TMDTM BAB#01

Kia terbangun dari tidurnya, matanya beralih ke jam dinding yang sudah menunjukkan pukul dua dini hari. 

Dia berbaring sambil menatap langit-langit kamar,  entah apa yang merasuki dalam pilihannya. Tidak berselang lama, dia mendengar suara langkah kaki dan panggilan nama Alif dengan volume yang sangat kecil. 

Dia bangun dari tidurnya, melangkahkan kakinya pergi dari kamar. Saat pintu terbuka, dan benar saja yang sedang dia pikirkan tadi. Dia melihat sosok ayahnya yang tengah duduk dikursi ruang tamu.

Melanglahkan kakinya menemui Aldi ayahnya, " Apa ayah mabuk lagi?? " tanya Kia kepada sang ayah saat dia sudah duduk dikursi sebelah ayahnya.

Sebenarnya tidak perlu bertanya, Kia sudah menemukan jawabannya jika ayahnya sekarang sedang mabuk. Tercium jelas bekas minum-minuman yang di minum  oleh ayahnya.

Kia menatap sendu kearah sang ayah, melihat kondisi ayahnya yang seperti sekarang setelah ditinggal oleh ibunya, itu membuat Kia semakin menambah rindu yang amat mendalam kepada ibunya.

Tidak mau berlama-lama, Kia berusaha memapah ayahnya yang sedang mabuk itu untuk ditidurkan ke dalam kamar sang ayah. Akhirnya Kia berhasil memapah ayahnya kedalam kamar dan membaringkannya diranjang. 

Kia ingin melangkahkan kakinya pergi dari kamar sang ayah, tapi belum sempat dia melangkahkan kakinya Kia mendengar ayahnya mengigau memanggil nama ibunya.

" Karina,,,,,,, Karina. Kenapa kamu tinggalkan aku dan anak-anak kita??  Karinaa,,, kamu telah berjanji kepadaku. Kita akan menjaga dan membesarkan anak-anak kita sampai dia dewasa." Itulah kira-kira yang di ucapkan oleh Aldi, ayahnya Kia. 

Air mata Kia tidak terbendung lagi mendengar ucapan sang ayah. Dia berlari meninggalkan kamar sang ayah dan pergi kekamarnya sendiri. 

Sesampainya dikamar dia langsung merebahkan tubuhnya diranjang dengan posisi tengkurap dan dibawah kepalanya ada guling.

" Ibuu," ucap Kia, air matanya sudah deras, dadanya sudah mulai sesak,  Kia ingin mengucapkan sesuatu tapi dia tidak bisa diucapkan kata-kata itu.

Suara langkah kaki terdengar memasuki kamar Kia.

" Kia?? " panggil Alif yang sudah duduk diranjang Kia. 

Kia yang sadar dengan keberadaan Alif langsung bangun dari tidurnya, " Kakak??" tanya Kia. Berusaha menghapus air matanya yang selalu jatuh.

" Kamu kenapa?? " tanya Alif pada Kia. 

Kia hanya menggelengkan kepalanya bertanda dia tidak apa-apa. Sambil tersenyum manis menanggapinya. 

" Kamu tidak bisa berbohong kepadaku, Kia."

Tanpa aba-aba, Kia langsung memeluk tubuh Alif, " Ki,, Kia kengen sam,, ma ib,,bu kak." Jawabnya terbata-bata. 

Alif yang mendengarkannya pun hatinya tersentuh. Dia tidak menyangka jika dibalik keceriaan yang dimiliki Kia itu ada rindu yang mendalam dan yang tidak akan terkabulkan. 

Alif mengelus pucuk kepada Kia, " Yaa,, ,,  iya kakak tau kalau Kia sangat rindu sama almarhum ibu, kakak juga merasakan apa yang Kia rasakan sekarang, kakak sangat-sangat merindukan almarhum ibu. Tapi kita sebagai umat muslim harus bisa mengikhlaskan apa yang sudah dikehendaki oleh-Nya. Iya kita boleh sedih, tapi jangan terlalu. Apa Kia tidak sayang sama ibu??" Kata Alif panjang lebar. 

