Sesampainya di kamarnya air mata gadis malang itu bercucuran dengan deras, hatinya sakit mendengar hinaan yang di lakukan teman- teman suaminya. Mungkin memang benar jika hidupnya hanya tertulis takdir buruk dan tidak ada kebahagiaan.
Sejak awal menikah batinnya terus terguncang karena perkataan suami yang di nikahinya, rasanya hidup dengan kondisi hamil membuat hidupnya semakin berantakan meskipun lelaki itu bertanggung jawab secara fisik tapi batinnya amat tertekan.
Jika boleh memilih Risma akan lebih memilih untuk tinggal sendirian meskipun dalam kemiskinan, tapi jika tinggal sendirian penderitaan yang di alami tak akan separah ini.
Apalagi jika Anton sudah bersama teman-temannya Risma akan semakin menderitanya dan merasa sangat stress. Hari sudah malam, sekarang gadis berwajah polos itu tengah menyiapkan makan malam untuk teman-teman suaminya.
Karena semua dilakukan sendiri, tubuhnya terasa sangat lemas dan kepalanya terasa berat. Tapi Risma berusaha bertahan dan tidak memperlihatkan rasa sakit dan lelahnya.
⌐╦╦═─⌐╦╦═─⌐╦╦═─⌐╦╦═─⌐╦╦═─⌐╦╦═─
"Kamu suka sekali cari muka rupanya, sama mama saya lalu rekan bisnis saya. Kelihatan banget ya kalo perempuan gak bener, suka cari muka sana sini dasar ****** kotor." Hina Anton dengan memandang remeh Risma yang sejak tadi hanya diam saja dan menunduk.
"Saya jadi ragu anak yang kamu kandung itu anak saya atau bukan."
Seketika rasa sakit yang ada dalam dada terasa di ledakkan dengan sengaja, matanya mulai memanas seiring kepergian Anton. Bulir bening pun mulai deras berlomba-lomba membanjiri pipinya yang halus.
⌐╦╦═─⌐╦╦═─⌐╦╦═─⌐╦╦═─⌐╦╦═─⌐╦╦═─
Risma hanya diam tatkala di dalam mobil sedang menuju rumah mertuanya, "Kamu jangan suka cari muka nanti depan Mama saya, apa lagi adik-adik saya." Ucap Anton sambil fokus menyetir.
"I-iya...," jawab Risma dengan lirih.
Sesampainya di rumah seorang wanita paruh baya menyambut anak dan menantunya, Mereka terus berbicara panjang lebar ini pertama kalinya Risma terlihat bahagia setelah menikah dengan Anton.
"Ya ampun menantu Mama, perutnya sudah membesar gimana calon cucu mama?" tanya Clara seorang wanita berdarah Italia tersebut.
"Sehat Mah…," ucap Risma gadis bermata sedikit sipit.
Anton dengan kesal meninggal istrinya dengan Ibunya karena ia tak terlalu suka jika Risma terlalu dekat dengan keluarganya dengan alasan ia ingin segera lepas dari Risma.
Senyum manisnya terus mengembang ketika berbicara dengan Ibu mertuanya. Orangtua suaminya sangat baik dan mau menerima Risma dengan senang hati kecuali adik-adiknya Anton, yakni si kembar namanya Lisa dan Lisi. Serta Gani adiknya Anton.
Risma sangat bersyukur lantaran sedari kecil dirinya tak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, hanya seorang Ayah yang pernah ia rasakan kasih sayangnya tapi Ayahnya meninggal dunia setelah ijab kabul dirinya.
"Jangan terlalu dekat sama dia, dia itu 'kan gadis dari kalangan orang miskin apalagi dari kampung," ujar Lisi dari atas tangga.
"Jadi jangan terlalu percaya kalo dia itu benar- benar hamil anaknya Kak Anton, mungkin aja dia hamil sama orang lain dan kebetulan sudah di perkosa, jadi nyalahin Kakak kita biar bisa hidup enak." Lanjut Lisa yang berdiri di samping Lisi saudara kembarnya.
"Lisa! Lisi, apa maksud kalian ngomong seperti itu?" seorang perempuan paruh baya itu bertanya dengan wajah kesal.
"Ya, 'kan kita nggak tau asal usulnya jadi mungkin aja 'kan kalo dia itu sebenarnya bukan wanita baik-baik." kata gadis bernama Susi yang sepertinya sepupu dari Anton.
Setelah itu tiga gadis berumur belasan tahun itu tertawa untuk menuju kamar mereka yang terletak di lantai atas. "Sayang jangan di pikirkan, ya." Clara Ibunya Anton sambil menenangkan menantunya.
Si kembar Lisa dan Lisi sering membuatnya menangis mereka adik-adiknya Anton tetapi mereka hanya menganggap Risma adalah perempuan dari kampung yang tak punya kelas sosial yang sama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments