Cerita ini dibuat atas dasar imajinasi author yang mengelana. Tidak ada unsur yang berkaitan dengan fakta yang sebenarnya. Jika pun ada semua itu hanya sebatas kebetulan semata, atau author tanpa sadar memikirkan beberapa cerita dari beberapa media yang pernah dilihat atau dibaca. Maklum author juga cukup banyak membaca novel dari beberapa variasi genre.
...***Xiao System: Peramal Yi Hua***...
Yi Hua bersujud di hadapan Raja Li, “Hamba Yi Hua, Peramal Kerajaan, menghadap Yang Mulia.”
Sebagai orang baru di dunia ini, Yi Hua jelas tak mengetahui apa-apa tentang Kerajaan Li. Panduannya ialah ucapan Xiao yang ada di telinganya. Akan tetapi, sejak awal Xiao busuk ini bukanlah narator yang baik. Dia hanya menghabiskan seluruh penjelasannya dengan banyak ungkapan asal.
“Raja ini bernama Li Shen. Dia hanyalah seorang Raja yang penuh dengan keraguan. Dirinya sedikit pun tak memiliki jiwa kepemimpinan, dan sangat ceroboh. Kau dipenjara itu karena dirinya sangat membenci Li Wei, saudarinya sendiri. Li Wei itu adalah pendosa kerajaan. Dia kriminal sama sepertimu, dan dia sudah mati. Yah, itu hanya sedikit informasi tentang Raja dungu ini,” jelas Xiao malas-malasan.
Dasar! Kenapa dia sangat malas sekali untuk menjelaskan? Bukankah itu fungsinya Xiao ada di sini?
"Aku mendengar dirimu, Yi Hua."
“Berdiri.”
Yi Hua yang awalnya masih berbincang dengan Xiao langsung terkejut dengan titah itu. Tanpa sadar ia menegakkan tubuhnya untuk berbicara dengan Raja Li Shen ini. Dan, ini kali pertama ia melihat Raja Li Shen ini saat dia mencuri tatapan sekilas.
Secara rupa, Raja Li Shen ini cukup tampan. Namun wajahnya sangat sombong, dan menyebalkan. Kerajaan Li mungkin akan segera hancur dalam lima tahun mendatang.
Sebenarnya dia tak perlu kemampuan untuk meramal jika berkaitan dengan ini.
Dia hanya terkadang sarkastik untuk mengomentari banyak hal.
“Kau mengatakan jika Putera Mahkota perlu disucikan dari energi buruk?” tanya Li Shen, Raja Li sambil meninggikan dagunya.
“Maafkan kelancangan hamba, tetapi itulah yang hamba lihat, Yang Mulia.”
Sebenarnya aku mengarang saja -_-. Mana aku tahu dia terkena energi buruk atau dia punya penyakit lainnya.
“Kau adalah tahanan, Tuan Yi. Mengapa aku harus mempercayai ucapanmu?” tanya Li Shen sambil tersenyum mengejek.
Jangan lupa jika Peramal berwajah bersih ini jugalah yang menciptakan keributan di Kerajaan Li selama beberapa hari ini. Dan, mungkin akan berlanjut hingga beberapa hari mendatang. Itu semua karena Peramal Yi Hua telah meramalkan sesuatu yang tak seharusnya ia ramal.
Yi Hua membungkukkan tubuhnya, “Hamba mempertaruhkan kepala hamba untuk menyembuhkan Putera Mahkota.”
PLOK PLOK
Yi Hua memutar matanya jengah saat mendengar tepukan tangan dari Xiao. Makhluk Xiao ini masih jadi misteri untuknya.
Apa Xiao ini punya tangan untuk memberinya tepukan?
“Kau harusnya bercermin dan melihat bagaimana wajah HuaHua sekarang?” ejek Xiao sambil tertawa tak jelas.
Sayang sekali Yi Hua harus menyimpan semua kalimat manisnya untuk Xiao sekarang.
Li Shen menegakkan tubuhnya, “Apa imbalan yang kau inginkan?”
Entah mengapa tatapan Li Shen menjadi sedikit aneh.
“Maafkan kelancangan hamba, Yang Mulia. Berikan kerendahan hati Yang Mulia untuk mencabut perintah eksekusi hamba,” jawab Yi Hua tanpa berniat panjang lebar lagi.
SRING
Yi Hua tetap tak bergerak dari tempatnya meski sebuah pedang nyaris mengenai tubuhnya. Pedang itu menancap pada tiang penyangga istana yang ada di belakang Yi Hua. Seperti yang Yi Hua duga, Raja ini sangat sembrono dan tidak berpikiran jernih.
