We Met Again

Dari pagi aku sudah berada di kampus. Mata kuliah hari ini benar-benar sangat kusukai. Jadi aku sangat semangat untuk ngampus meski itu artinya selepas shalat subuh, aku tak bisa leyeh-leyeh lagi.

Building Information Modeling atau disingkat BIM adalah salah satu dari banyak mata kuliah di jurusan arsitektur yang menjadi favoritku. Alasannya karena mata kuliah ini begitu sarat teknologi.

BIM menggabungkan tiga bidang sekaligus yaitu Arsitektur, Engineering dan Construction yang mampu mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan ke dalam model 3 dimensi. BIM adalah solusi aplikasi masa depan yang dapat membantu para engineering. Wow..gokil kan?? Teknologi sudah berkembang begitu pesatnya masa sekarang ini.

Selesai mata kuliah BIM, ada waktu kosong sekitar dua jam karena kebetulan dosen mata kuliah sistem manajemen dan keselamatan kerja sedang berhalangan hadir. Tapi meski tak ada kelas, tugas tetap saja ada.

Untuk mengisi waktu luang sambil mengisi perut yang menangis minta diisi, aku melangkahkan kakiku menuju kantin gerbang belakang. Sebenarnya ada banyak kantin di kampusku ini. Tapi karena harganya lumayan mahal dengan rasa yang tak masuk kriteria, jadilah aku memilih untuk makan di kantin gerbang belakang saja.

Disana ada salah satu kedai penjual soto yang enak banget. Soto ayam-telor harganya 10.000 rupiah saja. Kuahnya enak, ayamnya pun banyak. Walau memang tempat ini lebih mirip kantin di sekitar lokasi ledakan Chernobyl, berantakan dimana mana. Makannya sambil merem aja biar ga sadar dengan situasi 😁.

Yang khas dari kantin ini adalah bapak penjualnya. Setiap menuangkan kuah soto tidak jarang rokoknya tetap menyala dan diselip di mulut. Rasa gurih kuah soto adalah perpaduan bumbu-bumbu dengan abu rokok ditambah keringat dari tangan si bapak yang memegang pinggiran mangkok soto. Nyummy, isnt it?

Pernah suatu ketika, teman satu jurusanku bercerita. Di tengah asyik makan di tempat tersebut, dia melihat kecoa di dalam mangkok sotonya.

Pastinya itu adalah hal paling menjijikan jika ada bangkai kecoak berenang mengambang di mangkok soto kita bukan?? Minimal kalau dia manusia normal, minta uang kembali lah..atau bisa jadi muntah di tempat saking jijiknya!

Tapi apa yang terjadi dengan temanku itu? Kecoanya dia angkat dari mangkok kemudian dibuang. Dengan santai dia cuma dan hanya minta ganti dengan soto yang baru. Damnnn… mungkin temanku ini saudaranya Master Limbad. Atau mungkin dia sejenis makhluk pemakan segala 😵

Cerita ini menyebar dengan cepat, teman-teman di jurusan sudah pada tau tentang tragedi soto ayam plus kecoa. Ada yang langsung bersumpah palapa untuk tidak akan lagi makan di kedai soto tersebut. Tidak sedikit juga yang merasa mual ketika mendengar cerita soto ayam kecoa. Namun keesokan harinya, mereka datang lagi dan memesan soto sambil ketawa tanpa beban. Seolah mereka mendadak amnesia dengan cerita yang membuat mereka mual kemarin hari. Yang penting gue bisa makan murah dan enak, bro 🤣🤣. Daging kecoa juga protein kan?!

Sableng sekali bukan? Iya..sesableng aku yang kini juga memesan soto yang sama di kedai ini 🤣🤣🤣. Hidup mahasiswaaa..!!!

Cukup untuk cerita kedai soto legendaris ini. Sekarang back to story.

Setelah mengisi perutku dengan soto gurih nan enak tersebut, aku segera kembali ke studio. Mata kuliah selanjutnya akan di mulai.

Di tengah-tengah perjalanan, ada suara seseorang yang memanggilku.

