Dirga menarik kursi kemudian duduk di atasnya. Sedangkan Naura terlihat sibuk melayaninya, menanyakan apa yang akan dipesannya. Sebelum akhirnya pergi memesankan makanan untuk dirinya.
Entah berapa banyak wanita yang bertingkah seperti Naura. Mengagungkan dirinya layaknya seorang raja yang perlu dilayani. Mungkin bagi mereka bisa melayani seperti ini adalah hal yang membanggakan, walau jujur saja Dirga sendiri kadang muak melihat wanita-wanita seperti Naura ini.
Dirga mengedar pandangan ke setiap sudut ruangan kantin. Hampir semua wanita yang ada di sana sedang mencuri pandang ke arahnya, termasuk para wanita yang ada di meja seberangnya. Terlihat tiga orang wanita, dua di antaranya sedang berbisik sambil sesekali waktu melirik ke arahnya, kecuali satu wanita yang terlihat fokus menyantap baso tanpa memperdulikan kedua temannya yang sibuk bergosip. Wanita itu adalah Kirania.
" Sayang ini pesanan kamu. Nggak pakai micin, kan?!" Tiba-tiba Naura sudah kembali di hadapannya dengan membawa pesanan makanan mereka..
Dirga menyantap baso tapi sorot matanya masih tertarik memperhatikan Kirania yang terlihat sedang digoda Sabilla dan Hasna. Dirga bisa melihat ekspresi ketika Kirania terlihat kegelian saat teman-teman Kirania berbisik di telinga Kirania. Dan saat terdengar teman dari Kirania berkata,
" Bukan perawan lagi dia, sih. Belum tersentuh laki-laki tepatnya. Pacaran saja nggak pernah."
Satu sudut bibirnya sedikit terangkat. ' Belum pernah pacaran? Untuk wanita secantik itu, Benarkah? " Menarik ..." gumamnya. Dirga juga merasa heran kenapa wanita itu tiba-tiba saja menarik perhatiannya. Mungkin karena sikap acuh Kirania yang sedari tadi tak melirik apalagi memandangnya sedikit pun. Mungkin di antara para wanita yang ada di kantin ini, hanya wanita itulah yang terlihat tidak perduli dengan kehadirannya.
***
" Ran, mau ikut pulang sama aku nggak. Mumpung Hasna dijemput Kak Deni?" tanya Sabilla saat mata kuliah terakhir selesai.
" Aku mau ke perpus dulu. Kamu kalau mau pulang ... duluan saja nggak apa-apa." Kirania menyahuti.
" Ya sudah kalau begitu, kita duluan, ya," pamit Sabilla yang juga diikuti Hasna akhirnya berlalu meninggalkan Kirania, yang kemudian melangkahkan kaki ke arah perpustakaan.
" Yah, sudah hilang ... padahal kemarin aku masih lihat ada bukunya di sini," gumam Kirania, setelah dia sampai di perpustakaan dan mencari buku yang dia ingin baca ternyata tidak ada. " Telat, deh ...." Kirania tertunduk lesu.
" Cari buku apa?" bisik suara terdengar halus di telinga Kirania, hingga membuat dia terperanjat dan bulu kuduknya berdiri tegak, karena suara yang membisikinya. meskipun terdengar sangat pelan tapi itu milik suara pria.
Dengan reflek Kirania menoleh ke arah asal suara tadi. Dan kembali dia terperanjat saat didapati pria yang menjadi incaran mahasiswi kampus inilah yang sedang berada di belakangnya kini.
Seketika Kirania dibuat menegang, karena posisi pria itu begitu dekat berdiri di belakangnya. Bahkan jarak wajahnya dengan pria yang masih menatapnya itu, kurang dari sepuluh sentimeter.
" Cari buku apa?" bisik Dirga lagi pelan. Bahkan hembusan nafas pria itu terasa hangat di kulit wajah Kirania, hingga membuat darahnya berdesir. Juga membuat jantungnya berdegup tak beraturan.
