Flashback On
"Yey, Alhamdulillah akhirnya kelar juga makanannya," Raynka menaikkan kedua tangannya ke atas, ia menghirup udara dalam-dalam sekaligus tersenyum ceria menatap makanan yang berjejer rapi di atas meja makan.
"Sekarang saatnya aku panggil papa dan kak Zirah buat makan. Mereka pasti udah pada lapar deh," lantaran kamar tidur Zireyah terletak di lantai dua, maka dari itu Raynka mendahuluinya.
Tangan Raynka melayang di udara. Ia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar Zireyah kala perbincangan dua orang antara ayah dan anak tersebut terdengar. Kaki Raynka berjalan masuk ke dalam kamar Zireyah yang pintunya sudah terbuka. Raynka awalnya ingin memberi tahu mengenai masakannya yang sudah ia selesaikan. Namun, perbicangan itu begitu serius hingga membuat Raynka tak berani memotong. Ia masih berdiri di belakang sofa menunggu hingga selesai. Tanpa sepengetahuan Rafardhan dan Zireyah pastinya.
Nampaknya sebentar lagi perbincangan itu akan berakhir. Dirinya harus segera keluar dari sini, sebelum ada yang melihat. Karena terlalu tergesa-gesa sekaligus diiringi rasa takut, Raynka malah tak sengaja menubruk lemari pendingin kecil sejenis meja nakas yang terletak di sebelah kiri setelah masuk pintu kamar. Otomatis hal tersebut mengundang perhatian Rafardhan dan Zireyah.
Menatap Raynka yang sudah tertangkap basah menguping, Rafardhan biasa-biasa saja sama sekali tak memberi respon yang mencengangkan, tidak juga komentar yang tidak jelas. Toh, bukankah hal bagus bila Raynka mendengar semuanya? Rafardhan tak perlu turun tangan.
Berbeda dengan Rily, hatinya di cengkeram rasa takut luar biasa. Ia merutuki dirinya dengan berbagai umpatan kebodohan. Hal yang berusaha ia tutup-tutupi. Dirinya jugalah yang membuka. Lihatlah betapa ceroboh mulutnya dalam berucap.
"Ma-maaf. Ra-raynka, Ra-Raynka nggak ber-bermaksud nguping, Ra-raynka nggak sengaja, Raynka tidak mendengar apa-apa kok," dusta Raynka polos langsung mengangkat dua jarinya, yaitu jari telunjuk dan jari tengah. "Ra-raynka cuma mau kasih tau kalau ma-makanannya sudah siap. Raynka, Raynka, Raynka mau ke bawah dulu. Sekali lagi Raynka minta maaf, Papa dan Kakak," imbuhnya agegap. Sebelum keluar dari kamar, Raynka menatap Zireyah dan Rafardhan secara bergantian.
Flashback Off
Raynka tersenyum simpul. Jika boleh ia jujur, jauh dalam lubuk hatinya, sebenarnya Raynka merasakan sakit mendengar ucapan kejujuran itu, ya benar Raynka bahkan mendengar semuanya. Hanya sebatas kantung darah cadangan. Secuilpun nyatanya memang tak terdapat kasih sayang.
Ketahuilah ia juga turut bahagia mendengar kesembuhan Zireyah. Sesuai niatnya ia akan angkat kaki, bukan? Namun sepertinya Raynka harus mengundurkannya menjadi satu minggu kemudian. Mungkin kalau tadi dirinya tak tertangkap basah, ceritanya berbeda lagi. Namun sangat disayangkan Raynka sudah terlanjur berbohong.
...🧠🧠🧠...
"Pah, aku berangkat yah," ujar Zireyah yang hendak berpamitan.
"Zi, beneran nggak mau Papa antar?" Tanya Rafardhan.
"Nggak usah, Pah. Nanti ada temen aku yang jemput ke sini kok," tolaknya memberitahu.
"It's okay, Sayang. Tapi beneran nggak ada laki-lakinya'kan? Awas saja kalau kamu bohong sama Papa."
"Papaaaa, ihh sejak kapan sih aku pernah bohong sama Papa? Orang beneran kok nggak ada cowoknya. Kalau Papa nggak percaya, nanti tanya aja sama temen aku," Zireyah bergelut manja di lengan Rafardhan.
Rafardhan mengusap kepala Zireyah, lalu mengecupnya singkat, "iya, anaknya Papa," sambut Rafardhan percaya.
