Part 1. Flashback |Revisi|

Jemari telunjuk Raynka menyentuh bel yang tertempel di pintu kamar Rafardhan. Pertama Raynka menyentuh bel itu, keadaan masih sama, hening. Kedua kalinya pun tetap sama, gelagatnya tak mendapat sahutan dari dalam. Namun, Raynka masih melakukannya berulang-ulang kali.

Rafardhan yang berada di dalam kamar mandi dibuat kesal karena suara bel yang memenuhi seisi kamarnya.

"Ck, dasar anak itu mengganggu saja," monolognya berdecak kesal. Toh pikirnya siapa lagi yang absen menghampiri dirinya setiap menjelang pagi, jika bukan Raynka.

Hanya memakai boxer yang dibalut handuk setengah badan menutupi tubuh bawahnya. Rafardhan terpaksa harus mengakhiri mandinya untuk menemui Raynka.

Raynka terlalu berantusias memencet bel sampai-sampai menyandarkan kepalanya di pintu. Bahkan Rafardhan tak tahu akan hal itu. Rafardhan langsung menekan knop pintu kamarnya ke bawah, dan kini berpindahlah sandaran kepala Raynka bukan lagi ke pintu melainkan didada bidang Rafardhan yang masih terdapat tetesan air. Refleks tangan Rafardhan melingkar dibahu Raynka.

"Huwaaaaaahhhahh ahhhh," tak sengaja Raynka mengeluarkan suara nyaringnya. Ia langsung menjauh dari Rafardhan, memutar tubuhnya membelakangi Rafardhan, menyembunyikan wajahnya bak kepiting rebus. "P-papa kok nggak bilang sih kalau mau keluar? R-raynka kan jadi nggak sengaja?"

"Yang suruh kamu bersandar di pintu, siapa? Dan kamu kira saya juga tuli?"

"Y-ya, ya maksud Raynka nggak gitu juga....."

"Raynkaaaaaaaaaaaaaaa!" panggil Zireyah berteriak bak menggunakan toa masjid.

Nampaknya Raynka juga bingung. Dirinya seperti gelagapan. "Anu, anu itu kak Zi manggil, Raynka ke sana dulu, ya Pah," pamitnya langsung meluncur ke kamar Zireyah. Raynka'pun mendekati Zireyah yang berdiri di luar pintu kamarnya dengan sepasang tangan yang bersendekap di dada.

"Kenapa, Kak?"

"Kalau nggak ada gunanya buat apa aku manggil kamu ke sini? Bodoh! Cepat sana cariin cardigan aku!" Titahnya tak sabaran.

Raynka mengangguk patuh. Sedikit ia membungkukkan badannya melewati Zireyah untuk masuk ke dalam. Zireyah masih berdiri di ambang pintu menunggu Raynka. Tak lama kemudian Raynka keluar menemui Ziyerah membawa cardingan di tangan kanannya. "Kak Zireyah ini apa, hm?" Ujar Raynka dengan intonasi suara menekan.

Begitu melihatnya, Zireyah merampas benda mati itu dari tangan Raynka. "Ya mana aku tau. Orang kamu yang nyuci, kamu yang melipat, dan kamu juga yang nyusun. Udah sana kamu pergi!"

...🧠🧠🧠...

Flashback on

1 Bulan setelah kepergian Ganica

Rafardhan mengangkat tas ransel yang terisi penuh oleh pakaian-pakaian Raynka, sembari tangan satunya lagi ia gunakan untuk mencengkeram erat pergelangan tangan Raynka, otomatis tubuh itu tergeret dengan gampangnya.

Hingga sampai di ruang tamu Rafardhan menjatuhkan tas ransel itu sekaligus membebaskan tangan Raynka. "Pergi kamu dari rumah saya!" Pintu rumah terbuka dengan sangat lebar.

Raynka berdiri mematung. Ia menundukkan kepala membunyikan wajahnya dari tatapan murka Rafardhan. Tubuhnya yang bergetar hebat disertai air mata tanpa isakan membuat dadanya betul-betul sesak. "Salah Raynka apa Pah? kenapa tiba-tiba Papa usir Raynka?"

Nampaknya pertanyaan Raynka bagaikan angin berlalu untuk Rafardhan. Terbukti Rafardhan tetap pada pendiriannya, "Qaraynka, pintu keluar sudah di hadapan kamu, silahkan kamu angkat kaki dari rumah saya," sejenak Rafardhan memelankan suaranya. "Oh iya hampir saja saya lupa," Rafardhan berjalan beberapa langkah menghampiri meja untuk menyambar koper yang di dalamnya dipenuhi uang.

Rafardhan melempar seluruh uang merah tersebut ke atas hingga kertas-kertas merah itu berhamburan dilantai. "Pungut, dan pergi dari sini!" Katanya lagi tanpa belas kasih.

