Setelah pulang dari masjid semua santriwati asrama Uswatun khasanah bersiap-siap dan bergegas menuju Aula.
"Hari ini ngaji kitab Qurrotul uyun, cepetan nanti kita dapet paling belakang, aku enggak mau dibelakang," seru Siska heboh sendiri.
Asrar masih rebahan di kasur dan tidak memperdulikan mereka berempat yang sibuk bersiap-siap.
"Asrar cepetan ih, nanti kyai marah loh kalau kamu telat," ucap Lala kesal sambil menarik tangan Asrar agar cepat bangun.
"Hari ini Ayah mertuaku tidak akan mengajar," ujar Asrar membuat mereka terkejut heran.
"Apa yang barusan kau katakan ?" tanya Siska.
"Maksudku hari ini calon suamiku yang akan mengajar kitab Qurrotul uyun," jawab Asrar dengan santai.
"Bagaimana kau tau?" tanya Lala.
"Karena hatiku mengatakan itu," jawab dengan kepedean seratus persen.
"Halah kang bucin," seru intan.
"hei ayo kita taruhan, kalau tebakanku benar kalian harus mengungkapkan perasaan kalian ke orang yang kalian suka!" cetus Asrar.
" Ayok siapa takut" seru Siska dan intan.
"Taruhan itu enggak boleh!" ujar Ayu.
"Ngomong aja kamu takut salah!" Ucap Asrar sinis.
"Ok kita taruhan," jawab serentak.
Mereka berempat sudah bersiap-siap dan hanya Asrar yang masih belum apa-apa.
"Asrar sebenernya kamu niat ngaji enggak sih?" tanya Lala.
"Aku niat kok, tapi entar nunggu suamiku datang baru aku datang," jawab Asrar menyebut ustadz Aji adalah suaminya.
"Kau ini sudah gila!" seru intan melihat tingkah Asrar seperti orang gila.
"Kalian duluan saja nanti aku nyusul," suruh Asrar.
"Ya udh kita duluan," jawab intan.
lima menit telah berlalu namun Asrar masih belum juga turun dari gurfah.
"Ih si Asrar belum turun juga, apa jangan-jangan dia takut tebakannya salah?" bisik Intan.
"Kamu seperti tidak mengenal Asrar saja, dia orang yang menepati janjinya, nanti juga dia turun kita liat saja," jawab Siska.
"Tapi aku penasaran loh, siapa yang ngajar hari ini kiyai nur atau ustadz Aji," bisik lagi Ayu.
Ketika mereka saling berbisik mata Lala tertuju ke arah tangga gurfah sedangkan yang lainnya tertuju kepada pintu dimana ustadz Aji akan masuk.
"Eh liat itu ustadz Aji," seru intan.
"sini-sini liat si Asrar mulai turun," bisik Lala.
mereka berempat saling pandang heran
"Apakah ini kekuatan cinta?" tanya intan.
Ustadz Aji mulai berjalan masuk menuju kursi yang akan ia duduki, sedangkan Asrar masih bersantai-santai ketika berjalan.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh," ucap Ustadz Aji memulai pengajian.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh," jawab serentak santriwati.
"Hari ini kiyai nur tidak bisa mengajar dikarenakan ada urusan mendadak, jadi saya yang gantikan tidak apa-apa kan?" tanyanya.
"Tidak apa-apa ustadz sering-sering Saja," triak salah satu santriwati yang juga menyukai Ustadz Aji.
"Ia ustadz benar apa kata Nabila, ustadz sering-sering saja mengajari kami ngaji," sela Nina teman Nabila.
"Baik kita akan mulai pengajiannya, apa mas-"
"Maaf ustadz saya telat," sela Asrar memotong pembicaraan ustadz.
Semua santriwati menatap Asrar dengan kesal bahkan ustadz Aji menatap dengan dingin tanpa ekspresi.
"Liat dia mulai berulah lagi," bisik-bisik santriwati.
"Yang telat hukumannya apa?" tanya ustadz Aji.
"Berdiri ustadz didepan!" jawab Nabila.
"Setuju?" sambungnya.
"Setuju!"
Asrar hanya tersenyum kecil, tak ada rasa malu ataupun rasa takut dalam benaknya.
"Asrar kamu maju kedepan, berdiri sebagai hukuman," Panggil mba Ikha lurah asrama.
Asrar berjalan melewati santriwati satu demi satu dan berdiri dibelakang ustadz Aji. Saat melewati Ustadz Aji Asrar melempar senyum kepadanya namun ustadz Aji membalas dengan memalingkan wajahnya.