Kia menggelengkan kepalanya, " Kia, sa,,,yang Ib,, ibu kak." 

Jawab Kia sesegukan dan melepas pelukannya. 

" Jika Kia sayang sama ibu, Kia nggak boleh nangis kayak gini." Alif menghapus air mata yang ada dipipi Kia, " Nanti almarhum ibu melihat Kia seperti ini juga ikut sedih loh. Kia harus do'ain almarhum ibu biar tenang disana,  oke?? "

Kia mangangguk mengerti dengan apa yang diucapkan Alif tadi, " Baiklah kak, Kia mengerti sekarang." 

Alif tersenyum simpul menanggapinya. 

" Mau kakak temenin tidurnya?? " tanya Aldi iseng.

Kia memukul bahu Alif pelan, " Ihhh, kakak. Kia udah besar taukk," ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya kedepan. 

" Tapikan dulunya kalau nggak tidur sama kakak, Kianya nggak mau. Sekarang mau ditemenin tidur malah nggak mau." Ledek Alif kepada adiknya itu, " Ya udahh. Kak kembali dulu ya, jangan nangis lagi. Ingat pesan almarhum ibu dulu, apapun cobaanya kita harus,,,,,,

" Kuat dan bersyukur dalam menjalaninya," sahut Kia tiba-tiba. Alif yang melihatnya hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum simpul.

" Lohh, itu ingat. Kenapa tadi menangis?? " tanya Alif sambil menaik turunkan sebelah alisnya.

" Lupa." Jawabnya singkat, padat dan jelas. 

" Yaudahh, kakak pergi dulu ya. Lanjutkan tidurnya, jangan main ponsel terus." Mengingatkan kepada Kia. 

" Baik boss." Memberi hormat kepada Alif, Alif hanya menggelengkan kepalanya saja, tidak berniat untuk membalas ucapan Kia. 

Alif melanglahkan kakinya pergi dari kamar Kia. Memasuki kamarnya sendiri, Alif duduk dikursi kayu yang ada dikamarnya. 

Pikirannya masih diganggu oleh perkataan-perkataan Kia dan ayahnya tadi. 

Yaaa, sebenarnya tadi Alif tau kejadian apa yang membuat Kia menangis, karena sebelum Kia berada disana dan membawa arahnya ke kamar. Dia sudah berada disana, dan dia sedang mengambilkan air untuk ayahnya dari dapur. Tapi siapa sangka Kia akan kesana dan membawa ayahnya kedalam kamar. Dan terjadilah apa yang dia lihat tadi. 

" Ibu, apakah engkau tahu betapa Kia mencintai dan menyayangi mu." Alif menatap sendu kearah figura yang berisi foto keluarga yang ada dimeja kayunya itu.

Tangan Alif mulai mengambil foto itu, mengusap-ngusap dengan sangat pelan satu persatu wajah yang ada disana. Tidak terasa satu tetes air mata berhasil lolos dari matanya. 

" Baiklahh, bu. Alif akan memenuhi permintaan ibu yang terakhir, Alif akan melindungi Kia dari siapapun dan tidak akan membiarkan Kia tersakiti sedikit pun."

Alif membaringkan tubuhnya diranjang dan mulai memejamkan matanya untuk tidur. 

Disisi lain. 

Kia berusaha memejamkan matanya, tapi selalu gagal saat dia mencoba.

" Ayolahh, kenapa tidak mau tidur lagi?? apa aku kurang menangis dengan kencang agar cepat tertidur?? " tanyanya pada diri sendiri. 

Sedari tadi, Ira berusaha memejamkan matanya, tapi selalu gagal.

Kia mendengar ada  suara petir diiringi dengan suara rintik-rintik air. Tidak berselang lama hujan pun terdengar ditelinganya. Dingin menyelimuti kamar Kia yang hanya dilapisi dinding kayu.