"Saya pikir 300 juta bisa menundamu sejenak untuk tidak perlu menjadi pengemis jalanan."

Raynka mendekati Rafardhan untuk berpamitan, "makasih ya Pah atas semuanya. Raynka pamit. Rayn akan selalu sayang sama Papa, mama, dan kak Zi, jaga kesehatan ya Pah. Assalamu'alaikum," Raynka memaut tangan kanan Rafardhan, hendak mengecup punggung tangan Rafardhan, Rafardhan langsung menghela tangannya kasar. Melihat akan tanggapan Rafardhan, berlalu Raynka memeluk tubuh Rafardhan, jangankan untuk membalas, malah Rafardhan mendorong Raynka hingga tubuh itu terhuyung ke lantai.

"Kamu sangat lancang!" Umpat Rafardhan tersenyum smirk.

"Bahkan mungkin ini untuk terakhir kalinya, Pah," gumam Raynka pelan namun dapat sampai juga ke telinga Rafardhan.

"Udah deh nggak usah kebanyakan drama! Muak lama-lama saya lihat kamu," sejenak Rafardhan menjeda perkataannya. "Sekali lagi saya tanya baik-baik sama kamu, ingin pergi sendiri atau dengan cara saya? Sudah cukup kamu menghancurkan keluarga saya," sambung Rafardhan bersuara tegas.

"Raynka pamit ya Pah, Assalamu'alaikum," pamit Raynka lagi pada Rafardhan. Agak lama Raynka memandangi wajah Rafardhan yang menatap ke arah lain. Setelah itu Raynka melangkah keluar dari pintu.

"Ohhhh, rupanya kamu bisa hidup tanpa uang saya? Kamu tidak dengar yang saya bilang tadi? Pungut semua uang-uang itu! Setelah itu pergi dari sini!" Lagi-lagi suara sinis Rafardhan yang masuk ke telinga Raynka. Raynka memutar balik badannya. Toh Raynka pikir percuma menentang ucapan Rafardhan yang memang tak bisa ditentang. Ia menuruti titahan Rafardhan. Tubuhnya mulai mencangkung. Bahkan air mata sudah terlanjur membasahi pipinya. Serendah itukah dirinya?

Tidak mencapai semuanya, namun hanya beberapa lembar uang merah yang muat dalam kepalan tangan Raynka.

'Kecil-kecil kamu mata duitan juga yah. Cih sok-sokan nolak, akhirnya masih di embat juga.' Batin Rafardhan menatap sinis.

"Raynka pamit ya Pah, Assalamu'alaikum," Raynka mengulangi ucapannya yang tadi sembari sekilas menunduk sopan. Dirinya benar-benar enyah dari sana. Rafardhan menarik bibirnya tersenyum lebar.

Andai saja istrinya masih ada, mungkin keluarga kecilnya akan tetap harmonis, dengan canda tawa yang menghiasi rumahnya.

Selang waktu beberapa menit telepon rumah bergetar pelan bersamaan dengan bunyinya yang cukup ramai. Rafardhan menjulurkan tangannya untuk mengambil benda genggam tersebut di atas nakas, kemudian membawanya ke telinga.

"……………………………………………" Nampaknya suara itu begitu familiar ditelinga Rafardhan.

Sontak Rafardhan menyahut, "iya, saya Ayahnya. Ada apa dengan anak saya? Dan, oh ya ini dengan siapa?"

"…………………………."

"15 menit lagi saya sampai," Rafardhan kembali meletakkan telepon tersebut ke tempat semula.

Bergegas ia mencari kunci mobil dan menjauh dari rumahnya. Tak perlu diberi tahu, pada akhirnya Rafardhan juga tahu apa tindakan yang harusnya ia lakukan.

Raynka. Entahlah kenapa hanya nama sialan itu yang terbesit dipikirannya. Mungkin benar ia harus mencoba. Tak ada yang tahu bukan? Selama ini juga Rafardhan tak tahu golongan darah Raynka. Bila memang persis seperti anaknya, maka itu adalah sebuah kebetulan bukan keberuntungan.

Tepat sekali. Baru saja mobilnya hendak keluar dari gang. Ternyata yang di pikirkannya ada di depan mata tanpa harus lagi ia cari. Rafardhan turun dari mobil mendekati Raynka yang sedang duduk di bangku pinggir gang.

'Rupanya anak cengeng ini masih menangis. Lemah sekali. Bikin malu aja,' gumamnya.

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Pengghosting novel T_T

Pengghosting novel T_T

akhirnya ada juga novel yang sesuai kiteriaku dari sebagian banyak novel udah pada di baca sama aku hanya ini yang belum good job novelnya👍🤗👍👍

2021-05-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!