Bisanya dia menggertak. Padahal lemparannya sebenarnya tak begitu akurat.
Yi Hua tak perlu menjadi ahli pedang untuk tahu gerakan Raja Li. Dia sebenarnya bukannya gagal untuk melempar kepala Yi Hua. Hanya saja Raja Li memang tak akurat dalam melempar.
Mau seperti apa niat Raja Li, dia akan tetap salah melempar targetnya. Jika pun terkena, tak akan ada yang menyalahkannya. Itu semua karena Yi Hua adalah tahanan, dan Li Shen adalah seorang Raja. Sungguh hierarki yang sebenarnya, dan paling nyata di antara segalanya.
“Jika kau gagal menyembuhkan Putera Mahkota, maka kau akan dicambuk seratus kali dan dipenggal setelahnya. Kemudian, kepalamu akan digantung di alun-alun Kerajaan Li. Apa kau masih berani mengambil tugas ini?” tantang Li Shen.
Apa aku punya pilihan lain. Mengambil resiko terinjak duri saat mencoba berlari lebih baik daripada membiarkan diri sendiri terlindas kereta di belakang. Itu adalah prinsip aneh yang tercetak di kepala Yi Hua.
“Wah, kau pasti akan terkenal jika kepalamu digantung di alun-alun Kerajaan Li,” komentar Xiao tanpa berniat meringankan perasaan Yi Hua.
Misi keduaku adalah mencari cara untuk membungkam mulut Xiao busuk ini. Kenapa dia hanya cerdas saat mengejek saja.
“Hamba bersedia, Yang Mulia.”
Sejak ia berada di dunia ini, dirinya memang harus selalu berkencan dengan kematian. Ia tak bisa memundurkan tubuh untuk menghindar. Yi Hua harus terus meraih apa saja yang bisa menariknya keluar dari kematian. Bahkan jika itu pun harus berarti dia menarik akar menjulur yang berduri sekalipun.
Yi Hua kemudian di antar oleh seorang pelayan yang berwajah sangat lembut. Pelayan itu banyak berbicara pada Yi Hua untuk memberi informasi tentang keadaan Putera Mahkota.
"Apakah gejalanya cukup parah?" tanya Yi Hua yang sebenarnya bingung untuk apa dirinya bertanya.
Pelayan muda itu, Zi Si menampilkan wajah yang sangat khawatir. Terlihat sekali bahwa pelayan ini adalah orang yang mengurus Putera Mahkota sejak kecil. Sehingga aura seorang ibu terlihat di sana.
"Putera Mahkota tak bisa tidur dengan baik setiap malamnya. Dia berkata jika dirinya tertidur, maka akan ada tangan besar yang menariknya. Jika Putera Mahkota tertidur, itu terjadi seperti yang sudah seharusnya. Ada bekas cengkeraman di kakinya. Hal itu membuat Putera Mahkota sangat ketakutan. Lalu, setelah itu dia jadi sering jatuh sakit."
"Cengkeraman?" tanya Yi Hua yang penasaran. Sepertinya ini memang tak mudah.
Zi Si menganggukkan kepalanya, "Padahal setiap malam saya diminta untuk menjaganya. Namun saya tak melihat adanya keanehan, tetapi Putera Mahkota selalu bangun pagi dengan cengkeraman aneh di tubuhnya."
Yi Hua menggaruk kepalanya saat merasa ada sesuatu yang janggal di sini. Akan tetapi, dia tak mengatakan apa-apa pada Zi Si. Lagipula akan terlalu sempit jika dia langsung mengambil kesimpulan dari semua ini. Apalagi tentang energi buruk di Kerajaan Li.
Bisa jadi anak ini, Si Putera Mahkota adalah seseorang yang sangat sensitif pada hawa buruk. Sehingga dia seperti orang yang selalu didekati oleh hantu dan semacamnya. Yi Hua yakin hal semacam itu pasti lumrah di dunia ini.
"Apa saat kau menemaninya itu kau tidak merasakan sesuatu yang aneh? Seperti dingin di sekitarmu atau apapun?" tanya Yi Hua lagi.
"Apa kau mengira pelayan ini dirasuki oleh hantu? Sehingga dia yang menyakiti Putera Mahkota tanpa sadar," Xiao tiba-tiba muncul di pendengaran Yi Hua.
"Tidak, Tuan Yi. Semuanya baik-baik saja. Apa itu berarti energi buruk dapat menyakiti lewat mimpi?" tanya Zi Si langsung.
Yi Hua menggelengkan kepalanya, "Jika pun bisa dia harusnya ada perantara."
