Menanggalkan Janji

Aku mengerjapkan netraku beberapa kali. Mencoba memastikan bahwa aku tidak salah lihat. Tapi betapa malangnya aku, Soledad!!

Dia memang Mbak Hanum. Si pacar masa depanku yang ternyata sudah mempunyai seorang tambatan hati.

" Mbak Hanum.." ucapku lirih. Amat sangat lirih, bahkan lebih seperti sedang berkata pada diri sendiri.

Hanum lalu melihat kearahku. Manik mata hazel yang kurindukan itu berserobok dengan manik mata coklat milikku.

Dia memandangku agak lama, lalu mengalihkan pandangannya pada Tania. Kok dia melengos? jangan-jangan masih marah gara-gara aku dekati dengan gencar bertahun-tahun yang lalu..

" Tania..udah lama nyampe?" tanyanya. Suaranya...ah..suaranya masih semerdu dulu. Ya ampun pikiranku jadi traveling kemana-mana. Suara itu adalah suara yang kudengar dulu, dimimpiku..ya..mimpi dewasa pertamaku. Mimpi yang menandakan bahwa jakunku mulai tumbuh dan si Joni mulai berbulu. Sekarang aku ingat..! Mbak Hanum adalah fantasi pertamaku. Oh my God!

" Barusan aja kok, Mbak. Oh iya, kenalkan ini teman satu jurusanku." ucapan Tania sukses membuyarkan lamunanku tentang mimpi dewasaku dulu.

" Oh..hai, aku Hanum. Kamu?" tanyanya sambil mengulurkan tangan. Aku masih mematung persis orang ogeb!

" Haloo.." Hanum kembali memanggilku.

" Ah..iya maaf mbak, saya Teduh. Masih ingat gak?" ucapku dengan netra yang tak lepas dari manik mata itu. Hanum tampak memiringkan kepala. Mencoba menganalisa ucapanku. Sepertinya dia benar-benar lupa pernah mengenalku.

" Teduh..Teduh adiknya Mbak Senja?? Teduh yang..yang dulu pernah gombalin aku? Ahahhaa.." Mbak Hanum manisku tiba-tiba tertawa, tawa yang renyah seperti dulu. Aku jadi ikut nyengir melihatnya tertawa. Syukurlah dia masih ingat padaku.

" Iya Mbak, Mbak masih ingat aku?" tanyaku memastikan.

" Ingat.. ingat banget. Tapi lihat penampilan kamu sekarang aku jadi pangling. Kamu ganteng sekarang, Duh.. Baby..ini tuh Teduh, anak kecil tengil yang pernah aku ceritain dulu. Ingat kan?" ucapnya pada Bang Daniel, pacarnya 😤. Kok dadaku nyeri ya waktu dia bilang baby pada Bang Daniel. Siwer apa gimana sih dia? orang segede itu dibilang bayi 😤. Tapi uh woooww..aku ganteng katanya. Iya laah..rajin perawatan ini mbak!

" Oh yang godain kamu di acara nikahan temen kamu itu?" jawab Bang Daniel sambil melihat kearahku. Dia tersenyum, tapi entah kenapa kurasakan ada yang berbeda, pandangannya tak seramah awal tadi ketika aku berkenalan dengannya.

" Kamu pacarnya Tania?" tanya Hanum sambil duduk tepat di hadapanku.

" Oh nggak, Mbak. Bukan.." jawabku cepat. Seperti ingin memberitahunya bahwa aku masih single. Padahal apa untungnya coba? Dia kan sudah punya pacar. Pacarnya juga gantengnya mengalahkanku Entahlah..aku cuma ingin dia tahu bahwa aku masih free.

" Mbak Senja dan Mas Galang apa kabar?" tanya Mbak Hanum lagi.

" Baik Mbak, Alhamdulillah sehat-sehat semua." jawabku sambil mengulas senyum.

" Kalian udah saling kenal?" tanya Hanum pada pacarnya.

" Udah..tadi dikenalkan Tania. Tapi dia belum tahu kalau kamu tunanganku." jelas Daniel sambil menarik tangan Mbak Hanum kemudian mencium punggung tangannya.

JDAAAR...JDEER...JDAAR. JDEERR..!!!!

Seperti ada suara tabrakan beruntun dalam isi kepalaku. Mbak Hanum sudah bertunangan!!

Apa maksudnya coba Bang Daniel ini? Terlihat sekali disengaja! dia seperti tahu bahwa aku masih menaruh harap pada Mbak Hanum, kentara sekali dari sikapnya ketika memandangku. Tiba-tiba saja dia menjelaskan dengan detail perihal hubungannya plus dibumbui dengan kecupan halus di punggung tangan. Aku mungkin merasa sedikit potek dan cemburu. Tapi aku tak ada niat tepe-tepe (tebar pesona) lagi kalau sudah begini, karena dia sudah menjadi milik orang lain. Dadaku terasa nyeri lagi. Dia tak ingat janji tujuh tahun lalu..!