Kia menyelimuti semu tubuhnya, " Jika hujannya begini terus, rumah akan kebanjiran." Ucap Kia.

Dia takut jika hujannya sangat lebat, itu akan membuat rumah Kia kebanjiran. Apalah daya rumah Kia yang hanya dinding kayu itupun yang lain juga bolong-bolong dan juga berada di antara selokan yang banyak sekali sampah-sampah. 

Pikiran Kia mulai kemana-mana, dia mulai memikirkan tentang hutang ayahnya, entah mengapa pikirannya tertuju pada itu.

Apalagi setiap orangnya, hutang ayahnya bisa mencapai 7 sampai 10 juta.

 7 sampai 10 juta perorang, jadi jika sekitar 12 orang maka berapa banyak hutang yang harus dibayar. Ditambah lagi hutang yang ada diwarung-warung sebelah.

" Pusing, pusing, pusing." Ucap Kia pelan sambil memijat pelepisnya. 

Kia sudah sangat bingung dengan semuanya. Ingin sekali dia melunasi hutang ayahnya, tapi bagaimana caranya, untuk keperluan sehari- harinya saja masih kurang jika menggunakan gajinya.

Biasanya dia ditambahin dari setengah gaji kakaknya untuk tambahan membeli bahan-bahan. Dan setengahnya dibuat Alif sendiri, dibuat untuk membeli rokok dan kebutuhan yang lain. 

Gaji Alif hanya mencapai 2  juta an karena dia hanya sebagai cleaning cervise paruh waktu saja , sedangkan gaji Kia hanya mencapai 1 jutaan, karena dia hanya bekerja di lestoran yang sangat sederhana. 

Karena kelelahan memikir, akhirnya Kia terlelap dalam tidurnya ditemani suara hujan yang terdengar jelas.

.

.

.

.

. Bersambung.

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara like, vote, tambah kefavorite dan komentar dikolom komentar yaa. 

Trimakasihh. 

