Diary

Diary

Namaku Asrar Cinta, berasal dari sebuah diksi yang indah memiliki arti Rahasia Cinta. Kehidupan percintaan ku seperti namaku yang penuh dengan rahasia.

Aku gadis biasa yang mencintai orang yang luar biasa. Aku jatuh cinta pada anak dari pemilik asrama pondok pesantren Nurul Huda Cirebon. Ia adalah sosok laki-laki yang di idam-idamkan para santriwati, bukan hanya rupa tapi juga agama, Aji Adnan Fattih namanya, yang memiliki arti penenang hati dan penyejuk hati.

Sebenarnya aku enggan untuk pergi mondok, hanya saja ketika aku sampai di pondok pesantren tersebut, aku jatuh cinta pandangan pertama pada ustadz Aji.

Dan sebab itu aku menuruti ayah ibuku untuk mondok dan karena ustadz Aji cintaku, dia alasan dibalik semua tindakanku.

Aku memiliki 4 sahabat yang sama-sama ribet, tapi care banget sama aku.

Dia Siska, intan, Ayu dan Lala. Mereka selalu mendukung ku dari belakang termasuk dalam perjuanganku mengejar cinta ustadz Aji.

"Hayo Asrar kamu sedang menulis apa?" seru Siska mengagetkan Asrar yang tengah menulis diary.

"Astaghfirullah, Siska kamu hampir saja bikin aku jantungan," balas Asrar sedikit kesal.

"Ia ia, maaf deh kalau gitu, tapi Btw kamu nulis apaan sih aku penasaran nih?" balas Siska mencoba merebut buku yang di pegang Asrar.

"Kepo aja kamu tuh sis,"

"Oh ya kamu udah hafal surat Ar-rahman nya?" tanya Siska mengalihkan pembicaraan.

Asrar hanya mengangguk sambil meletakkan kembali buku dairy nya dibawah baju yang tersusun rapih dalam lemarinya.

"Seriusan?" tanya lagi Siska tidak menyangka.

"Siska... apa kamu lupa? Asrar kan sudah hafal Al-Qur'an 30 juz," Sela Intan menjawab pertanyaan Siska.

"Eh... Astaghfirullah aku lupa, kenapa kamu hanya mengangguk saja, kenapa tidak bilang bahwa kamu hafal 30 juz?" seru Siska heboh.

"Apakah itu penting untuk menyombongkan diri?" tanya Asrar.

"Tidak sih,"

"Ya udah!"

Asrar membaringkan tubuhnya di atas kasur lantai bergambar Naruto miliknya.

"Asrar, kamu sudah mengerjakan PR mu?" tanya Siska.

"Belum," jawab Asrar singkat.

"Jangan bohong," seru Siska manja.

"Kalau tidak percaya, ya sudah," balasnya lagi cuek.

"Udahlah Siska jangan ganggu Asrar, dia sepertinya capek, biarkan dia tidur," seru intan menyela pembicaraan mereka.

Siska menghela nafas panjang dan menjawab,

" Baiklah aku tidak akan menggangu Asrar lagi."

"Ayok kita keluar, masih ada waktu buat jajan keluar asrama," ajak Intan.

"Aku juga ikut," seru Lala,Ayu.

Intan mengangguk, dan mereka berempat pun pergi keluar untuk jajan.

"Akhirnya Sunyi juga," gumam Asrar membuka matanya dan kembali tidur.

Jarum jam terus berputar Asrar masih tertidur pulas di atas kasur kesayangannya. Intan dan Siska telah kembali...

"Assalamualaikum," ucap Intan memasuki kamar dan tak ada jawaban apapun.

"Lah tertidur pulas toh," seru Lala yang melihat Asrar tertidur dengan nyaman.

"Udah biarin jangan ganggu, dan jangan berisik," ucap Intan.

Mereka bertiga hanya menjawab dengan anggukan saja.

Asrar terbangun karena mencium bau, bau yang khas dari suatu makanan dan itu adalah Mie goreng. Yah... Asrar tidak bisa tahan dengan bau mie goreng yang wangi itu, bawaannya ingin makan.

"Mie goreng buat aku saja," seru Asrar membuat mereka kaget.

"Astaghfirullah Asrar, kamu bikin kaget aja,"

Asrar masih setengah sadar dan berpadu dengan rambut panjang yang tidak tertata rapih alias berantakan membuat dia persis seperti orang gila.

"Asrar kamu seperti orang gila!" teriak Siska tertawa terbahak-bahak di ikuti Intan, Lala dan Ayu.

Asrar membuka matanya dan langsung bangun menatap cermin yang terpanjang di dinding kamar Asramanya.

"Ya ampun aku cantik banget saat bangun tidur," ucapnya membanggakan diri sendiri.

"Idih."

"Nih, Asrar katanya mau mie?" Ucap Intan memberikan mienya.

"Tidak terimakasih aku hanya bercanda," jawab Asrar sambil mengambil sisir rambut.

"Sekarang jam berapa?" sambung Asrar bertanya.

"Sebentar lagi Ashar," balas Ayu.

"Emang kenapa nanyain jam?" tanya Lala.

"Mau mandi lah," balas Asrar langsung mengambil peralatan mandinya.

Asrar melangkah keluar menuju kamar mandi, namun dia berbalik lagi sambil berkata, "Awas jangan lancang membuka lemari ku dan mengambil dairy ku!"

"Apa sih Asrar, begitu takutnya kamu dairy itu kamu baca," balas Siska.

Asrar tidak memperdulikan Apa yang Siska katakan, ia langsung menuju kamar mandi.

"Aku jadi penasaran apa yang ditulis Asrar didalam diary?" tanya Siska ke Intan.

" Mungkin itu tentang pujaan hatinya, ustadz Aji," balasnya.

" Asrar sudah setengah tahun mengejar cinta ustadz Aji, namun tetap saja ustadz Aji bersikap sedikit cuek," balas Siska.

" Jadi inget pertama kali kita bertemu Asrar, dia bilang cita-citanya ada tiga, pertama menjadi Qori, kedua menjadi istri ustadz Aji dan ketiga menjadi ibu dari anak ustadz Aji," sela Lala.

"Eh ia yah, Dia bilang begitu dengan perasaan yang penuh percaya diri," balas Siska.

"Aku tidak tau apa yang akan Asrar lakukan jika ustadz Aji dijodohkan," ucap Ayu mengheningkan Susana.

Saat suasana terasa hening dengan penuh tanda tanya dan penasaran, tiba-tiba Asrar datang dari Kamar mandi.

"Assalamualaikum," ucap Asrar.

"Wa'alaikumsalam," jawab serentak.

Asrar melihat tajam ke arah mereka kemudian berkata, " Kalau ustadz Aji sudah di jodohkan dan ustadz Aji menerima perjodohan itu maka aku akan mundur."

Ucapnya itu membuat semuanya diam tak berkata, dalam benak mereka melihat Asrar yang kuat di luar namun rapuh di dalam.

"Jangan banyak melamun, cepat kalian mandi sebelum ada yang memasuki kamar mandinya," ucapnya lagi sambil menata rambut.

"Aku dulu ah yang mandi," seru intan langsung buru-buru mengambil peralatan mandi.

"Eh aku dulu yu," seru Lala mengejar Ayu.

"Asrar ayok nikah sama aku aja," ucap Siska mencairkan perasaan Asrar.

"Enggak mau aku tidak cinta kamu," balasnya.

"Asrar, kenapa kamu tidak mencari laki-laki lain?" tanya Intan Penasaran.

" Apakah orang seperti ustadz Aji harus dilepaskan begitu cepat sedangkan dia masih sendiri," balas Asrar sambil membayangkan dirinya di pelaminan.

"Ia si, ustadz Aji sosok yang masuk dalam karateria suami aku, tapi sepertinya sulit untuk menggapainya, dia terlalu tinggi dan jauh sedangkan aku hanya semut yang tak bisa menggapai," balas Intan.

"Sekecil apapun semut, namun dia pekerjaan kerasa, apapun yang menjadi kebutuhannya dia akan mencarinya," balas Asrar.

"Sama seperti cinta, cinta itu kebutuhan tanpa adanya cinta hidup terasa hampa seperti lagu Ridho Rhoma, Cinta itu anugerah terindah dari Tuhan. Jika jodoh sejauh apapun ia berada akan bertemu karena sudah di takdirkan, meski perjalanan waktu menuju bertemu banyak Lika liku sakit hati namun indah saat di dapat," sambungnya lagi.

Terpopuler

Comments

Amu Adit

Amu Adit

love

2021-05-08

1

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

semangat Asrar... kejarlah cintamu,,😇

2021-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!