" Eh, hmmm ... bukunya nggak ada," sahut Kirania pelan. Kemudian hendak berlalu dari Dirga, tapi tubuh Dirga dengan cepat menghalangi. " Nama kamu siapa?" tanya Dirga masih dalam mode berbisik.
" Kak, permisi aku mau lewat," sahut Kirania, juga dengan nada pelan tak perdulikan pertanyaan Dirga.
" Kasih nomer ponsel kamu dulu, baru aku kasih jalan."
Kirania mendengus kesal dengan cepat dia mendorong tubuh Dirga dan setengah berlari keluar dari perpustakaan.
Sampai di luar kampus, Kirania sedikit membungkukkan tubuhnya. Dengan kedua telapak tangan bertumpu pada kedua lututnya. Nafasnya tersengal-sengal, karena sejak dari luar perpustakaan dia berjalan agak cepat keluar dari kampus.
Dan saat dia sedang mencoba mengatur nafasnya, tiba-tiba sebuah tangan kokoh menyodorkan sebotol air mineral tepat di depan mukanya.
" Minum dulu, nih. Kenapa pakai lari segala? Kamu seperti dikejar setan saja." suara pria yang tadi dia temui di perpustakaan atau lebih tepatnya pria yang sengaja dia hindari kini malah sudah berada di sampingnya.
" Kamu ngapain ikutin aku?" tanya Kirania dengan nada jutek.
" Siapa yang ngikutin kamu, sih? Aku memang jalan mau pulang, terus lihat kamu ngos-ngosan begitu. Aku kasih kamu minum, karena aku tahu kamu pasti kehausan 'kan, habis lari maraton?" sindir Dirga menaikkan sudut bibirnya ke atas. " Ambil, nih! Tenang saja ini nggak ada racunnya, kok. Masih bersegel, sama kayak kamu." Dirga menyodorkan lagi air mineral seraya menyeringai.
Kirania yang memang sudah kesal dengan sikap Dirga semakin dibuat kesal dengan ucapan Dirga yang absurd tadi. " Nggak perlu." Kirania menepis botol itu hingga membuat botol air mineral itu terjatuh. Dan dengan cepat Kirania berjalan meninggalkan Dirga yang terlihat mengembangkan senyumannya melihat sikap Kirania yang terlihat marah dan salah tingkah karena ulahnya. " Bener-bener beda ini cewek," gumamnya kemudian.
***
Kirania baru saja melipat mukenanya selepas menjalankan ibadah sholat Isya, saat terdengar pintu kamar diketuk. Dia melangkahkan kaki untuk membukakan pintu kamarnya.
" Bude? Ada apa?" tanya Kirania heran.
Bude Arum bergegas masuk ke kamar Kirania. " Ran, Mamamu sudah transfer uang bulanan belum? Kalau sudah Bude pinjam dulu, ya. Pakde kamu belum gajian. Buat bayar hutang di warung. Nggak enak Bude sudah janji awal bulan lunas,. ternyata pakde kamu belum terima gaji. Kalau sudah bayar 'kan enak kalau mau ambil barang keperluan sehari-harinya," ungkap Bude Arum menerangkan.
" Bude mau pinjam berapa? Aku masih ada simpanan kok, Bude." Kirania melangkah mengambil tas untuk mengeluarkan dompetnya.
" Bude pinjam lima ratus ribu saja, Ran. Kamu ada?"
" Kalau segitu, aku mesti ambil di ATM dulu, Bude. Aku cuma ada uang tunai dua ratus ribu. Bude butuh sekarang? Kalau sekarang, biar aku ke ATM sebentar, ya."
" Nggak usah sekarang. Besok pagi saja nggak apa-apa, Ran," ucap Bude Arum.