"Baik kita lanjut bab hukum pernikahan.
Hukum nikah ada empat, ditambah satu menja
di lima, yaitu:
1. Wajib, bagi orang yang mengharapkan keturunan, takut akan berbuat zina jika tidak nikah, baik dia ingin atau tidak, meskipun pernikahannya akan memutuskan ibadah yang tidak wajib.
2.Makruh, bagi orang yang tidak ingin menikah dan tidak mengharapkan keturunan,serta pernikahannya dapat memutuskan ibadah yang tidak wajib.
3.Mubah, bagi orang yang tidak takut melakukan zina, tidak mengharapkan keturunan,dan tidak memutuskan ibadah yang tidak wajib.
4.Haram, bagi orang yang membahayakan wanita, karena tidak mampu melakukan senggama, tidak mampu memberi nafkah atau memiliki pekerjaan haram, meskipun ia ingin menikah dan tidak takut berbuat zina. Pembagian hukum ini juga berlaku bagi seorang wanita.
5.Wajib, bagi wanita yang lemah dalam memelihara dirinya dan tidak ada benteng lain kecuali nikah."
Semua santriwati mendengarkan dengan seksama termasuk Asrar, matanya tak pernah lepas dari ustadz Aji.
"Ustadz ...saya mau bertanya!" seru Nabila.
"Silahkan Nabila,"
"Ustadz bagaimana hukumnya jika perempuan menawarkan diri untuk dinikahi?"
"Menawarkan diri ya, Ada sebuah cerita ....
Ada seorang wanita menghadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menawarkan dirinya,
يَا رَسُولَ اللَّهِ جِئْتُ لأَهَبَ لَكَ نَفْسِى
"Ya Rasulullah, saya datang untuk menawarkan diri saya agar anda nikahi.”
Setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memperhatikannya, beliau tidak ada keinginan untuk menikahinya. Hingga wanita ini duduk menunggu. Kemudian datang seorang sahabat,
'
'Ya Rasulullah, jika anda tidak berkehendak untuk menikahinya, maka nikahkan aku dengannya.’ (HR. Bukhari 5030)
Hadis ini meunjukkan bahwa sah saja ketika ada seorang wanita yang menawarkan diri untuk dinikahi lelaki yang dia harapkan bisa menjadi pendampingnya.
Dalam kitab Fathul Bari, wanita yang minta dinikahi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak haya satu. Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani menyebutkan beberapa riwayat yang menceritakan para wanita lainnya, yang menawarkan dirinya untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya Khaulah binti Hakim, Ummu Syuraik, Fatimah bin Syuraih, Laila binti Hatim, Zaenab binti Khuzaemah, dan Maemunah binti Al-Harits. (Fathul Majid, 8/525)" jawab ustadz Aji menjelaskan dengan detail.
Saat keheningan menyapa tiba-tiba Asrar Berbicara yang membuat semua orang terkejut.
"Ustadz ...hari ini saya datang untuk menawarkan diri saya untuk kau nikahi!"
"Wah bushet dah, si Asrar berani banget!" bisik Intan ke Siska.
"Asrar dilawan!" jawab Siska bangga.
Semua santriwati memandang ke arah Asrar yang masih berdiri di belakang ustadz, sedangkan ustadz hanya melihat kitab tanpa berkata sepatah kata pun.
"Ustadz kenapa diam?" tanya Asrar heran.
"Kau ditolak Asrar!" triak Nabila.
"Kau perempuan tidak tau diri, kau mempermalukan diri sendiri!" sambungnya lagi.
"Kau seperti orang gila!" triaknya lagi sambil tertawa terbahak-bahak.
Asrar hanya tersenyum dan tak menyangkal perkataannya. Semua staff asrama melihat Asrar dan menggelengkan kepala menandakan tidak percaya apa yang sedang disaksikan.
"Asrar duduklah" pinta Ustadz.
Asrar diam sejenak memandang ustadz Ali yang masih memalingkan wajahnya, terlihat pipinya memerah.
Asrar tersenyum dan berkata," Baik ustadz,"
Suasana masih kacau, suara masih terdengar jelas ejekan yang dilontarkan ke Asrar. Asrar hanya diam dan mencatat apa yang baru saja ustadz Aji menjelaskan.
"Semuanya diam, kita lanjut materinya" seru ustadz Aji membuat keadaan hening seketika.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Ulul Azmi
pembahasan nya dalam bngt tuh mantapp😁😁
2021-04-04
2