❤️Happy Reading❤️
Arkan tidak bisa menahan hasratnya ketika merasakan tubuh Ellen menempel di dadanya. Ellen memiliki tubuh yang begitu indah, Arkan akui itu sejak gadis itu memakai gaun pernikahan. Ciuman Arkan turun ke rahang dan leher Ellen.
Pria itu kembali mendaratkan ciuman dibibir gadis itu. Untuk detik pertama, Ellen menerimanya dengan ragu sebelum benar benar membalas ciumannya. Perlahan arkan memposisikan badannya yang tinggi diatas Ellen. Ellen menahan nafas saat tangan Arkan menyusup dibalik kaosnya yang Ellen kenakan, sebelum tangan kokoh itu bergerak mengusap permukaan kulit punggungnya secara perlahan. Ellen hampir menggigit bibir pria itu ketika merasakan sensasi aneh.
Tangan Arkan naik ke arah perut rata Ellen, mengusapnya secara perlahan sebelum bergerak naik kearah bola gunung gadis itu. Jantung Ellen berdegup kencang, Arkan menangkupnya perlahan. Berhenti sebentar sebelum mengelusnya. "Lembut," gumam Arkan rendah di sela ciumannya.
Ellen memejamkan matanya, badannya mulai meremang. Arkan melepaskan ciumannya lalu tangannya bergerak melepaskan kaos yang Ellen kenakan hingga terlepas. Ellen mengikuti gerakkan reflek tangannya menutupi badannya sebelum tangan kokoh Arkan mencekal kedua tangannya dan kemudian membawa tangan Ellen keatas.
"Ini indah, Ellen. Mengapa kau menutupinya?" ucap Arkan pelan. "Ellen malu." balasnya pelan sambil menahan getaran aneh ditubuhnya. Arkan tersenyum senang mendengar suara istrinya itu.
Tangan Arkan menyelinap ke belakang punggung Ellen, mencari pengait bra yang gadis itu gunakan. Arkan menemukannya walaupun sedikit lama namun terlepas juga. Ellen merintih. Saat Arkan mulai melakukan aksinya dan ia mulai minta izin kepada istrinya, "bolehkah?" dan langsung dapat anggukkan malu dari Ellen. Arkan kembali mencium bibir Ellen. Ellen tidak bisa menahan saat ada perasaan aneh didalam tubuhnya, dan memanggil nama suaminya dengan serak. "Ar-kan.."
"Panggil namaku, sayang."
"Arkan.."
"Tunggu aku," bisik Arkan lalu melepaskan semua benang yang masih berada ditubuh Ellen, kemudian ia mulai memasukkannya, Ellen mencengkram kuat kuat punggung Arkan ketika pria itu perlahan memasukinya dan beberapa detik Ellen berteriak, karena kesakitan yang menyelimutinya, yang diberikan oleh Arkan, Ellen menahan suaranya. "Keluarkan suaramu, len."
Lalu ia melakukannya lagi setelah istrinya itu sudah mulai tenang dan sampai ellen terlihat kelelahan pun ia tetap melakukannya, dan Arkan siap meledak saat ini juga karena kebahagiaan yang membanjirinya. Mereka melakukannya berkali kali sampai tenaga mereka habis, wajah Arkan berada di cekungan leher Ellen, menghirup aroma tubuh wanita itu.
Arkan mengatur napasnya setelah pelepasan luar biasa yang ia baru rasakan pertama kalinya. "Terima kasih istriku, sudah memberikannya untukku." bisik Arkan dan melirik bahwa wanita itu sudah terlelap karena lelah, Arkan mencium singkat bibir dan kening Ellen lalu membawa tubuh wanita itu kedalam pelukannya, ia juga tidur dengan perasaan senang.
Sinar matahari menusuk kedalam horden kamar seorang wanita yang masih terlelap karena kelelahan setelah melakukan kegiatan panas dimalam hari sampai pagi hari. Ellen me-ngerjapkan kedua matanya lalu merubah posisinya menjadi terduduk, ia melihat sekeliling kamar, tidak ada tanda prianya di sana.
Saat ingin berdiri ia meringis pelan lalu jatuh lagi ke kasur, sampai suara pintu terdengar ia dengan sigap mengambil selimutnya menutupi tubuh polosnya itu. Arkan tersenyum manis di pagi hari yang sangat manis ini, ia masuk kedalam kamar dengan nampan yang berisi dua gelas jus dan dua piring berisi pancake yang diberi topping potongan buah pisang dan stroberi.
"Pagi, istriku. Kamu sarapan dulu atau mau mandi dulu?" tanya arkan yang menaruh nampan tersebut keatas meja kecil yang tersedia disamping kasur mereka. Ellen menunduk menyembunyikan wajahnya, "mandi dulu."
Arkan yang mendengar gumaman itu langsung membantu istrinya masuk kedalam kamar mandi dengan cara menggendongnya, lalu ia mendudukkan istrinya diatas meja wastafel dan beralih mengisi air hangat di bath up tersebut. Saat sudah sangat pas ditangannya ia langsung mengangkat tubuh istrinya dan memasukkan tubuh mungil itu dengan pelan, "hangatnya sudah cukup kan?"
"Sudah."
"Mau dibantu?" ellen menggeleng cepat, dan tersenyum manis. "Terima kasih." Arkan tersenyum dengan mengacak rambut ellen dengan gemas, "bukan apa apa, sayang." Lalu arkan berdiri dan mengambil selimut yang tadi dibawa wanita itu lalu menoleh kearah istrinya yang masih enak meredam.
