Galang kemudian permisi, dia lalu keluar ruangan dan pergi menuju lift. Ternyata di lantai lima banyak ruangan, dengan yakin dia masuk satu ruangan. Dia mulai merasa suasana yang berbeda ketika masuk. Ruangan ini cukup besar diisi sekitar sepuluh orang yang berpakain tentara dan sepuluh orang yang berpakaian formal.
Senjata AK. 47 berjejer rapi di atas sebuah meja di sebelah kanan dan Senapan runduk AWM (Arctic Warfare Magnum) ada di atas meja sebelah kiri. Seorang laki-laki muda berkulit gelap mempersilahkan dia masuk.
"Silahkan masuk, kamu yang kita tunggu. Perkenalkan dirimu Tuan, jangan lupa memberi hormat terlebih dahulu." kata Wibu kepada Galang.
Galang disuruh memberi hormat kepada seluruh orang yang ada di dalam ruangan dan memperkenalkan diri sesuai indentitas.
"Namaku Galang, baru lulus sekolah, kesini mau mencari kerja. Pekerjaan yang aku butuhkan sebagai pengawal, aku juga mempunyai kemampuan bela diri dan tinju." sahut Galang sambil menjura.
"Sebelum kamu membuat kami bersimpati coba perlihatkan dulu kepandaianmu," kata salah satu dari mereka. Seorang laki-laki maju ke depan.
Orang ini badannya tinggi besar, dengan otot yang menonjol kasar. Wajah dan rambutnya hitam legam. Bengis!!. Itu kesan pertama kalau melihatnya. Bahasa inggrisnya cukup fasih. Sinar matanya tajam dan mencorong.
"Mari Kita bermain-main dengan tangan kosong, aku tidak menbunuhmu, hanya ingin mematahkan tulangmu," kata pemuda itu mengejek.
"Kamu harus sabar teman ini sebuah kompetisi untuk menjadi pengawal. Mereka akan mengujimu, jangan takut dan jangan emosi." kata Wibu mencoba menyemangati, Galang menanggapi dengan tersenyum.
Mereka semua terdiri dari pemuda kulit hitam, badan mereka semua besar dan berotot. Sepertinya orang-orang yang terpilih. Wajah mereka sangar. Tapi Galang yakin kepada dirinya, sedari kecil dia dijejali ilmu bela diri. Disamping itu latihan intelijennya sudah mantap walaupun belum ketemu musuh berat. Sekaranglah dia harus mengasah ilmunya mumpung ada lawan gratis.
"Namaku Galang." kata Galang menjura. Badannya yang tegap itu membungkuk sedikit.
"Panggil aku Gullet orang paling top disini. Kekuatanku sudah terkenal di seantro jagat, tidak ada yang bisa diragukan lagi." katanya sombong.
"Aku akan mengingatnya, semoga kamu beruntung dan tidak menyalahkan aku. Maaf sebelumnya, kalau anda nanti jatuh tersungkur." sahut Galang tidak mau kalah. Mereka semua tertawa karena mereka sudah tahu kekuatan Gullet. Dibanding Galang Gullet tubuhnya lebih besar dan kekar, dia dulu pernah tercatat di Sasana tinju kelas bulu.
"Jangan banyak basa basi kita mulai bertanding." Gullet meloncat maju serta mulai menyerang, dengan mudah Galang menangkis dan kakinya cepat melayang membentuk Ce Chuai Tui (Tendangan Samping) yang membuat Gullet badannya terjungkal kesamping. Badan Galang memang tidak segede mereka tapi berotot dan lincah.
Galang menunggu Gullet bangun dan menunggu serangan dari laki-laki itu. Akhirnya pukulan dari Gullet mengalir ringan sampai Galang bosan. Karena dia berpikir buang-buang waktu saja.
Tapi dia tetap meladeni lawan dengan cara rajin berkelit. Sekarang malah Galang terlihat lebih menguasai lawan dan mengirim satu pukulan uppercut membuat lawan memuntahkan darah.
"Arrrhhhggg......"
"Aku mengaku kalah, pukulan uppercutmu hampir membuat gigiku rontok." kata Gullet menjabat tangan Galang. Ternyata tampang mereka saja yang serem hati mereka baik, untung Galang tadi memukul
setengah hati. Mungkin orangnya juga mengerti pukulan Galang tidak serius.
"Silahkan anda melanjutkan perjalanan menuju ruangan Consulat, tidak jauh dari sini." kata Wibu merasa lega karena Galang menang dalam pertandingan melawan Gullet.
"Aku berterimakasih kepada kalian semua karena membuat aku babak belur," kata Galang merendah. Dia lalu keluar dari ruangan itu dengan semangat.
"Trimakasih juga anak muda, supaya kita bisa bertemu di ronde berikutnya." kata salah satu dari mereka. Setelah itu Galang cepat pergi dari sana menuju ke kantor Consulat.
Galang kemudian pamit dan melanjutkan langkahnya dan memperhatikan setiap tulisan di atas pinti. Akhirnya dia membaca ruangan konsulaat. Setelah mengetuk pintu Galang masuk, dia kaget melihat Mr. Mickle sudah duduk dibalik Meja, pura-pura tidak kenal. Galang menjadi bingung.
"Silahkan duduk, mulai sekarang kamu sudah menjadi staf disini. Pekerjaan utama kamu adalah menjadi pengawal kemana Bapak pergi dan kedua menjaga Bapak di ruangan ini." Kata Mickle menatap Galang.
"Baik Pak, terimakasih atas kesediaan Bapak menerima kami." sahut Galang hormat. Dia tidak ingin berpikir panjang tentang sandiwara yang diperankan oleh Bapak Mickle.