Terpopuler

Comments

Salwah Rasyid

Salwah Rasyid

laaanjut

2021-04-26

0

Tyas

Tyas

lanjuuutttt

2021-04-26

0

Loflyn Aprillia Manusiwa

Loflyn Aprillia Manusiwa

😍😍😍😍

2021-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog # TMDTM
2 TMDTM BAB#01
3 TMDTM BAB#02
4 TMDTM BAB#03
5 TMDTM BAB#04
6 TMDTM BAB#05
7 TMDTM BAB#06
8 TMDTM BAB#07
9 TMDTM BAB#08
10 TMDTM BAB#09
11 TMDTM BAB#10
12 TMDTM BAB#11
13 TMDTM BAB#12
14 TMDTM BAB#13
15 TMDTM BAB#14
16 TMDTM BAB#15
17 TMDTM BAB#16
18 TMDTM BAB#17
19 TMDTM BAB#18
20 TMDTM BAB#19
21 TMDTM BAB#20
22 TMDTM BAB#21
23 TMDTM BAB#22
24 TMDTM BAB#23
25 TMDTM BAB#24
26 TMDTM BAB#25
27 TMDTM BAB#26
28 TMDTM BAB#27
29 TMDTM BAB#28
30 TMDTM BAB#29
31 TMDTM BAB#30
32 TMDTM BAB#31
33 TMDTM BAB#32
34 TMDTM BAB#33
35 TMDTM BAB#34
36 TMDTM BAB#35
37 TMDTM BAB#36
38 TMDTM BAB#37
39 TMDTM BAB#38
40 TMDTM BAB#39
41 TMDTM BAB#40
42 TMDTM BAB#41
43 TMDTM BAB#42
44 TMDTM BAB#43
45 TMDTM BAB#44
46 TMDTM BAB#45
47 TMDTM BAB#46
48 TMDTM BAB#47
49 TMDTM BAB#48
50 TMDTM BAB#49
51 TMDTM BAB#50
52 TMDTM BAB#51
53 TMDTM BAB#52
54 Minal 'Aidin wal-Faizin
55 TMDTM BAB#53
56 TMDTM BAB#54
57 TMDTM BAB#55
58 TMDTM BAB#56
59 TMDTM BAB#57
60 TMDTM BAB#58
61 TMDTM BAB#59
62 TMDTM BAB#60
63 TMDTM BAB#61
64 TMDTM BAB#62
65 TMDTM BAB#63
66 TMDTM BAB#64
67 TMDTM BAB#65
68 TMDTM BAB#66
69 TMDTM BAB#67
70 TMDTM BAB#68
71 TMDTM BAB#69
72 TMDTM BAB#70
73 TMDTM BAB#71
74 TMDTM BAB#72
75 TMDTM BAB#73
76 TMDTM BAB#74
77 TMDTM BAB#75
78 TMDTM BAB#76
79 TMDTM BAB#77
80 TMDTM BAB#78
81 TMDTM BAB#79
82 TMDTM BAB#80
83 TMDTM BAB#81
84 TMDTM BAB#82
85 TMDTM BAB#83
86 TMDTM BAB#84
87 TMDTM BAB#85
88 TMDTM BAB#86
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Prolog # TMDTM
2
TMDTM BAB#01
3
TMDTM BAB#02
4
TMDTM BAB#03
5
TMDTM BAB#04
6
TMDTM BAB#05
7
TMDTM BAB#06
8
TMDTM BAB#07
9
TMDTM BAB#08
10
TMDTM BAB#09
11
TMDTM BAB#10
12
TMDTM BAB#11
13
TMDTM BAB#12
14
TMDTM BAB#13
15
TMDTM BAB#14
16
TMDTM BAB#15
17
TMDTM BAB#16
18
TMDTM BAB#17
19
TMDTM BAB#18
20
TMDTM BAB#19
21
TMDTM BAB#20
22
TMDTM BAB#21
23
TMDTM BAB#22
24
TMDTM BAB#23
25
TMDTM BAB#24
26
TMDTM BAB#25
27
TMDTM BAB#26
28
TMDTM BAB#27
29
TMDTM BAB#28
30
TMDTM BAB#29
31
TMDTM BAB#30
32
TMDTM BAB#31
33
TMDTM BAB#32
34
TMDTM BAB#33
35
TMDTM BAB#34
36
TMDTM BAB#35
37
TMDTM BAB#36
38
TMDTM BAB#37
39
TMDTM BAB#38
40
TMDTM BAB#39
41
TMDTM BAB#40
42
TMDTM BAB#41
43
TMDTM BAB#42
44
TMDTM BAB#43
45
TMDTM BAB#44
46
TMDTM BAB#45
47
TMDTM BAB#46
48
TMDTM BAB#47
49
TMDTM BAB#48
50
TMDTM BAB#49
51
TMDTM BAB#50
52
TMDTM BAB#51
53
TMDTM BAB#52
54
Minal 'Aidin wal-Faizin
55
TMDTM BAB#53
56
TMDTM BAB#54
57
TMDTM BAB#55
58
TMDTM BAB#56
59
TMDTM BAB#57
60
TMDTM BAB#58
61
TMDTM BAB#59
62
TMDTM BAB#60
63
TMDTM BAB#61
64
TMDTM BAB#62
65
TMDTM BAB#63
66
TMDTM BAB#64
67
TMDTM BAB#65
68
TMDTM BAB#66
69
TMDTM BAB#67
70
TMDTM BAB#68
71
TMDTM BAB#69
72
TMDTM BAB#70
73
TMDTM BAB#71
74
TMDTM BAB#72
75
TMDTM BAB#73
76
TMDTM BAB#74
77
TMDTM BAB#75
78
TMDTM BAB#76
79
TMDTM BAB#77
80
TMDTM BAB#78
81
TMDTM BAB#79
82
TMDTM BAB#80
83
TMDTM BAB#81
84
TMDTM BAB#82
85
TMDTM BAB#83
86
TMDTM BAB#84
87
TMDTM BAB#85
88
TMDTM BAB#86

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!