Dirga berniat berhenti di depan gerai ATM beberapa bank. Dia berencana mengambil uang tunai untuk mengisi dompetnya. Saat dia melihat seorang wanita mengunakan piyama karakter tsum-tsum berwarna pink terbalut sweater warna broken white dengan rambut dicepol asal, terlihat kebingungan di depan ATM. Sedetik kemudian terlihat seorang pria paruh baya menghampiri wanita itu.
Dirga langsung mendekat. ingin tahu apa yang terjadi, saat pria paruh baya itu berkata, " Iya, biasanya modus kejahatan gitu, Neng. Kadang mereka berkelompok, nggak bekerja sendiri."
" Ada apa ini, Pa?" tanya Dirga kemudian.
Belum sempat pria paruh baya itu menjawab pertanyaan Dirga, wanita berpiyama itu sudah menoleh ke arahnya. Dirga dan wanita itu sama-sama terperanjat saat mata mereka saling beradu pandang.
" Kamu?? Kamu kenapa?" tanya Dirga berusaha senormal mungkin mengatasi rasa kagetnya
" Neng ini bilangnya kecopetan, Mas." Pria paruh baya itu yang menjawab.
" Kecopetan?" Dirga menautkan kedua alisnya. " Apa saja yang diambil pencopet itu?" tanya Dirga. " Berapa banyak uang kamu yang diambil?" tanya Dirga lagi pada Kirania yang masih mengatupkan bibirnya tak memberi jawaban.
Kirania memang tak berniat menjawab pertanyaan Dirga. Dia malah sibuk mencari nomer kontak Bude Arum.
" Assalamualaikum, Bude ..." sapa Kirania saat teleponnya tersambung.
" Waalaikumsalam ... kenapa, Ran?" sahut Bude Arum.
" Bude, Aku kecopetan ..." suara Kirana terdengar sedikit bergetar.
" Astaghfirullahal adzim. Kenapa bisa begitu, Ran?" Bude Arum terkejut mendengar penuturan keponakannya itu.
" Nggak tahu, Bude. Tadi pas keluar dari gerai ATM tiba-tiba ada orang merebut uang sama ATM yang aku pegang."
" Terus kamu gimana? Kamunya nggak kenapa-kenapa, Ran?" tanya Bude Arum khawatir.
" Aku nggak kenapa-kenapa, cuma lemas saja rasanya, Bude. Uang itu 'kan Bude perlu banget, sedangkan kalau urus bikin ATM baru paling bisa besok siang," Kirania merasa bersalah tidak mendengar ucapan Bude Arum yang menyuruh ke mesin ATM nya besok pagi.
" Iya sudah, nggak apa-apa, Ran. Yang penting kamunya nggak celaka. Sekarang kamu pulang saja, ya." pinta Bude Arum.
" Iya, Bude. Assalamu'alaikum ...."
" Waalaikumsalam ..." Sambungan telepon Kirania dengan budenya pun terputus.
" Kamu sudah hubungi call center banknya?" tanya Dirga saat dia melihat Kirania sudah memutus hubungan teleponnya.
Kirania menatap ke arah Dirga kembali. Masih tanpa ucapan yang keluar dari mulutnya.
" Kamu nggak bisu, kan? Kenapa susah sekali jawab pertanyaan aku? Kamu pikir aku ini seorang penjahat?" Dirga sedikit kesal melihat tatapan mata tak suka yang terlihat dari sorot mata Kirania.
" Kamu pakai bank apa? Untuk blokir ATM kamu yang hilang tadi. Biar nggak disalah gunakan orang yang tak bertanggung jawab," ujar Dirga kemudian meraih ponsel dari sakunya.
" Bank xxx ..." sahut Kirania singkat.
" Biar aku sambungkan ke call center banknya." Dirga langsung menyambungkan ponselnya ke call center bank yang dimaksud Kirania,
" Selamat malam, dengan Dewi ada yang bisa kami bantu?"
" Malam, Mbak. Mau pelaporan pemblokiran kartu debit bisa mbak?"
" Bisa, Pak ... maaf sebelumnya, dengan bapak siapa saya bicara?" tanya Customer Service itu ramah.
" Sebentar ..." Dirga menyodorkan ponselnya kepada Kirania. " Kamu yang bicara sendiri dengan customer service banknya "
Dengan ragu Kirania menerima ponsel dari tangan Dirga.
" Hallo ..." ucap Kirania.
" Selamat malam, Ibu. Maaf saya panggil dengan Ibu siapa?"
" Kirania ...."
" Ibu Kirania, ada yang bisa kami bantu?"
" Hmmm, iya ... saya mau blokir kartu ATM saya, Mbak. Saya baru saja kecopetan," jujur Kirania berkata.
" Baik Ibu, bisa disebutkan nomer rekening Ibu Kirania?"
" 1xx xxxxxxx ..." Kirania menyebutkan nomer rekening tabungannya.
" Baik, kami samakan datanya terlebih dahulu ya, Bu.
" Boleh, Mbak ...."
" Maaf, nama lengkap Ibu Kirania?
" Kirania Ambarwati ...."
" Tempat, tanggal lahir?"
