"Rina adalah teman masa kecilku dan juga penyelamatku."
"Penyelamatmu?
Matanya terlihat heran menatapku dengan serius.
"Ya saat aku masih bayi aku ditemukan oleh keluarganya Rina dan aku dirawat oleh kedua orang tuanya layaknya seperti anak mereka, jadi aku melakukan apa yang ku bisa untuk membalas kebaikan mereka."
"Ooh begitu, ternyata kau sudah melalui masa yang sulit ya."
"Sudah, sekarang waktunya untuk mencari jalan keluar dari sini."
"Mustahil kita bisa keluar dari sini."
"Huh?"
Riska mengatakan itu dengan raut wajah yang putus asa, aku merasa bingung dengan apa yang dikatakannya.
"Apa maksudmu mustahil?"
"Karena kita tidak bisa keluar dari sini tanpa sebuah kunci."
Kunci? apa maksudnya kunci, aku masih terheran heran. Memangnya hutan ini dikunci.
"Karena hutan ini adalah hutan mereka yang sudah tidak menyayangi nyawa mereka lagi, karena hutan ini ditutupi oleh sihir tingkat tinggi jadi mustahil kita keluar tanpa kunci."
"Jadi maksudmu kunci ini bisa membuka sihir yang menutupi hutan ini?"
Riska hanya mengangguk dan tidak mengatakan apa apa lagi.
Blarr...
Suara ledakan terdengar begitu dekat dari tempat kami berada.
"Suara apa itu?
Aku melirik ke arah suara tersebut, saat itu ada sebuah asap yang besar dari arah itu.
"Aku tidak tahu, ayo kita ke sana."
Riska hanya mengangguk dan kami dengan cepat berlari ke tempat asap itu berasal.
Saat kami sampai, sebuah lapangan yang agak luas ditengah ada sebuah lubang dangkal yang berasap, di kiri ada 5 orang laki laki mereka memegang pisau kecil dengan posisi siap bertarung dan di kanan ada seekor serigala besar, bulunya yang berwarna merah terang seperti api yang membara.
"Itu Flame Wolf"
Suara Riska yang terkejut melihat serigala besar itu.
"Flame Wolf?"
"Kau tidak tahu, Flame Wolf adalah salah satu binatang sihir terkuat no 5 di ensiklopedia makhluk sihir. Mereka adalah makhluk yang ramah tapi jika mereka merasa terganggu mereka akan menyerangnya."
Sepertinya Flame Wolf itu terlihat sangat marah, dan lima orang itu yang membuatnya sangat marah tapi apa yang membuat makhluk sihir yang kuat itu sangat marah.
"Hei kalian berdua bantu kami melawan makhluk ini."
Teriak salah satu laki laki kepada kami, yang membuat Flame Wolf itu melihat kami.
"Hei Zen, apa kita akan menolong mereka?"
Tanya Riska yang terlihat merasa kasihan pada mereka berlima. Tapi aku merasa akan merepotkan jika membantu mereka dan juga ini tidak ada hubungannya dengan kami.
"Aku akan membantu kalian jika kalian menceritakan apa yang membuat serigala itu marah."
"Tidak ada waktu untuk menceritakannya."
Teriak salah satu pria lainnya.
"Kalian mau membantu atau tidak?"
Dua orang dari mereka berteriak dengan bersamaan.
"Hei Zen, kenapa kita tidak membantu mereka saja?"
"Bukankah tadi kau bilang kalau Flame Wolf hanya akan menyerang kalau mereka terganggu."
"I..itu benar."
Dengan agak gagap Riska mengatakan itu.
"Kalau begitu, itu artinya jika mereka tidak mau menceritakan yang sebenarnya terjadi, mereka pasti melakukan sesuatu yang membuat Fire Wolf itu sangat marah, dan jika kita membantu tanpa tahu apapun, kita akan juga yang kena imbasnya."
"Lalu apa yang akan kita lakukan?"
Aku masih berpikir apa yang akan kulakukan jika aku salah membantu aku bisa mati.
"Dekati saja lalu bicara pada Flame Wolf, dia mengerti bahasa kita."
Suara yang begitu menyeramkan terdengar dari kepalaku, suara terdengar tidak asing bagiku.
"Benarkah apa yang kau katakan."
Aku menjawab sekaligus masih penasaran suaranya yang terdengar tidak asing itu berasal darimana dan siapa.
Aku mendekati Flame Wolf itu dan mencoba apa yang dikatakannya itu benar atau tidak.
"Apa yang terjadi, hingga membuatmu marah pada mereka?"
Aku menanyakan alasan kenapa ia marah, Riska dan lima orang itu menatapku dengan kebingungan yang sedang berbicara dengan flame wolf.
