudah lama tidak ketemu. Lagian kamu sudah jarang menghubungiku." Rara manyun.
"Lah! apa aku harus menghubungi kamu sehari tiga kali, kamu kan tau sendiri aku sibuk bekerja, Ra. Apalagi pulsa ponsel aku juga jarang ada isinya, ponselku saja kadang buat telepon juga suaranya datang dan pergi sendiri kek jailangkung." Nala memutar bola matanya jengah.
"Bilang sama aku kalau tidak punya pulsa, aku akan membelikan kamu pulsa, Na."
"Tidak perlu, kamu sudah banyak membantu aku, Rara, dan aku tidak mau banyak menyusahkan kamu." Nala mengeluarkan box makanan yang dipesan oleh Rara. "Kamu gak kuliah, Ya? kok memesan makanan?"
"Kamu tidak tau, Ya, kalau aku sakit, jadi aku tidak masuk kuliah," ucap Rara pelan.
"Hah? kamu sakit?" Tanya Nala sambil mendekat ke arah Rara. "Kamu sakit apa? memangnya ada penyakit yang berani mendekat sama kamu?" celetuk Nala ngasal
"Ck! aku kan juga manusia, aku bisa sakit, Na." Rara mengambil box makanan itu dan membawanya masuk, Nala ikut masuk mengekori Rara di belakang. "Aku tidak enak badan, gara-gara ayahku."
Deg ...
Seketika detak jantung Nala berdetak cepat, dia baru nggeh tentang perselingkuhan ayah Rara tadi pagi. "Me-memangnya kenapa dengan ayah kamu?" tanya Nala takut.
"Kamu kenapa jadi terbata seperti itu? kamu ikut khawatir ya saat aku bilang tentang om baik kamu? ayahku tidak apa-apa, aku hanya kanget sama ayahku, kenapa ayahku lama sekali kali ini keluar kotanya, aku kan jadi rindu, apalagi ibuku sering dinas malam di rumah kilinik."
"Oh, ya kamu jangan terlalu memikirkan ayah kamu, nanti kan pasti pulang."
'Ya semoga saja om baik-- eh maksud aku ayahnya Rara akan kembali pulang. Aku bahkan sudah tidak mau menyebut dia dengan nama om baik, julukan itu sudah tidak pantas diberikan kepada ayah Rara yang tukang selingkuh itu.' ucap Nala dalam hati.
"Nala, temani aku makan siang, Ya? kamu juga kan belum makan? aku males makan di rumah sendirian.
"Memangnya ibu kamu belum pulang?"
"Belum, semalam ibuku dinas malam karena ada pasien yang mau melahirkan jadi pasti masih menungguinya. Makan sama aku ya, Na?" rengeknya.
"Dih! udah segede ini merengek, gak pantas kamu, Ra," cibir Nala.
"Biariin! aku jug lagi butuh teman yang mau mendengarkan curhatan aku, Na. Aku sudah putus sama cowok aku di kampus."
"Siapa? si pria pesolek itu yang kemana-mana selalu sok kegantengan?"
"Eh, si Rendra itu emang ganteng lagi, Na. Dia juga idola anak-anak di kampus, kamu kan masih ingat dulu waktu kamu masih kuliah sama aku, kamu juga pernah kan suka sama dia."
"Dih! siapa yang suka, aku malah mengingatkan kamu supaya jauh-jauh dari dia, karena dia playboy cap ikan hiu."
"Iya benar juga sih kata kamu," ucap Rara pelan. Mereka berada di meja makan di mana mereka akan makan siang bersama.
"Ra, aku tidak bisa menemani kamu makan siang, aku harus kembali bekerja, kamu tau kan aku belum selesai pekerjaan aku, nanti deh pulang kerja aku akan ke rumah kamu dan kamu bisa curhat sepuasnya. Bagaimana?"
"Temani sebentar saja, inikan jam makan siang kamu, aku juga malas kalau makan sendirian," Rengeknya lagi.
"Ya sudah aku temani, tapi gak lama ya karena aku harus kembali ke tempat kerja aku."
"Ok." Nala akhirnya menemani Rara makan siang sebentar, lumayan lah dia dapat makan siang gratis, setelah beberapa menit, Tidak lama ibu Rara sudah pulang, Nala izin untuk kembali ke tempat kerja karena memang jam makan siangnya sudah selesai, Nala berpamitan sama ibu dan Rara, dia mau kembali ketempat kerja.
"Nala, jangan lupa pulang kerja ke rumah, Ya?" Teriak Rara.
"Iya, bawel!" balas Nala.
Nala kembali ke tempat kerjanya dan kemudian dia bekerja seperti biasa, sampai jarum jam menunjukkan angka 5 sore, Nala bersiap-siap untuk pulang, Mas Radit datang menghampiri Nala.
"Na, kamu mau pulang? apa mau saya antar saja? kamu pasti capek, kamu taruh saja motor kamu di sini."
"Tidak usa, Mas Radit. Aku mau ke rumah Rara sahabat aku, tadi aku sudah berjanji pulang kerja mau ke rumahnya."
"Oh ya sudah kalau begitu, hati-hati kalau kamu ke sana nantinya." Mas Radit memberikan senyuman manisnya.
Mas Radit Danuatmaja
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 359 Episodes
Comments
Purwanti Wanti
masih meraba2
2024-06-20
0
Novia Aryani
Lanjut kak
2021-04-15
3