Yi Hua memutar-mutar kantong berisi jimat di tangannya. Ia berhasil mengambilnya dari ruangan pengobatan. Itu semua karena Yi Hua tak bisa membuat jimat. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk menggunakan cara ini. Sebab, dia tak mau mati konyol padahal dia sedang berjuang untuk hidupnya.
Peramal itu berjalan di belakang Zi Si, dan ...
TUK
Karena gerakan tangannya kantung yang ia bawa terjatuh begitu saja. Hal itu membuat Zi Si harus membantu Yi Hua memungut kantung. Saat itulah ia menatap tangan Zi Si yang lembut seperti bulu sapi. Kuku-kukunya rapi dipotong, dan ...
Tak terlihat bahwa tangan seperti kaki merpati ini bisa melakukan cengkeraman hingga separah itu.
Akan tetapi, Yi Hua tak mengatakannya dengan begitu keras. Sebab, masih ada banyak hal yang belum jelas dari masalah ini. Terutama saat berbicara tentang bekas dari 'mimpi' yang bisa muncul sampai ke kenyataan.
Jika pun itu bisa berarti energi buruk yang datang untuk Putera Mahkota sangat besar.
***
Yi Hua memeriksa kaki Putera Mahkota dengan seksama. Itu memang benar seperti yang diucapkan oleh Zi Si. Ada bekas memar yang membentuk tangan di sana. Bahkan ada bagian dari kulit Putera Mahkota yang terluka akibat cengkeraman itu.
Sangat jelas bahwa cengkeraman ini tidak dilakukan oleh Zi Si. Kuku Zi Si terlihat sangat rapi, dan ujung kukunya agak kuning. Itu menandakan bahwa Zi Si telah memotong kukunya agak lama.
Sedangkan memar yang ada di kaki Putera Mahkota terlihat baru. Ini seperti baru terjadi di malam sebelumnya. Bahkan bekas luka di paha kiri Putera Mahkota saja masih baru, masih basah dan belum mengering. Yi Hua jelas harus menyingkirkan Zi Si dari kasus ini.
"Apakah kau yakin bahwa kau tidak membual?" tanya Selir Kehormatan Wen.
Yah, ini belum dijelaskan, tetapi Selir Kehormatan Wen adalah ibu dari Putera Mahkota. Hal itu membuat Yi Hua agak jengkel, terutama saat Selir ini berada di sekitarnya. Itu membuat Yi Hua merasa tak nyaman.
Apalagi Selir Wen sangat sering menyindirnya, padahal Yi Hua tak paham juga alasannya.
"Hamba tak membual, Selir Wen. Walau hamba masih tak bisa menyembuhkannya sekarang, tetapi hamba sudah mulai memahami sesuatu."
Selir Wen melipat tangannya di dada. Wanita ini tak terlihat seperti khawatir dengan puteranya sendiri. Sehingga Yi Hua sangat gemas ingin menendang wanita ini. Hanya saja dia sedang tak mau membuat masalah lagi.
Nanti saja dia menendang wanita ini. Jika dia sudah bebas, dan dia akan menyamar. Kemudian, menendang wanita ini untuk melampiaskan kekesalannya.
"Apa yang kau pahami?"
Yi Hua memperhatikan kuku-kuku Selir Wen yang lentik seperti bulu landak, "Hamba hanya akan menyampaikannya pada Yang Mulia."
Suara decih terdengar dari Selir Wen.
Wanita ini sepertinya perlu diberikan jimat penutup mulut! Sayang sekali aku belum mempelajari bagaimana cara membuat jimatnya.
"Kau hanya ingin dekat dengan Yang Mulia saja, Tuan Yi. Apa kau sadar dirimu siapa?"
Hal itu membuat Yi Hua mengerutkan keningnya bingung. Ia sangat tahu jika Selir Wen merasa cemburu. Akan tetapi, mengapa dia tak cemburu pada tempat yang benar?
Bagaimana bisa dia cemburu pada Yi Hua, yang diketahui orang lain sebagai seorang pria?
Pasti ada sesuatu yang terjadi sebelum Yi Hua mendapatkan perintah untuk dieksekusi. Namun ia tak punya waktu untuk memikirkannya terlebih dahulu. Sangat membuang-buang waktu, padahal dia harus bergerak cepat.
Waktunya tak begitu banyak.
"Hamba tahu siapa hamba. Oleh karena itu, hamba menjalankan tugas, Selir Wen," jelas Yi Hua sambil menundukkan kepalanya.