"Perlu diketahui disini terdapat banyak CCTV dan diruangan ini ada dua, semoga kamu bisa menjalankan tugas." kata Bapak Mickle seolah memberi peringatan supaya Galang hati-hati bertugas.
****
Seminggu telah berlalu, Galang sekarang tinggal di sebuah kamar yang telah di sediakan oleh Konsulaat. Galang mulai menjalankan tugasnya step by step. selama ini keadaan di sini masih aman saja, Galang mulai merasakan hari ini ada kesibukan yang meninggkat. Mereka seperti akan melakukan sesuatu yang disembunyikan.
Hari ini Galang masuk kerja seperti biasa, Bapak Konsulaat yang bernama Tumbo Dakota sudah berada di dalam èti masuk ke ruangan beliau.
"Maaf Wibu, aku sebagai pengawal disini tapi tidak tahu kenapa kalian dari tadi bolak balik masuk ruangan Boss, seperti akan ada acara khusus." bisik Galang kepada Wibu yang baru keluar dari ruangan Bapak Konsulaat.
"Lagi tiga hari Presiden Negara Ketiga akan berkunjung ke Amerika guna membicarakan masalah bilateral." sahut Wibu pelan.
"Apakah aku mengawal Bapak Konsulaat ketempat sidang?" tanya Galang pelan.
"Mungkin pada hari itu Mr. Mickle akan menempatkanmu di Kementrian Luar Negeri Negara Ketiga, Mr. Adam Nakko." bisik Wibu. Galang hanya mengangguk.
Peralatan di Kantor Konsulaat ini cukup canggih sulit menaruh cctv mini, semua bisa terlacak. Untunglah dia membawa GPS Tracker mini A8 yang tidak bisa di lacak. Alat ini Galang selipkan di sebuah pigura foto Presiden Negara ketiga. Hanya disitu paling aman. Tidak mungkin foto di ganti dalam waktu dekat, kecuali Presiden yang diganti.
Seperti biasanya, malam ini semua staf sebelum pulang meeting dulu, mengulas masalah ******* atau kebijakan Pemerintah di bawah kekuasaan Presiden Negara Ketiga yang berkuasa sekarang.
Setelah meeting mereka bubar ke tempat tinggal masing-masing. Galang masih diam di Kantor ikut sibuk membersihkan meja dan botol-botol air mineral. Setelah semua pergi Galang lalu menembak CCTV yang ada disitu dengan sensor ultra violet.
Kemudian semua lampu dipadamkan. Galang lalu berdiam diri untuk beberapa saat. Galang mencoba mempertajam pendengarannya dan berusaha mendengar sesuatu di sekitarnya, setelah merasa aman dia lalu mengambil kunci magnet untuk membuka ruangan Konsulaat.
Sebagai pengawal Konsulaat Galang sering masuk ke ruangan ini, dan dia sudah ingat dimana Filling Cabinet atau Brankas. Keadaan boleh gelap namun kaca mata Agent dari Galang mampu menerangi semuanya.
Dengan gesit Galang merekam surat-surat yang ada di Filling Cabinet, baru saja dia mau membuka Brankas terdengar suara orang ribut diluar.
Galang cepat keluar lewat pintu samping kemudian berlari menyisir tembok, setelah situasi aman dia lalu masuk ke kamarnya. Setelah mengunci pintu Galang membuka semua atribut Agent dan membawanya ke kamar mandi ditutupi pakaian kotor.
Mumpung di kamar mandi dia langsung mandi. Selesai mandi Galang keluar sambil bersenandung. Seketika bibirnya terkunci melihat lima orang bawahan Konsulaat sudah berada di kamarnya.
"Kenapa kalian masuk kamar orang, tadi aku sudah kunci." kata Galang pura-pura bodoh. Hatinya berdebar juga karena mereka mengarahkan moncong pistol ke tubuhnya.
"Katakan apa ini, apa yang kau kerjakan di ruangan konsulaat," kata pemuda hitam di depannya dengan mata melotot.
"Yoseph, untung kamu membawa jam ini kemari, tadi aku bersih-bersih di ruangan Konsulaat, ketika mencuci tangan aku menaruh jam ini di atas meja." kata Galang santai mencari alibi. Mereka saling pandang pandangan, dan menurunkan senjata mereka.
"Apakah waktu kamu disana ada seseorang yang membuka ruangan Konsulaat, atau kamu melihat sesuatu mencurigakan." kata Fulman menatap Galang.
"Aku minta maaf kepada kalian, selama aku bersih-bersih tidak ada seorangpun di sana dan aku juga tidak memperhatikan apa yang terjadi." sahut Galang meyakinkan.
"Cepat pakai pakaianmu kita akan berjaga sampai pagi, karena disinyalir ada penyusup yang ada di Konsulaat." perintah Yoseph tetap curiga.
"Oke, aku akan bersiap dulu kalian boleh ke Kantor, nanti aku menyusul." mereka lalu keluar dari kamar Galang. Dari kelima orang itu ada seorang yang selalu menatap curiga kepada Galang, yaitu Yoseph.
Dari pertama kali bekerja Galang sudah menaruh curiga kepada Yoseph, gerak geriknya membuat Galang membidik Yoseph sebagai target utama.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
Ayo Galang.... kamu pasti bisa 👍👍
2021-06-04
14
Raihan/kai 🔥🗻 🦅(ℳ.ท.α)
Yoseph bkal jadi penghalang
2021-06-03
11
Muhammad Iskandar Zulkarnain😎
Consulat atau Konsulat sebaiknya dipilih salah satunya
karena di atas ada paragraf menggunakan kata Consulat di paragraf lainnya menggunakan kata Konsulat.
2021-03-26
3