"Kalau sudah selesai, panggil aku saja. Jangan dipaksakan jika masih sakit." Ellen mengangguk, tak lama Arkan keluar dari kamar mandi dengan menutup pintu dengan pelan. Ellen memejamkan kedua matanya saat ia mengingat sebuah benda yang seharusnya ia tak ingat. "Besar, panjang, dan lembut tumpul namun menyakitkan." gumam ellen lalu menggelengkan kepalanya dan ia memasukkan kepalanya kedalam air dengan menahan nafas.
Sedangkan Arkan yang tadi membantu istri kecilnya hanya bisa mengulum senyuman karena saking senangnya, ia segera merapihkan kasurnya yang berantakkan karena aksi panasnya dimalam hari. Setelah rapih ia mengambil nampan berisi sarapan mereka, arkan menyibukkan dirinya dengan mengecek kerjaannya yang sudah diselesaikan oleh Ranz dan Erik.
Arkan yang masih fokus dengan laptopnya mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, lalu ia meliriknya dan melihat wanita itu sudah memakai gaun yang ia beli sebelum pernikahannya dilaksanakan, arkan tersenyum senang kalau barang yang ia beli sangat pas ditubuh indah istrinya itu.
"Kau sangat cantik memakai apapun, ellen." ujar Arkan dengan tatapan terpesona membuat ellen malu dan gugup. Arkan menyuruh ellen untuk duduk di kasur dan melakukan sarapan bersamanya.
Ellen menurut dan duduk diatas kasur dengan bersila kaki, sedangkan arkan yang berada didepannya sudah menyiapkan sepiring untuk masing masing beserta segelas jus. Ellen memulai untuk menyuapkan sepotong pancake kedalam mulutnya yang sudah dipotong potong oleh arkan untuknya, namun terhenti saat arkan menatapnya dengan tatapan mangsa. "kamu gak makan?"
Arkan mengangguk, "makan kok."
"Terus kenapa ngeliatin wajahku mulu?" tanya ellen yang sudah menyuapkan dan mengunyahnya dengan pelan, "kamu terlalu cantik untuk diacuhkan."
"Apa Sih gombal." gumam ellen, "aku gak gombal, memang kenyataannya kamu cantik banget." balas arkan lalu menyuapkan pancake yang sudah ia potong potong sedari tadi. "Kita check out nya kapan?"
"Kenapa? Kamu mau cepet cepet pulang?" ellen menggeleng, "ngga, biar aku siap siapin biar gak kelupaan." Arkan mengangguk, "besok pagi kita check out ya, kalau hari ini bagaimana kalau kita jalan ketempat yang ingin kamu kunjungi untuk terakhir berada disini."
"Ada satu tujuan yang pingin aku datangi."
"Ya sudah kalau begitu mari kita kesana, akan aku bilang kepada Ranz." Ellen menatap wajah arkan yang menurutnya sangat tampan. "Ranz ikut juga?" Arkan mengangguk, "dia sudah aku anggap sebagai saudaraku dan dia memang harus berada di jangkauanku karena aku ini banyak musuhnya sayangku."
Ellen mengangguk, "memang pekerjaanmu cukup banyak yang iri."
"Apa kamu juga iri?" ellen mengangguk kemudian menggeleng, "dulu sih iya, tapi sekarang sudah tidak kan secara gak langsung itu juga milikku." balasnya dengan percaya diri, arkan yang gemas langsung mencubit pipi tembam istrinya, "lucunya, istriku."
Ellen menghabiskan suapan terakhirnya kemudian ia meminum jus mangganya sampai tegukan akhir, entah kenapa yang dulunya ia tidak terlalu suka dengan jus mangga menjadi sesuka ini. Padahal gelas jusnya ini termasuk ukuran besar, karena biasanya jika ia meminum jus selalu memakai gelas yang berukuran kecil.
Sedangkan Arkan hanya diam menyuap sarapannya dan membayangkan kegiatan semalam yang membuatnya bahagia sampai ingin terbang ke angkasa. Apa ini rasanya menikah dengan seorang gadis seperti ayahnya dulu menikahkan bunda saat bundanya berumur 20-an?
Arkan saat ini sudah berjanji kepada diri sendiri untuk menjaga dan mencintai istrinya sampai beberapa tahun kedepannya, ia ingin hidup dengan seorang wanita yang ia cintai seumur hidupnya, ia ingin menjalani kehidupan pernikahannya seperti bunda dan ayahnya yang jarang diberitakan dalam berita apapun dan membuatnya sejak kecil ingin mengikuti jalan yang orang tuanya pilih.
Arkan kecil memang jarang mendengar orang tuanya berantem atau berteriak, karena bundanya orangnya sangat penuh kesabaran dan membuat ayahnya yang keras kepala tiba tiba menurut kepada bundanya jika ada suatu masalah. Namun saat bundanya sudah tiada diumur Arkan yang masih muda 7 tahun, membuatnya bisa melihat bahwa ayahnya kembali lagi kepribadiannya yang dingin seperti sebelum bertemu dengan bunda, tapi ini lebih dingin berbeda saat ayah remaja.
Arkan pernah bertanya sekali kepada ayahnya saat ia berumur 10 tahun, "apa ayah tidak ingin menikah lagi?" dan ayahnya hanya menjawab, "ayah hanya ingin menikah sekali seumur hidup dengan wanita yang ayah cintai. Dan ayah juga tidak ingin memiliki anak lagi selain kamu yang dari kandungan bundamu."
Betapa setianya ayahnya itu, dan arkan disini juga berjanji untuk mencintai satu wanita dalam hidupnya selain bundanya. "Aku akan membuat istriku mencintaiku, dan aku akan tenang karena aku sudah jatuh cinta kepadanya saat pertama kali bertemu."
Ranz mengangguk, "kami tunggu kabar baiknya, tuan."
❤️ Bersambung...❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Enyk Ennok Diniaty
suka dgn karakter papanya... prinsip menikah sekli seumur hidup...
2021-05-23
8