❤️Happy Reading❤️
Saat ini kedua pengantin masih berada didalam lift, Arkan masih menggendong istrinya yang sedang menyembunyikan kepala dan wajahnya dileher Arkan. "Malu? Gak ada orang disini len. Gak usah malu."
"Ada, dibalik cctv ada orang."
Arkan tertawa, "ada ada aja kamu, len."
"Turunin ellen, arkan!" bukannya menurunkan ellen, Arkan semakin mengeratkan tangannya yang berada disela lutut istrinya dan tangan yang berada di bahu kanan gadisnya itu.
"Gak mau, enakkan begini."
"Kita kabur, emang mau ngapain?"
"Malam pertama, sayangku." jawab Arkan membuat Ellen semakin menyembunyikan wajahnya yang kemungkinan sudah memerah, bersamaan itu juga pintu lift berdenting terbuka dan koridor lantai 5 sangat sepi dan tidak ada orang sama sekali, Arkan melangkahkan kakinya mencari nomor kamar yang sudah dipesankan oleh Ranz.
Setelah sampai didepan kamar Ellen diturunkan lalu dipersilahkan masuk terlebih dahulu. Ellen terpana oleh keindahan kota dimalam hari dari lantai 5 saja sudah sangat cantik bagaimana dilantai 9? Ellen yang masih menggunakan gaun lebarnya itu mengelilingi ruangan yang menurutnya seperti apartemen milik teman dekatnya. Padahal tempat ini masih dibilang kamar hotel, namun sangat mewah.
Ellen tidak sadar bahwa Arkan sudah selesai mandi dan berganti baju yang lebih nyaman hanya bisa melihat dari belakang punggung istrinya dengan menyender ke dinding tembok melipat kedua tangannya didepan dada. Dengan senyuman ia semakin gemas kepada istri mungilnya itu, bagaimana tidak? Sudah tau sangat lelah tapi mengapa sangat bersemangat untuk mengelilingi ruangan kamar hotel ini?
"Mau sampai kapan kamu berkeliling?" tanya Arkan yang tiba tiba sedikit mengejutkan Ellen, lalu ellen membalikkan tubuhnya dan menatap Arkan dengan tatapan heran, "apa benar ini masih dihotel? Mengapa ruangan ini sangat mirip dengan ruangan apartemen temanku?"
Arkan tersenyum, lalu melangkah mendekati istrinya yang masih menatapnya. " Ini masih dihotel, aku memesannya yang cukup lebar agar kamu tidak merasa sempit saja."
Ellen menganga, mendengar perkataan suaminya yang kelewat santai. "Bagaimana kamu bisa mengatakan sebuah kamar hotel sempit? Padahal kamar milikku lebih kecil dari kamar hotel."
Arkan tertawa lalu mengelus rambut ellen yang sudah tergerai dan terlepas dari jepitan bunga indah yang sedari tadi berada dikepala istrinya itu. Dan sekarang jepitan tersebut berada diatas meja dengan manis.
"Apa kamu tidak merasa gerah masih menggunakan gaun lebar dan berat itu?" tanya arkan membuat ellen tersadar, "ah iya, diriku masih menggunakan gaun. Tapi kenapa kau sangat cepat?"
"Buat apa lama lama mandi, gih bersihkan tubuhmu lalu kita makan. Aku sudah memesan kepada erik untuk membawakan makanan kekamar ini." ujar Arkan lalu ellen mengangguk nurut.
Namun sebelum masuk kedalam kamar mandi ia berhenti dan melihat Arkan yang sedang berjalan kearah kasur untuk mengambil laptopnya. Ellen melangkah mendekati Arkan dan membalikkan tubuhnya. Arkan bingung ellen memunggungi dirinya, "ada apa?"
"Tolong bukakan risletingnya, aku tidak sampai." ujar Ellen menguji kesabaran Arkan yang sedari tadi sudah menahan untuk tidak menerkamnya. Arkan terdiam sebentar lalu mengangguk dan membukanya secara perlahan, sedangkan Ellen menahan malu.
Arkana terpesona dengan punggung gadis itu dan membuat dirinya terdiam mematung namun suara Ellen menyadarkan dirinya, "apakah sudah?" tanya Ellen yang dibalas deheman oleh arkan, "iya, sudah."
"Terima Kasih." ujar Ellen dengan suara yang sangat pelan, lalu ia berlari secepat mungkin kemudian masuk kedalam kamar mandi dengan debaran yang sangat cepat, kedua tangannya menyentuh dada kirinya yang sedang berkerja sangat cepat, dielusnya dengan pelan. "Tenanglah jantung, tenanglah.."
Sedangkan Arkana yang melihat itu hanya menahan senyumannya lalu menggelengkan kepala saat otaknya sudah bertraveling entah kemana, namun bayangan punggung halus gadis itu membuatnya ingin menyentuhnya. "Ah diriku pasti sudah gila." gumamnya lalu ia mendengar suara bel dari luar pintu yang kemungkinan erik sudah membawa makanan yang ia pesan.
Ellen yang masih bersandar dibalik pintu kamar mandi juga sedang menenangkan diri karena sedari tadi jantungnya tidak ingin bekerja sama dengannya. "Ayolah jantung, jangan seperti ini kau pasti sudah gila, ellen. Bisa bisanya meminta tolong kepada pria, ya walaupun pria itu suamimu sendiri."
Kemudian ia berjalan kearah meja wastafel lalu membuka gaunnya dan melipatnya dengan rapih, setelah itu ia menaruhnya di meja wastafel dan kakinya melangkah kearah shower untuk menggampangi dirinya membersihkan tubuhnya sekaligus.