"Mereka mencuri kalung api milik tuanku, aku menjaganya tetap aman demi tuanku."
Mulut serigala itu masih tertutup tapi suaranya bisa aku dengar dengan jelas.
"Aku akan membantumu mengambil kalung tuanmu, bagaimana?"
Aku mengatakan itu sambil berpikir bagaimana aku melawan mereka tanpa sihir bertarung, kalau aku meminta Riska aku takut ia tidak percaya kalau aku bisa berkomunikasi dengan flame wolf.
"Baiklah, tapi pastikan kalungnya aman."
Flame wolf itu menjawab dengan nada yang sangat serius.
"Hei, apa yang kau lakukan disana?"
Teriak salah satu laki laki, aku secara tidak sadar tangan kananku terbakar oleh api putihku tapi tanganku tidak merasa panas.
"Oi, apa apaan itu?"
"Zen, kau-"
Aku dengan bingung bagaimana cara kegunaan api putih.
"Arahkan pada mereka berlima."
Suaranya terdengar lagi dari atas kepalaku, dan aku tahu kalau suara itu berasal dari dalam tubuhku, suaranya milik Azazel.
Aku secara spontan mengarahkan tangan kananku seperti menunjuk menggunakan telapak tangan ke mereka berlima.
Mereka melihat tanganku dengan wajah yang sudah dibanjiri oleh keringat dingin, tidak lama kemudian wajah dan seluruh tubuh mereka mengering seperti kue yang dipanggang lama di dalam microwave.
"Eh...? Apa yang terjadi?"
Riska dan Flame Wolf itu terlihat sangat ketakutan dengan apa yang baru saja mereka lihat, ya wajar saja karena aku juga terkejut melihat seseorang yang tiba tiba tiba mengering tepat di hadapan mereka.
"Tuanku, aku akan mengabdi padamu selamanya."
Flame wolf itu tiba-tiba menurunkan badannya dan mengatakan itu dengan menundukkan kepalanya kepadaku.
"Bukankah kau sudah memiliki tuan?"
"Sebenarnya aku mencari majikan ku dengan menguji mereka, tetapi mereka malah mencurinya dan sekarang kalung itu adalah milik tuan."
Aku terkejut mendengar bahwa dirinya menjaga kalung hanya untuk mencari tuannya.
"Jadi, apa yang harus kulakukan?"
"Buatlah kontrak denganku, tuan."
Ia mengatakan itu dan mengambil kalung yang ada di orang yang sudah mengering itu.
Kalung itu berbentuk bintang berwarna merah menyala seperti api yang berkobar, tali kalungnya adalah sebuah rantai besi.
"Kontrak? bagaimana melakukannya?"
Aku bingung dengan cara membuat kontrak dengan binatang sihir kuat.
"Kau cukup memakai kalung ini dan memberi nama untukku."
Aku mengambil kalung yang ada di mulut Flame Wolf itu dan menoleh ke Riska dengan wajah yang mengatakan "Apa nama yang bagus untuk binatang sihir."
Riska menghela nafas panjang dan menanyakan namaku sekali lagi.
"Apa nama belakangmu, Zen?"
"Ignatius..!"
Dengan senyum yang manis sambil memegang dagunya ia memikirkan nama untuk Flame Wolf.
"Ignatius? artinya api, kalau begitu bagaimana dengan Ignis?"
"Aku suka itu, kalau begitu namaku sekarang adalah Ignis, jadi tuan panggil aku dengan nama itu."
Sebuah cahaya berwarna merah menyelimuti kita bertiga, di dahi Ignis muncul sebuah gambar bintang seperti pada kalung dan di punggung tangan kiri kami juga muncul tanda yang sama seperti yang ada di dahi Ignis.
"Apa ini?"
Riska terlihat kebingungan setelah melihat tanda yang ada di tangannya.
"Ini adalah bukti kontrak sudah terjalin karena tuan Zen yang memakai kalung itu dan nona Riska yang memberiku nama maka kalian berdua adalah tuanku yang baru."
Ignis menundukkan kepalanya lagi sambil mengatakan itu.
"Bukankah tuan itu hanya satu?"
Riska mengatakan itu dengan memiringkan kepalanya yang terlihat agak kebingungan.
"Seperti yang kukatakan karena anda lah yang memberikan nama padaku."
Riska menghela nafasnya di dalam hati yang membuat wajahnya seolah mengatakan "Akan sangat merepotkan ini."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Jimmy Avolution
Apik...
2021-11-09
0
louise
seru thor lanjutkan bakatmu ❤
2021-08-13
0