❤️Happy Reading❤️
Gadis cantik dengan gaun putihnya yang sudah melekat ditubuh rampingnya itu menjuntai indah kebawah lantai sangat cantik dan mempesona siapapun yang melihatnya. Berkali kali ia mendapatkan pujian tersebut dari penata rias atau pegawai yang membantunya untuk berpakaian dan merias wajahnya secantik mungkin. Ellen tidak pernah bosan untuk menatap wajahnya kecermin bahwa ia cukup mengaku dirinya sangat cantik.
"Duh, cantik sekali pengantin perempuan ini."
"Cocok sekali dengan pengantin prianya yang sangat tampan dan menawan."
"Selamat ya atas pernikahannya."
Ujar pegawai yang sedari tadi setia berdiri disamping, Ellen hanya mengangguk dan tersenyum manis kearah mereka, "terima kasih atas kerja kerasnya."
"Sama sama nona."
Tak lama pintu ruangan terbuka dan muncullah dua orang yang membuat senyum Ellen menghilang seketika. Angel tersenyum menyeringai, "wah, cantik sekali buruk rupa ah bukan maksudku cantik sekali sepupuku ini. Bagaimana perasaanmu dihari pertama pernikahanmu?"
"Senang, sangat senang." balas Ellen dengan perasaan bahagia, sedangkan Angel merasa kesal karena sarkasnya tidak terpengaruh oleh Ellen. "Oh iya, aku baru ingat bahwa aku mengundang my baby hunny Nathan." ujarnya dengan senyuman sinis, namun lagi lagi gagal saat ia ingin membuat Ellen marah.
Ellen hanya menatap Angel lewat cermin dengan memiringkan kepalanya. "lalu? Hubunganku dengan pria brengsek itu apa? Kau sangat lucu, untuk apa mengundang orang yang tidak diundang oleh tuannya." ujar Ellen dengan tertawa kecil merdu diikuti oleh tiga pegawai yang masih berdiri disana menahan ketawa.
Angel yang merasa kesal karena dipermalukan langsung berkata. "Kau?! Lihat saja nanti, pria yang kau nikahkan akan menjadi pria brengsek yang lebih memilih diriku dibanding dirimu."
Ellen mengangguk, "ya terserah apa katamu. Ah aku hanya ingin mengatakan untuk yang terakhir kalinya kepada sepupu tercintaku, ingat baik baik, sekali pria brengsek tetaplah brengsek. Sekali pria itu selingkuh tetaplah selingkuh, karena pria sulit untuk berubah jika dia tidak punya niat untuk berubah. Dan kau selamat bersenang senang dengan pria brengsek." ujar Ellen dan pas sekali waktunya untuk dirinya keluar mendengarkan ijab qobul dari pria yang bernama Arkana itu.
Ellen tersenyum senang saat keluar dari ruangan tersebut yang diikuti oleh tiga pegawai yang membantunya mengangkat gaun tersebut. Ellen menuruni tangga dengan langkah anggun dan sangat cantik, kemudian mendekati kursi disamping Arkana yang sedari tadi memperhatikan dirinya dengan tatapan terpesona.
Ellen sudah duduk manis disamping Arkana yang terlihat tenang seperti tidak gugup padahal tanpa Ellen tau, Arkana saat ini sangat grogi apalagi tangan kanannya sangat berkeringat. Biasanya dirinya tidak seperti ini namun ia berusaha keras karena ia tidak ingin salah diperkataan ijab tersebut.
Tangan kanan Arkan berjabatan tangan dengan paman Ellen yang saat ini sebagai wali pernikahan Ellen, karena Ellen sudah tidak memiliki siapapun selain pamannya seorang. Dalam satu kali nafas, Arkana berhasil mengucapkan kata suci dan setelah itu terdengar kata 'sah' dari para saksi.
Bukan Arkan saja yang lega, Ellen pun juga bernafas lega karena saat ini ia benar benar sudah terputus ikatan keluarga pamannya, karena walinya bukan paman jack lagi melainkan suaminya, Arkana.
Ellen disuruh mencium tangan kanan suaminya, begitupun Arkan yang disuruh mencium kening Ellen dengan lembut ia lakukan didepan semua orang. Dan berbekas wajah ellen memerah karena malu.
"Kau terlihat sangat bahagia." ujar Arkan yang membuat Ellen mendongak menatap mata tajam Arkan lalu ia tersenyum manis, "Tentu saja, hari ini hari kebahagiaanku." Arkan tersenyum juga. "Bahagia karena menikah denganku atau bebas dari keluargamu?"
Lalu kepala Ellen sedikit mendekat ketelinga Arkan, "tentunya keduanya. Terima kasih sudah menerimaku, Arkan." ucap lembut ellen membuat telinga Arkan memerah karena malu sekaligus bahagia.
"Sama sama istriku."
Di pesta kedua pengantin sangat manis untuk dilihat, namun ternyata ada satu orang yang sedang tersenyum sendu melihat pengantin wanita tersebut. Dan orang itu melangkah naik keatas pelaminan menyadarkan kedua pengantin yang masih malu malu bercanda dengan pelan.
Ellen, sadar bahwa ada yang naik kepelaminan. Ia pun langsung menghentikan Arkana yang sedari tadi menggodanya dengan memanggil dirinya 'istriku', atau 'sayangku'. Ellen melihat ternyata yang datang adalah, mantan kekasihnya yang ia sebut brengsek.