Sedikit informasi, Raja Li belum memiliki Permaisuri Kehormatan-nya. Entah mengapa Raja Li belum memilihnya, padahal seharusnya Li Shen sudah memilihnya sejak dahulu. Namun banyak yang mengatakan bahwa Selir Wen adalah kandidat terbaik di antara selir lainnya.
"Kau pasti mengabaikan tugasmu hanya karena kau ingin menyingkirkan Pangeran, Tuan Yi. Jangan kira aku tak tahu jika kau ..."
"Selir Wen."
Suara tegas itu terdengar dari arah pintu. Di sana ada Raja Li yang sedang berjalan masuk ke ruangan Pangeran. Hal itu membuat Yi Hua bersujud di depan Raja Li. Begitu juga dengan Zi Si yang juga berada di sana. Sedangkan Selir Wen memberikan penghormatan biasa.
"Maafkan atas keributan sebelumnya, Yang Mulia. Hamba hanya menghawatirkan Pangeran," jelas Selir Wen yang pasti sudah merangkai maksud agar semua kesalahan jatuh pada Yi Hua.
Namun Raja Li lebih menatap lekat pada Yi Hua yang berlutut, "Dia sudah melakukan tugasnya."
Mengapa tiba-tiba Raja Li ini membelaku?
"Aku lupa menjelaskan padamu sesuatu. Yi Hua itu sebenarnya menyukai Raja Li."
Yi Hua tercekat ketika mendengar ucapan dari Xiao. Bagaimana pun tak ada yang salah dengan menyukai. Akan tetapi, Yi Hua dan Raja Li adalah dua jenis spesies dengan ekosistem yang berbeda. Terutama saat Yi Hua sedang menjadi seorang 'pria'.
Pantas saja Selir Wen merasa cemburu. Mungkin dia berpikir bahwa Raja Li menyukai Yi Hua kembali. Padahal Yi Hua yang 'ini' mana tahu apa-apa!
Dia bukannya tertarik dengan Raja Li, dia malah merasa sangat jengkel sampai ke ubun-ubun. Kelebihan Raja Li Shen ini hanyalah karena dia adalah seorang raja. Itu bagi Yi Hua.
Sebab, meski wajahnya tampan, jika kelakuannya menyebalkan, Yi Hua pasti akan melemparkan jimat sakit perut untuk Raja Li.
"Namun Raja Li tidak menyukainya kembali. Mungkin itu salah satu alasan mengapa kau harus segera dieksekusi. Dia membencimu saat kau mengungkapkan perasaanmu beberapa minggu yang lalu. Kau tahu saja, bukan?" jelas Xiao lagi.
Aku juga membencinya! Sehingga itu tak aneh. Yi Hua pasti salah mata ketika menyukainya.
"Ingatlah bahwa kau terikat akan hukuman di sini, Tuan Yi. Kau seharusnya melakukannya sesuai yang aku perintahkan. Jika gagal, kau tahu akibatnya."
Yi Hua masih menekan dahinya di lantai, "Hamba memahaminya, Yang Mulia."
Lagipula Yi Hua mulai bisa menyusun semuanya di kepalanya. Hanya saja dia belum bisa mengucapkan semuanya dengan pasti. Sebab, itu hanya pemeriksaan kecil yang ia lihat.
Dia belum memastikan apakah benar-benar ada kaitan antara aktivitas iblis dengan sakit yang diderita oleh Pangeran. Namun jauh dari segalanya, Yi Hua ini ingin membuat orang-orang ini merasa menyesal karena memandangnya begitu rendah. Sepertinya sifat sombong Yi Hua telah merasuk ke dalam dirinya sendiri.
Hanya saja dia tahu bahwa Yi Hua mungkin sudah cukup menderita selama ini.
***
Selamat membaca 😉
Jangan lupa untuk meletakkan jempol pada tempatnya. Berikan kritik dan saran agar cerita ini semakin baik untuk ke depannya. Sertakan dukungan agar author tambah semangat lagi.
Bagaimana dengan kasus kali ini? Apakah ada yang memiliki dugaan?
Baru awal-awal cerita saja sudah ada kasus-kasusan di dalamnya. Yah, author tak bisa membuat cerita jika tak banyak cerita sampingannya. Seperti biasa, kalian akan tahu jawabannya jika kita bertemu di chapter selanjutnya.
Mari bertemu di sana!
Adios~
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 223 Episodes
Comments
Kirin
Mangat!
2022-01-20
0
Dian Ode
banyak misymteri, tapi tetap penasaran. lanjuuut
2021-11-12
1
D n D
Penuh misteri, perlu dicatat agar ingat segala clue nya
2021-06-03
1