" Teduh..!" suaranya merdu masuk ke gendang telinga. Aku menoleh dengan cepat.

Seraut wajah indo blasteran nan cantik memesona sedang tersenyum kearahku. Tangannya melambai-lambai syahdu bak nyiur di pantai. Dia adalah Tania, nama lengkapnya Tania Ivanka, salah satu teman satu jurusanku. Perempuan yang bisa dikategorikan dekat denganku tapi tak berstatus permanen.

" Mau ke studio kan? bareng dong." ucapnya sambil menyibakkan rambut dengan anggun. Hatiku sempat berdesir, maklumlah..kan lelaki normal. Siapa juga yang tidak akan tertarik dengan wajah secantik dirinya.

" Habis dari mana barusan?" tanyanya lagi.

" Sarapan soto..laper banget, tadi pagi lupa sarapan." jawabku sambil memandangnya sekilas.

" Kamu habis dari mana?" aku balik bertanya.

" Habis ketemu temen di kantin bengkok."

Aku hanya membulatkan bibir tanda mengerti.

" Pulang kuliah jalan yuk, Ted.." ajaknya sambil menyunggingkan senyum manis.

" Jalan kemana?"

" Ada salah satu cafe yang baru buka di daerah Dago. Itu cafe temenku. Dia bakalan grand opening gitu, plus ada acoustic dan live performance nya. Seru kayaknya..makanya temenin aku ya." pinta Tania lagi dengan memasang puppy eyes andalan semua wanitahhh..!

" Boleh.."

" Tapi naik mobil aku aja ya, motor kamu tinggal di kampus." jelasnya. Aku berpikir sejenak kemudian mengangguk. Dia tampam tersenyum sekilas.

Tania itu cantik, dia juga baik. Tapi entah kenapa hatiku hanya sebatas kagum padanya. Tidak ada getaran-getaran resonansi di hatiku. Aku masih saja membiarkan hubungan kami menggantung seperti ini. TTM, teman tapi mepet 😁. Tak tahu ya, berasa belum sreg aja gitu. Kayak dia tuh belum cukup memenuhi kriteria perempuan yang ingin kuperjuangkan sepenuh hati. Padahal diantara semua laki-laki satu jurusan pun seberang jurusan yang PDKT bahkan terang-terangan mengejar dia, hanya aku yang direspon amat sangat baik. Ya gimana nggak baik, orang dia pernah dengan sengaja mencium pipiku. Meski dia bilang sih tidak sengaja. Tapi masa nggak sengaja sampai dua kali? Nggak sengaja yang keenakan barangkali 🤣.

Back to story..

Sekitar pukul lima sore, kuliahku usai sudah. Lelah yang menyenangkan. Begitu hari ini berjalan. Selepas melaksanakan shalat ashar yang keteteran, aku langsung menemui Tania yang sudah menungguku dalam mobilnya.

" Nih kamu yang nyetir.." ucap Tania kemudian menyerahkan kunci mobilnya padaku.

Mobil langsung kulaju dengan kecepatan sedang, membelah jalanan Bandung pada sore hari yang syahdu. Diiringi musik folk kesukaanku, dan di dampingi wanita cantik yang tak henti tertawa renyah ketika ku rayu.

" Belok sini, Ted. Sebentar lagi sampai." Tania memberi komando. Aku langsung mengikuti instruksinya.

Sebuah cafe bernuansa rustic langsung tampak di depan mata. Suasananya tampak cozy, banyak bangku-bangku zaman baheula (zaman dulu) yang teronggok manis sebagai aksesoris. Untaian lampu berwarna kuning hangat terpasang di sepanjang halaman rumput cafe tersebut.

" Aah..Tania, akhirnya datang juga." sambut seorang lelaki berkulit sawo matang, menyambut kedatangan Tania dengan hangat.

" Iya dong, Nu. masa diundang ke cafe seunik ini aku gak mau..Abang udah datang?" tanya Tania kemudian. Entahlah siapa yang dia cari, aku hanya diam saja tak terlalu bereaksi.