Orang itu melangkah semakin mendekat dan, "selamat atas pernikahanmu len."
"Makasih, makasih juga udah datang walau tidak diundang." sarkas Ellen membuat Arkan mengernyit lalu kemudian mengangguk, sepertinya dirinya paham situasi bahwa orang yang didepannya ini adalah mantan pacar istrinya yang berhianat dan berselingkuh dengan sepupu ellen sendiri.
"Apa kau bahagia?"
"Sangat bahagia. Makasih juga sudah menunjukkan bahwa kau adalah pria brengsek yang ku pertahankan dan terima kasih juga sudah meninggalkanku, karena perbuatanmu aku bisa bertemu dengan pria yang lebih baik darimu, Nathan."
Pria yang bernama Nathan hanya bisa tersenyum pahit lalu segera berlalu dan pergi dari hadapan cinta pertamanya. Ellen dan Nathan memang pacaran karena saling cinta pada pandangan pertama, sejak ellen berusia 17 tahun sampai 20 tahun hubungan itu kandas karena orang ketiga.
"Jadi, dia orangnya yang kamu ceritakan saat itu?" tanya Arkana yang langsung diangguki oleh Ellen, "benar benar jauh dari levelku, syukurlah kita bertemu berterima kasihlah kepada pamanmu, sayangku." ujarnya dengan sedikit menggoda, pipi ellen lagi lagi memerah. Ellen langsung menyerang suaminya dengan cubitan gemas kepinggang Arkan.
"Sudah jangan meledekkiku lagi, kumohon Arkan." Arkan tertawa didepan Ellen, "baiklah, baiklah.. Apa kamu haus?"
Ellen mengangguk, "ya, sedikit." Arkan mengangguk lalu memanggil asistennya yang bernama Erik, "tolong ambilkan air minum dan sedikit cemilan untuk istriku."
"Baik tuan." ujarnya lalu menunduk sopan, Arkan langsung menyuruh istrinya duduk. "Kamu duduk saja, jangan memaksakan kaki kecilmu untuk berdiri."
"Kakiku tidak kecil."
Arkan mengangguk, "ya, tidak kecil, namun mungil." balasnya lagi membuat ellen cemberut gemas.
Tak lama Erik datang dengan membawa nampan yang berisi dua gelas air minum dan satu piring berisi cemilan ringan, Arkan yang masih berdiri langsung mengambil nampan tersebut dan menaruhnya diatas meja disamping bangku pengantin. Ellen menerima minumannya dari tangan Arkan yang setia membantunya membuatnya berenergi kembali.
"Kamu tidak makan?" tanya Ellen kepada Arkan yang setia menatap dirinya sedari tadi. Arkan menggeleng namun ellen tetap ellen ia membarikan sepotong kue kecil kedepan mulut arkan yang mau tak mau arkan terima.
"Udah itu buat kamu, kamu habisin saja."
Ellen menggeleng lalu memberikan lagi kue kedepan mulut arkan. Arkan lagi lagi tidak bisa menolak, ia mengunyah namun matanya tetap masih setia menatap wajah istrinya itu. Ellen lama kelamaan merasa risih, "ada yang salah ya diwajahku?"
"Salah? Iya salah make upnya, terlalu cantik kamu dimataku." Ellen mendengar gombalannya hanya bisa mendengus pelan, "kamu jangan berdiri terus dong."
"Emang kenapa kalau aku berdiri terus?"
"Aku pegel natap wajah kamu keatas terus." jawab Ellen membuat Arkan mengubah posisinya menjadi berjongkok dan masih menghadap kearah Ellen. "Kamu kenapa duduk kayak gitu? Sini duduk disamping aku."
Arkana menggelengkan kepala lalu, "kita pergi yuk."
"Pergi kemana? Acaranya kan belum selesai."
"Pergi kekamar, kamu kan capek."
"Alasan ya?" tanya ellen kepada Arkan yang seketika senyumnya berubah menjadi seringai. Dengan telaten Arkan mengambil gelas ditangan Elle lalu menggendong Ellen secara tiba tiba membuat para tamu memperhatikan tingkah Arkan.
Ellen yang terkejut tiba tiba diangkat langsung mengalungkan leher Arkan dengan pelotottan terkejut, sedangkan yang dipelototi hanya tersenyum senang, dengan langkah panjangnya ia langsung meninggalkan lantai acara pernikahannya dan menuju kamar yang sudah dipesankan oleh sekertarisnya.
Sepeninggal Arkan, seorang mc langsung berseru.. "Sepertinya pengantin pria sudah tidak sabar untuk unboxing istri tercintanya, haha. Silahkan menikmati makanan yang sudah kami siapkan ladies and gentleman.."
Ada yang memperhatikan pintu keluar yang tadi dilewati oleh Arkan menggigit jarinya dengan kesal, menyesal bukan dirinya yang dipaksa atau jika dipaksa kemungkinan ia juga akan menolak. "Sial! Kau sangat beruntung, dasar jalang kecil." ujarnya dengan lirih, namun ternyata saat itu juga ada yang mendengarnya dan membuat orang itu tidak suka karena orang itu sudah membuang orang yang ia sayangi.
"Tunggu diriku yang sebentar lagi akan menemuimu, Ellen."
❤️Bersambung...❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Aqiyu
👣👣👣👣👣👣👣👣👣👣👣
2022-06-08
0
Emma The@
Dialognya ok...Aku minder kak 🤭
2021-05-24
5