" Sekarang saja ya, Bude. Besok pagi barangkali aku telat nggak sempat ke ATM." Kirania langsung mengambil sweater-nya. " Kunci motor pakde mana? Rania pinjam motornya buat ke ATM." Bude Arum kemudian keluar dari kamar Kirania.
" Nanti Bude ambilkan. Sini kamu ikut Bude sekalian." Kirania pun mengekor di belakang Budenya.
***
Kirania mengecek sisa saldonya di ATM, masih ada sisa dua juta rupiah sebelum dia mengambil uang yang akan dipinjam budenya. Setelah selesai melakukan transaksi dia buru-buru keluar gerai ATM tersebut. Saat dia keluar pintu, secara tiba-tiba ada seseorang dengan gerakan cepat mengambil uang dan kartu ATM dari tangannya.
" Copeeeettt ... !!" teriak Kirania yang langsung sadar jika dia kecopetan. Dia hendak mengejar pencopet itu ketika seorang menghalangi langkahnya.
" Kenapa, Mbak?" tanya pria yang menghalangi Kirania tadi.
" Saya kecopetan, Mas. Itu tadi orangnya yang pakai jaket hitam yang lari ke arah sana," tunjuk Kirania.
" Ya sudah, Mbak tunggu di sini saja, biar saya yang kejar pencopetnya, Mbak nggak usah ikut kejar, takutnya dia bawa senjata tajam, bahaya ..." ucap pria itu.
" I-iya, Mas ..." Kirania menyahuti, sebelum akhirnya pria itu berlari ke arah yang sama dengan si pencopet.
Kirania menunggu sambil berjalan mondar-mandir di depan gerai ATM tersebut. Sudah lima menit berlalu, tapi orang yang tadi bilang akan membantu tak juga muncul, membuatnya semakin terlihat cemas. Kirania khawatir jika uang dan ATM nya itu tak kembali. Dia merasa tak enak hati pada budenya, karena budenya itu butuh uangnya segera. Kalau mesti urus ATM hilang, baru bisa besok siang selesainya.
" Neng kenapa, dari tadi kelihatan seperti orang bingung?" tanya seorang pria paruh baya memperhatikan Kirania yang terlihat gelisah.
" I-itu, Pak. Saya baru saja kecopetan."
" Waduh ... lalu copetnya kabur ke mana?"
" Ke arah sana, Pak. Tadi saya mau kejar, tapi ada orang yang larang. Dia bilang, dia saja yang nanti mengejar dan suruh saya tunggu di sini,"
" Wah, itu sih pasti sesama komplotannya, Neng. Dia suruh Neng tunggu di sini, ya biar Neng nggak kejar, dan mereka bisa pergi bebas," ucapan bapak-bapak paruh baya di depan Kirania membuatnya semakin gusar.
" Hahh ... begitu ya, Pak?"
" Iya, biasanya modus kejahatan gitu, Neng. Kadang mereka berkelompok nggak bekerja sendiri."
Kirania dibuat melemas dengan keterangan yang disampaikan oleh pria paruh baya itu. Tangannya mengelus tengkuknya. Dia juga menggigit bibir bawahnya menandakan dia sedang dalam mode cemas,
" Ada apa ini, Pak?"
Tiba-tiba suara pria yang terasa familiar terdengar di telinga Kirania, membuat Kirania tersentak apalagi setelah dia mendapati sosok pemilik suara tadi kini muncul di hadapannya.
*
*
*
Bersambung....
Semoga kalian suka dengan kisah Rindu Tak Bertuan ini, ya. Makasih🙏
Happy Reading😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 211 Episodes
Comments
gia nasgia
ehhh pas lagi panik"nya si don Juan di depan mata 😊
2025-02-05
0
Erni Fitriana
tuh kannn enaknya didunia novel tyh gitu..pas kesusahan pasti kita ditolong sama yg tajir
2023-10-20
1
Bundanya Pandu Pharamadina
Dirga jadilah dewa penolong🤔
2023-07-24
0