Zireyah keluar dari rumah diikuti oleh Rafardhan dan Raynka. Tidak lama kemudian barulah muncul sebuah mobil yang tak lain tak bukan adalah milik sahabatnya Zireyah, kerap disapa Floa. Floa turun dari mobilnya. Ia menghampiri tiga orang tersebut yang berdiri di luar pintu. Floa berpamitan sopan dengan Rafardhan yang selaku ayah dari temannya, dan Raynka yang selaku adik dari temannya. Hal yang sama dilakukan oleh Zireyah. Setelah berpamitan keduanya'pun memasuki mobil. Perlahan mobil'pun melaju.
Floa melihat ke arah kaca spion mobil. Ada yang tidak aman, pikirnya. Dari ciri-ciri mobil. Sepertinya ia kenal. "Zi, terus kita mau ke mana? Bokap Zirah ngikutin tuh."
Otomatis Zireyah memutar bola matanya menatap ke arah kaca spion. Dan benar saja yang dibilang oleh Floa. Di belakang sana terdapat mobil papanya melaju mengikuti mobil Floa. Ck, menyebabkan sekali.
"Ke kampus aja Flo, biar Papa percaya," usulnya.
"Ya kali ke kampus. Habis semesteran gini temen-temen kita mana ada yang nongkrong di kampus. Zirah gila ya. Bisa-bisa nanti Zirah ketahuan," gelagatnya Floa kurang menyetujui usulan Zireyah yang menurutnya asal-asalan.
"Flo, ya ampun. Udah ikuti gue aja. Rumah Niana dan Glezha kan dekat tuh sama kampus, yaudah ntar gue SMS aja buat mereka ke kampus bentaran. Inimah kecil," jelas Zireyah senggang sambil memainkan jemarinya.
Floa menepuk jidat. "Astaghfirullah Zirah, kenapa Floa nggak kepikiran sampai sana ya? Heheh, Zirah pintar," celetuk Floa cengengesan. Lemotnya Floa membuat Zireyah geleng-geleng kepala. Walau Floa lemot, Zireyah begitu menyayangi teman dekatnya ini, karena Floa selalu setia kepadanya.
Zireyah menatap mobil papahnya yang membelok memasuki SPBU. Bagus bukan? Inilah adalah kesempatan terbaik untuknya.
Mobil'pun terpakir rapih di parkiran kampus. Zireyah menyuruh Floa untuk menenteng 2 buah paper bag, yang Floa'pun kurang tahu isinya apa? Floa yang tampaknya kurang paham, hanya mengikuti saja tanpa mempertanyakan. Kemudian setelah turun dari mobil, zireyah berlarian menghampiri kedua temannya yang membawa koper, tiba-tiba ia menyerahkan paper bag tersebut kepada salah satu dari temannya. Tak sampai disitu, ternyata keanehan Zireyah masih berlanjut, Zireyah berlari ke arah toilet sebelah kampus.
Dua orang mahasiswi itu sontak saling tatap dan sama-sama mengangkat bahunya. Tadi Zireyah SMS mendesak keduanya untuk membawa koper kosong, tanpa sebab dan tak memberi alasan apapun. Dengan bodohnya Glezha dan Niana mematuhi saja. Jawabannya ada satu, mungkin karena Zireyah baik.
Di dalam toilet Zireyah mengintip situasi di luar melalui celah celah pintu sengaja tak ia tutup rapat.
"Zirah, Zirah, ngapain sih? Kok Zirah makin aneh? Daritadi Flo bingung tau," tegur Floa merengek.
"Udah ah Flo, ntar lo juga ngerti kok. Sekarang kita tunggu bokap gue. Kalo dia udah pergi, kita baru keluar. Oke," Zireyah menyatukan jemari telunjuknya ke ibu jari, membentuk '0'.
Mata Rafardhan celingukan mengitari halaman depan kampus lantaran ia kehilangan jejak anaknya. Menurut yang Zireyah sampaikan semalam padanya, tempat janjian pertungguan adalah di depan kampus. Namun sampai kini? Hanyalah mobil sang teman dari anaknya yang tersisa.
Rafardhan hendak menghampiri dua orang perempuan yang ia yakini sepertinya juga mahasiswa di universitas ini. Barangkali saja merupakan teman anaknya. Tak sempat Rafardhan hampiri, benda segiempat di dalam saku celana bahan yang ia pakai bergetar, Rafardhan mengambilnya dan langsung membawa ke telinga.
"Sial!" Umpatnya dongkol. Ternyata telepon tersebut dari sekertaris kantor yang meminta segera kehadiran dirinya. Ck bahkan Rafardhan melupakan bila ia ada meeting di pagi hari ini.
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments