Jarum jam terus berputar tiada henti sebelum baterainya habis. Waktu sholat Magrib pun datang, seluruh santri turun ke bawah menuju Aula untuk melaksanakan shalat berjamaah.
Di pondok pesantren Nurul Huda Cirebon terdapat 5 Asrama untuk laki-laki dan perempuan, terserah mereka mau masuk ke mana dan sistem peraturan di
asrama berbeda-beda. Asrama perempuan yang paling ketat adalah Asrama Uswatun Hasanah yang Asrar masuki.
"Ayok semuanya turun," teriak mba Anita.
Setelah sholat Magrib dilanjut dengan mengaji Al-Qur'an. Asrar langsung cepat-cepat memasuki barisan santri yang tengah mengantri giliran mengaji pada ustadz Aji.
Santri boleh memilih kesiapa ia akan diajari ngaji, entah itu staff Asrama atau pada pemilik asrama.
"Asrar mana?" tanya Siska yang tak melihat Asrar selepas sholat.
"Biasa, Asrar kan harus bersaing dengan santri lain untuk mengaji pada ustadz Aji," balas Intan.
Mereka menyusul Asrar dan kebetulan dibelakang Asrar masih kosong.
"Asrar kenapa kamu buru-buru banget si?' ucap Siska sedikit keras.
"Aku ingin Mandang ustdaz Aji lebih lama," balas Asrar dengan suara keras sehingga terdengar seisi ruangan termasuk nyai (ibu) dan kiyai (ayah) Ustadz Aji.
"Asrar kamu tidak usah berbicara keras begitu, kami tidak malu kah?" tanya Intan.
"Tidak," jawabnya berpuas diri.
Yah tidak ada seorang pun yang berani menegur Asrar karena Nyai dan Kiyai membayarkan dia berperilaku demikian sebab sikap terang-terangannya mengejar ustadz Aji dibarengi kepintaran Asrar dalam menangkap pelajaran membuat selurub santri iri dan berusaha keras agar seperti Asrar.
Asrar selalu menaati peraturan tapi untuk hal yang berkaitan tentang ustadz Aji Asrar selalu menentang dan selalu maju kedepan.
Giliran pun terus berlanjut sampai sudah giliran Asrar. Asrar tersenyum kepada ustadz Aji namun senyumnya itu tidak dibalas oleh ustadz Aji dan membuatnya sedikit kesal. Asrar mulai membaca Al-Qur'an dengan nada sedikit kesal, dan membuat ustadz Aji menyeringit.
"Asrar kalau mengaji tuh yang serius dan benar. Kenapa kamu bernada kesal!" ucapnya sedikit marah.
"Apa Aku salah ustadz? Aku mengaji dengan perasaan kesal apa itu salah ustadz, dimana letak kesalahannya? dulu ustadz pernah bilang obat hati adalah Al-Qur'an mangkanya aku mengaji dengan nada kesal seperti ini karena hatiku tidak baik-baik saja. Hatiku sakit, sakit karena ustadz tidak membalas sapaan senyumanku," Seru Asrar sambil menangis.
"Baik mungkin suaraku bikin ustadz risih, aku permisi, Assalamualaikum," ucap Asrar pamit undur diri.
Asrar langsung berlari menuju kamar dengan Air mata yang terus mengalir. Ustadz Aji melihat kearah Asrar yang tengah berlari sampai sudah tak terlihat dari pandangan lagi.
Perasaan bersalahnya pun muncul, namun dia masih ragu untuk meminta maaf.
"Ustadz," panggil Siska membuat ustadz Aji tersadar.
"Oh ia maaf," jawabnya sambil fokus kembali.
"Ustadz atas nama Asrar aku minta maaf," ucapnya.
"Ia tidak apa-apa, silahkan lanjutkan mengaji," jawab ustadz Aji.
"Baik ustadz,"
Asrar masih terus menangis, hatinya masih terasa sesak, Saking terasa sesaknya dia terlelap tidur dalam tangisnya.
Siska meminta Izin kepada ketua staff Asrama mba Ikha untuk tidak menghukum Asrar karena hal ini, dan dia juga meminta ijin Asrar tidak ikut sholat Magrib dan ngaji kitab.
"Mba aku perwakilan Asrar minta ijin untuk tidak mengikuti sholat berjamaah dan mengaji kitab," ucap Siska.
"Ia mba izinin, mba paham kok, bilang Asrar tetap semangat," jawabnya.
Setelah sholat isya seluruh santri pergi ngaji kitab sesuai kelasnya masing-masing.
Kelas dibagi menjadi tiga, pertama kelas Iptida untuk santri baru, kedua Ulya untuk santri yang sudah menetap satu tahun dan juga santri lama yang kelas 11, dan Wusto untuk santri yang mau lulus.
Asrar Ketua kelas Ulya dan ia menitipkan Absensi kepada Siska.
"Siska aku titip Absensi," ucapnya sambil menyerahkan.
Siska hanya mengangguk dan langsung pergi menyusul intan,Lala dan Ayu.
Sedangkan Asrar ia turun untuk mengambil wudhu dan sholat isya.
Kelas pun dimulai dan kiyai tidak bisa hadir digantikan ustadz Aji. Ustadz Aji tak mendapati Asrar dibarisan manapun dan bertanya.
"Asrar mana?" tanyanya.
" Dia tidak masuk kel-"
" Hadir," ucapnya membuat seisi kelas terkejut dan memandang Asrar.
"Asrar katanya kamu tidak enak badan?" tanya Siska.
"Ada orang yang mencari ku, mana mungkin aku tidak datang," jawabnya dengan suara tanpa nada.
Asrar duduk dibarisan paling belakang sehingga ketika ia menulis tidak terlihat oleh ustadz Aji.
"Asrar berani-beraninya kamu tidur di kelas saya," seru ustadz Aji yang melihat Asrar membungkuk kelantai.
Asrar yang mendengar kalimat itu langsung duduk tegak dengan mata yang penuh ketidak sukaan.
"Ustadz, jika ustadz tidak suka keberadaan saya di Kelas ini bilang saja, saya akan pergi dari sini. Dan Asal ustadz tau saya tidak tidur saya sedang mencatat kata penting dari penjelasan ustadz, hadeh ..saya jelaskan pun tidak ada gunanya, saya permisi Assalamualaikum," ucap Asrar kemudian pergi.
Ustadz Aji terteguh melihat Asrar yang marah lagi kepadanya. Para santri tidak berani untuk memanggil ustadz karena dia sedang kesal.
Ustadz Aji sadar dan kembali mengajar.
"Apa-apaan itu tadi, kenapa ustadz Aji selalu salah sangka kepadaku," ucap Asrar kesal.
"Eh tunggu," langkahnya terhenti.
"Mungkin ini cara ustadz Aji agar aku tidak mengejar dia, wah kalau begitu aku tidak akan mundur aku akan tetap melangkah maju, ustadz Aji aku akan membuatmu meminta maaf langsung kepadaku," seru Asrar senang.
Jam sudah menunjukkan pukul 10.00 PM, semua santri telah kembali dari kelasnya.
"Haduh si Asrar enak tidur lebih awal," ucap Ayu yang melihat Asrar Tertidur pulas.
"Sttt," balas Intan.
"Tadi kalian liat tidak raut wajah ustadz Aji saat Asrar pergi meninggalkan kelas, mukanya seperti orang mau nangis," sela Lala.
Asrar mendengar itu terbangun bibirnya tersenyum dan kembali tidur
" Ia, sepertinya dia sedih," balas Ayu.
"Sudah-sudah kita langsung tidur, besok harus sekolah kan," ucap Intan.
Mereka berempat pun pergi tidur, namun Intan dan Siska masih terjaga, dan saling bertatapan.
"Apa kamu semikiran?" tanya Siska.
"Yah, ustadz Aji mulai menaruh rasa pada Asrar," jawabnya.
"Tapi itu tidak mudah untuk mereka berdua," sambungnya lagi.
"Maksudnya?"
"Kiyai dan nyai," jawabnya membuat suasana hening seketika.
"Kita doain aja, semoga Asrar berjodoh dengan ustadz Aji," ucap Siska.
"Amiin,"
Mereka pun Tertidur dari panjangnya percakapan.
Malam telah larut, namun ustadz Aji masih terjaga, pikirannya masih mengingat kejadian Asrar menangis dan pergi dari kelasnya.
Hatinya kacau, terasa sesak saat Asrar menangis namun ia masih saja tidak menyadari perasaan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Miss haluu🌹
Benar-benar suasana nyata dipondok pesantren.
Aku tuh juga pengen anak aku masuk pondok pesantren. Tapi dianya ngga mau,,
2021-04-02
1