" Udah, Bang Daniel ada di dalam, sama ceweknya biasa." jelas lelaki tersebut.

" Oh iya, kenalin ini temenku. Teduh namanya, Ted..ini temenku yang punya cafe rustic ini, Wisnu namanya.."

Kami saling berjabatan tangan dan menyebutkan nama masing-masing.

" Ya udah yuk masuk..mumpung belum banyak customer. Langsung temui Bang Daniel aja biar kalian duduk satu meja." perintah Wisnu. Aku dan Tania hanya mengekor saja di belakang Wisnu.

Sesampainya di dalam cafe, kami diarahkan menuju sebuah sofa yang letaknya agak belakang. Tanpa canggung Tania langsung menggenggam tanganku, hatiku sempat berdesir tapi tak lama.

" Bang Danieell.." teriak Tania ketika kami sudah lebih dekat sofa tersebut.

Seorang lelaki berkulit putih nan tampan langsung menoleh ketika Tania berteriak. Wajahnya hampir mirip Tania, indo blasteran juga. Dia tersenyum lebar kemudian berdiri. Wedeeh..tinggi ternyata. Tadi dia sedang duduk, jadi aku tak terlalu tahu tinggi badannya.

" Taniaa..my cutie. Akhirnya datang juga kamu. Abang udah nungguin dari tadi."

Laki-laki yang dipanggil Bang Daniel tersebut langsung memeluk Tania erat.

" Bang, kenalin ini temanku. Teduh..Ted, ini kakak sepupuku namanya Daniel." jelas Tania dengan senyum riang.

" Teduh, Bang.." ucapku sambil mengulurkan tangan yang langsung disambut baik oleh Daniel.

" Daniel, kakak sepupunya Tania. Unik nama kamu, haha.." balasnya sambil tertawa kecil.

" Makasih, Bang." ucapku menanggapi perkataannya. Sudah biasa dibilang begitu, bukan sekali dua kali orang yang baru mengenalku bilang bahwa namaku unik.

" Abang katanya bareng cewek kesini. Mana?" tanya Tania lagi.

" Lagi ke toilet dia, tunggu aja. Bentar lagi datang kok."

Tania hanya membulatkan bibirnya tanda mengerti kemudian kami bertiga mendudukan diri di sofa berwarna brown sugar tersebut.

" Halo mbak Hanum.." tiba-tiba saja Tania melambaikan tangannya pada seseorang yang datang bergabung bersama kami.

What? wait? siapa tadi namanya? Hanum?? Apakah Hanum yang Tania ucapkan adalah juga Hanum yang kukenal? Kepalaku langsung menoleh dengan cepat. Dan..

JDEEERRR...!!

Benar saja, Hanum yang dimaksud Tania adalah Mbak Hanumku..Mbak Hanum manisku..Sepersekian detik waktu seperti terhenti berputar. Kepalaku langsung dipenuhi berbagai tanda tanya.

Oh why??? Jadi pacarnya Bang Daniel itu Mbak Hanum. Ada perasaan senang bisa kembali melihatnya setelah tujuh tahun ini, tapi hatiku juga potek seketika. Kenapa harus begini ceritanya Thor??? Ubah laaah..😭

*

*

*

*

*

Ah lebay lo, Ted. Katanya cinta itu mengalir seperti air, nanti juga akan bermuara di samudera cinta. Kalau Hanum gak mengalir ke samudera cinta mu, berarti ada yang lain yang akan ngalir. Gitu aja kok repot!! 🤣

Terpopuler

Comments

Anti Deta

Anti Deta

ngakak thor

2021-04-24

1

Yessyka June

Yessyka June

wkwkwk.... ada aja cerita mu thor

2021-04-21

1

ariyatti

ariyatti

iya nih teduh lebay biar ikutin aja seperti air yg mengalir.waktu belok ikutin belok saatnya lurus ikut lurus nah giliran nukik ya ikutan nukik juga...
nggak usah repot duh kan udah di doain sama Nana moga nanti dapat yg manis maniiis...

2021-03-23

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!