Sudah selesai ia langsung mengambil handuk untuk mengeringkan tubuhnya dan melihat sebuah kaos besar berwarna pink muda beserta dalaman dan celana pendek. Ellen bergumam saat dalam annya sangat pas dengan ukuran tubuhnya, "siapa yang membelinya ini? Mengapa sangat pas ditubuhku?"
Tak lama Ellen keluar dari kamar mandi dengan santai, ia bisa melihat bahwa Arkan sedang sibuk dengan leptopnya diatas kasur samping kiri. Ellen yang sudah wangi aroma parfum berjalan kearah tasnya yang berisi buku novel. Gadis itu memang menyukai buku novel yang berkisah tentang percintaan dalam sahabat maupun pernikahan.
Arkana, pria itu sedari tadi terlihat tenang padahal sebenarnya dibalik ketenangannya dia rasanya sangat ingin meledak. Dengan menahan ledakkan itu ia menyuruh ellen untuk makan terlebih dahulu sebelum tidur.
"Ada makanan diruang tv, kamu makanlah terlebih dahulu sebelum beristirahat." Ellen mengangguk, "apa kau sudah makan?" tanya ellen menatap arkan yang masih menatap layar laptopnya. "Sudah tadi saat menunggu dirimu."
"Baiklah, kamu tidur saja kalau sudah lelah. Jangan dipaksakan untuk bekerja." ujar ellen yang hanya dibalas deheman oleh Arkan, sepergian ellen, Arkan langsung menghela nafas lega dan seketika keningnya mengeluarkan keringat.
Entah kenapa saat ia menatap tubuh ellen, bayangan punggung mulus itu memenuhi otaknya. Keinginannya saat ini adalah melakukan hal yang selalu dilakukan kepada pengantin dimalam pertamanya. Namun ia sedang berperang dengan otak dan hatinya, 'Apa yang harus aku lakukan? Apa aku membiarkan malam pertama menjadi malam biasa atau mengatakannya bahwa aku sangat ingin melakukan itu?' tanyanya dalam pikiran sampai arkan tidak menyadari bahwa ellen sudah masuk kedalam kamar dengan gelas yang berada ditangan kanan gadis itu.
Ellen mengernyit lalu menaruh gelas diatas nakas meja. Dan naik ke kasur namun matanya masih menatap suaminya yang sepertinya terlalu fokus dengan laptopnya. ellen mengernyit tatapan bingung, pria disampingnya memang fokus atau tidak, mengapa tatapannya sangat kosong? Ellenpun langsung duduk manis dihadapan suaminya yang masih belum sadar dirinya sudah didekatnya.
Disentuhnya tangan Arkan dengan pelan membuat pria itu tersentak kaget dan melotot saat melihat ellen sudah berada didepan matanya. "Ada apa?" tanya arkan dengan suara beratnya. Ellen, gadis itu tetap masih menatapnya dalam diam, lalu tangannya terangkat untuk menyentuk kening pria itu. "Apa yang kamu lakukan, ellen?" tanya arkan yang merasa bingung dengan tingkah ellen.
"Kamu sakit?" tanya ellen yang terdengar sangat khawatir, "tidak." geleng arkan. "Tapi kalau tidak kenapa keringatmu sangat banyak? Dan tatapanmu berbeda."
"Maksudmu apa ellen?" tanya arkan yang masih tidak mengerti. "Tatapanmu kosong Arkan, seperti orang sakit dan lagi kau sangat berkeringat. Padahal ac diruangan ini sudah sangat dingin."
Arkan menjawabnya, "aku tidak sakit, ellen." namun lagi lagi ellen menyentuh lehernya, tempat sensitif pria itu sejak remaja, Arkanpun langsung mencekal tangan ellen. "Jangan melewati batas ellen." ujarnya dengan suara serak.
Ellen semakin bingung, "maksudmu apa?"
"Apa kau benar benar polos atau pura pura tidak tau ellen?" tanya Arkan semakin membuat ellen bingung, Arkanpun langsung menarik dan mengangkat tubuh gadis itu diatas kedua pahanya.
"Jangan marah kepadaku, ellen. Kau yang membuatku seperti ini." bisiknya lalu tanpa mendengar ucapan ellen lalu arkan menarik kepala gadis itu lalu menciumnya dalam, seakan tidak mengizinkan ellen berbicara.
Ellen masih terdiam karena kaget, arkan secara tiba tiba menyerangnya namun ia hanya bisa menutup matanya, merasakan sensasi bibir arkan yang dingin. Pria itu menciumnya dengan cukup liar, mungkin karena pria itu sudah tidak bisa menahannya.
Ellen membalas ciumannya dengan melakukan seperti arkan lakukan tadi, Arkan merubah posisi duduknya menjadi tiduran diatas ellen. Tangan kiri pria itu menyusup kebalik punggung Ellen dan mendesakkan badan tipis gadis itu kearah badannya. Sampai arkan tidak ingat bahwa ellen sudah mulai kehabisan nafas jika gadis itu tidak menyubit lengannya, "maaf, aku sudah lupa."
"Kau sangat manis, ellen. Dan aku sangat suka itu."
❤️Bersambung...❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Ely Adib
bca sampk sini critax bagus,👍👍👍👍
2021-05-24
2
Emma The@
Like terus mendarat kak
2021-05-24
1
Enyk Ennok Diniaty
mantap thor... lanjut trus...
2021-05-23
0