" Cirebon, sembilan Juni, seribu sembilan ratus sembilan puluh empat."
" Alamat yang tercantum di KTP?"
" Jalan xxxxxxx Cirebon.
" Maaf, nama Ibu kandung Ibu Kirania?"
" Saraswati Wahyuningsih."
" Nomer telepon yang terdaftar yang bisa dihubungi?"
" 081x xxxx xxxx "
" Maaf, Ibu Kirania ingat kapan dan di mana melakukan transaksi terakhir?"
" Hari ini, Mbak. Penarikan tunai lima ratus ribu rupiah di gerai ATM jalan xxx ...."
" Baik kami cek sebentar ... benar ibu masih sama, belum ada transaksi lagi." sahut Customer Service tadi. " Saya buat laporannya terlebih dahulu, mohon ditunggu sebentar jangan ditutup dulu ya, Bu Kirania."
" Baik, Mbak ..." Ekor mata Kirania mengarah ke arah Dirga yang kemudian masuk ke dalam gerai ATM.
Tak berapa lama, Kirania kembali tersambung dengan Customer Service tadi.
" Hallo, Ibu Kirania ... terima kasih sudah menunggu, kami sudah buatkan pelaporannya. Silahkan Ibu catat nomernya." Customer service itu menyebutkan beberapa angka dan huruf. " Besok Ibu Kirania bisa mendatangi kantor cabang terdekat di kota Ibu untuk pembuatan kartu ATM baru. Ada lagi yang bisa kami bantu, Ibu Kirania?"
" Tidak, sudah cukup, Mbak. Terima kasih."
" Sama-sama Ibu, selamat malam, Ibu Kirania. Selamat beraktivitas."
Kirania kemudian menyerahkan kembali ponsel milik Dirga, saat dilihatnya pria itu sudah kembali di hadapannya.
" Terima kasih," ucap Kirania tanpa banyak basa-basi.
" Ini untuk ganti uang kamu yang diambil pencopet tadi. Ambillah ..." Dirga kemudian menyodorkan uang sejumlah lima ratus ribu rupiah kepada Kirania. Sebenarnya dia ingin memberikan lebih dari jumlah itu. Tapi mengingat seperti apa wanita yang dihadapinya. Dia hanya memberikan sejumlah uang yang dicopet, walaupun dia tidak yakin uang itu akan diterima atau tidak.
Kirania melirik ke arah uang yang disodorkan Dirga, kemudian menatap Dirga. " Nggak usah, makasih." Kirania kemudian melangkah ke arah motor pakdenya yang dia pakai tadi.
" Jangan bandel banget, deh ! Terima saja, Kamu pasti butuh, kan? Kalau nggak butuh, nggak mungkin malam-malam ke ATM." Dirga langsung meraih tangan Kirania, membuka telapak tangan Kirania yang mengepal, menaruh uang di sana dan menutup tangan Kirania agar kembali mengepal.
Kirania tersentak ketika tiba-tiba tangannya dipegang oleh tangan kokoh Dirga, seketika jantungnya berdebar kencang. Dia hendak menarik tangannya tapi tangan kokoh Dirga tidak mengijinkan.
" Ambil saja ... kalau kamu tidak mau merasa berhutang. Besok kalau kamu sudah ganti ATM yang baru, kamu bisa balikin uangnya ke aku. Sementara ini pakai saja uang dariku dulu. Tolong jangan ditolak, ya! Dan tolong jangan jutek banget. Jangan menganggap aku ini seperti musuh kamu. Kita ini satu kampus, kamu adik tingkat aku. Kita ini mestinya saling perduli, kalau perlu saling menyanyangi." Dirga menarik satu sudut bibirnya ke atas.
Kirania mendelik mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Dirga. Dengan cepat dia menepis tangannya dari genggaman Dirga dan hendak mengembalikan uang yang diberikan pria itu tapi dengan cepat Dirga berkata, " Bercanda, jangan terlalu dibawa serius, deh. Kamu itu harus sering bercanda, biar sering tersenyum. Sayang banget, kalau wajah cantik kamu ini ditekuk terus." Dirga terkekeh.
" Oh iya, kamu naik apa ke sini? Mau aku antar sekalian?" Dirga menawarkan diri mengantar.
" Nggak usah! Aku bawa motor," jawab Kirania masih dengan nada ketus.
" Oh gitu, ya sudah sana buruan pulang. Hati-hati ya, jangan sampai kecopetan lagi," goda Dirga lagi.
Kirania memutar bola matanya kemudian menyalakan mesin motornya.
" Hati-hati, ya. Jangan ngebut bawa motornya." Kalimat Dirga itu sempat terdengar di telinga Kirania sebelum motornya pergi meninggalkan Dirga.
Dirga menatap kepergian Kirania dengan seulas senyuman di bibirnya. Kemudian dia menatap ke arah ponselnya. " Gotcha !" (Kena kau)
*
*
*
Bersambung...
Happy Reading😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
gia nasgia
Dasar suhu paling bisa 😂
2025-02-05
0
Hearty 💕
Duh ujungnya saling menyayangi
2024-03-19
0
Yaser Levi
pasti kerjaan tu laki..benr2 modus
2023-12-02
0