Suara musik dari live performance langsung menggema di udara. Mengisi kekosongan yang tiba-tiba saja terasa memenuhi hatiku. Lagu-lagu upbeat mulai dimainkan. Setiap pengunjung mulai mengunci mata mereka pada penampilan musik band di atas panggung. Aku pun begitu, tapi rasanya hatiku masih terasa sepi. Sekarang aku baru sadar, Mbak Hanum bukan hanya sekedar obsesi.

***

Sekitar pukul sembilan malam, akhirnya live performance berakhir. Tapi pengunjung masih keluar masuk terus di cafe tersebut. Aku mengajak Tania untuk pulang duluan. Hari sudah terlalu malam, tak baik perempuan pulang malam-malam sendirian pula. Akhirnya Tania menyetujui.

" Bang, kayaknya aku sama Teduh mau pulang duluan deh. Udah kemalaman, aku kan ngekost di Bandung. Gak enak nanti sama teman kost yang lain."

" Oh gitu..gak mau dianterin Abang aja pulangnya?" tawar Bang Daniel.

" Nggak lah Bang, kasihan Mbak Hanum nanti jadi muter-muter. Aku pulang sama Teduh aja. Lagian aku bawa mobil dan mau ke kampus dulu anterin Teduh buat ambil motornya." jelas Tania dengan detail. Aku hanya diam, tak mau terlalu berinteraksi. Dadaku masih terasa sedikit sesak, entah karena bau asap rokok atau karena melihat Hanum yang terus menerus di rangkul Daniel.

" Hati-hati di jalan ya. Jagain adek gue ya bro! Jangan ampe lecet!" ucap Bang Daniel padaku. Aku hanya mengangguk malas sambil mengulas sedikit senyum.

" Teduh salam buat Mbak Senja sama Mas Galang ya. Kapan-kapan aku main ke rumah deh. Mau lihat anak mereka."

" Iya Mbak main aja, teteh sama A Galang pasti seneng. Nanti hubungi aku aja kalau mau datang." ucapku sambil memandangnya.

" Aku kan belum punya nomor kamu. Mana coba, aku minta." Hanum membuka telapak tangannya, meminta handphone ku. Kuberikan saja handphone itu, kemudian Hanum mengetikkan nomornya dan melakukan panggilan tak terjawab padaku. Bang Daniel tampak memperhatikan kami dengan gusar.

Setelah berpamitan dengan Bang Daniel dan Mbak Hanum, kami segera menuju mobil.

" Kamu dari kecil emang udah bakat gombal ya Ted?" tanya Tania sambil memandangku jenaka. Dia memulai pembicaraan setelah beberapa menit mobil melaju tapi aku masih membisu.

" Bukan bakat itu, Tan. Tapi naluri..hehe." jawabku sambil membalas pandangannya sekilas.

" Kapan-kapan, kenalin aku sama orang tua kamu dong. Kedengerannya seru waktu tadi Mbak Hanum bahas sama kamu." Tania sepertinya mulai selangkah lebih maju.

" Kapan-kapan ya.." jawabku singkat.

Setelah pertemuanku dengan Mbak Hanum tadi, entah kenapa aku malas berbasa-basi. Aku jadi bukan seperti aku yang biasa.

Perasaanku seperti tertinggal disana. Duduk manis bersama Mbak Hanum manis. Tapi segera kuenyahkan pikiran itu. Kisahku dengannya sudah benar-benar berakhir, aku tak boleh lagi memikirkannya. Dia tunangan seseorang, beberapa bulan lagi mereka akan menikah. Dan itu artinya, semua janji yang pernah aku ikrarkan dulu padanya harus kutanggalkan semua. Biarlah begini saja. Aku harap dia berbahagia. Mungkin aku akan patah hati, tapi pasti tak akan lama.

Setelah pembicaraan standard yang terkesan monoton, akhirnya aku sampai di parkiran kampusku.

" Aku turun ya, Tan..kamu hati-hati pulangnya." ucapku sambil melepas seatbelt.

" Teduh..sebentar.." Tania tetiba kembali memanggilku. Otomatis aku menolehkan kepalaku. Dan..

CUP

Tania mengecup bibirku cepat kemudian manik mata abu seumpama warna mendung itu mengunci netraku. Dia memulai aksi, tapi aku tak bereaksi.

" Is it okay if we are not just friend in same collage, Ted?" tanyanya kemudian

( Bolehkah jika kita bukan hanya sekedar teman satu kampus, Ted?)

*

*

*

*

*

Boleh gak Ted?? jawab kek..

Jawabnya next chapter aja yaaa....

Jadi gimana nih? udah pecah kongsi belum? tim Hanum dan tim Tania..cung! ☝️

Terpopuler

Comments

t_win

t_win

ambyar 💔💔💔💔💔💔💔💔
hahhahahahahahah

2021-05-14

0

Yessyka June

Yessyka June

kek nya seru tim teduh Hanum thorr

2021-04-21

1

Intan Putri

Intan Putri

tania agresif ya

2021-04-14

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!