"Ikut saya!" Seketika Rafardhan mencengkeram pergelangan tangan Raynka. Ia menyeret Raynka dengan kasar hingga Raynka tenggelam di dalam mobilnya. Bahkan Rafardhan melakukan hal itu tanpa persetujuan dari Raynka.
"K-kita mau ke mana, Pah? Papa nggak jadi usir Raynka kan?"
Hening, itulah respon yang Raynka dapatkan.
"Kok Papa nggak jawab? Papa beneran nggak jadi usir Raynka kan? Raynka janji, Raynka akan berubah menjadi lebih baik lagi, Raynka akan selalu nurut sama Papa, Raynka nggak akan pernah bikin masalah lagi ataupun...." Dengan polosnya bibir kecil Raynka bercerocos begitu ceria.
"Diammmmm!" Serunya. Rafardhan menambah kecepatan laju mobilnya di atas rata-rata. Mobil itu berlaju dengan sangat-sangat kencang. Ia sudah tidak perduli lagi akan resiko yang akan ia tanggung nantinya, sebab menurutnya prioritas utamanya lebih dari segala-galanya, yaitu Zireyah.
"P-pah, j-jangan ngebut-ngebut hiks, Ra-raynka takut hiks, Raynka takut hiks hiks," lirih Raynka terbata-bata. Raynka menangis sejadi-jadinya. Rasanya nyawanya ikut melayang. Akibat guncangan mobil yang terlalu dahsyat menurutnya.
"Berhenti menangis atau saya turunkan kamu di sini?"
Mendengar perkataan Rafardhan yang lebih tepatnya disebut ancaman itu. Raynka memilih menahan tangisnya. Memeluk tubuhnya sendiri seraya memejamkan mata. Menatap kaca mobil saja sudah sangat mengerikan.
...🧠🧠🧠...
"Kamu boleh tinggal di rumah saya lagi jika kamu berkenan."
Raynka yang awalnya terbaring lemah di atas brankas, kini sekonyong-konyong sudah terduduk menampilkan kegembiraan dirinya dibalik wajah pucatnya. "Papa beneran?" Tanya'nya antusias.
"Kalau kamu tidak mau juga tidak masalah," sahut Rafardhan tak acuh.
"Raynka mau kok, Pah. Raynka mau banget malah. Makasih ya Pah karena Papa udah mau terima Raynka lagi," bibir polos Raynka tak pernah berhenti untuk mengucapkan terima kasih dan rasa syukur. Menurutnya ini adalah suatu keberuntungan yang luar biasa.
'Semua karena golongan darahmu yang membantumu untuk menyelamatkan hidup. Kalau tidak juga, jijik sekali saya seatap sama anak licik seperti kamu' batin Rafardhan memutar wajahnya muak.
"Hm, tapi saya punya beberapa syarat untuk kamu penuhi!"
Dahi Raynka mengernyit, "syaratnya apa Pah? Raynka akan penuhi kalau Raynka bisa," jawabnya kembali tersenyum lebar. Hal ini tak sedikit'pun mengurangi kegembiraannya.
"Pertama, kamu harus selalu siap jika sewaktu-waktu saya suruh kamu untuk melakukan seperti tadi," Rafardhan sengaja memberi penutup mata Raynka menggunakan bendana. Dengan demikian Raynka tak tahu-menahu. Mungkin Raynka hanya bisa merasakan sensasinya saja.
Mungkin untuk saat ini benar, Raynka harus mendahulukan kata pikirannya dari pada ucapan mulutnya. Masih ada hari lain untuk ia bertanya, namun jelas kesempatan belum tentu datang dua kali. "Nggak'papa, Raynka mau Pah Raynka mau," tanggapnya lagi tak kalah antusias dari tadi.
"Dan yang kedua, menurut saya ini sangat gampang untuk kamu penuhi," Rafardhan tersenyum menyeringai. Aneh saja rasanya perasaan Raynka sedikit tidak enak. Tapi Raynka masih menunggu Rafardhan melanjutkan ucapannya. Semoga saja. "Berhenti memanggil saya dengan embel-embel menjijikkan itu!"
Perlahan senyuman yang tersungging dibibir Raynka memudar. "Maaf Pah, kalau itu Raynka nggak bisa," tolak Raynka halus.
'Ah sialan. Dasar manusia yang tak tahu berterima kasih. Tapi, well, coba saja aku bujuk lagi. Diakan juga bodoh.'
"Kenapa? Kamu bisa memanggil saya Uncle? Om? Paman? Atau apa terserah kamu....asal jangan panggilan-panggilan layaknya seorang anak kepada ayahnya."
"Maaf Pah untuk syarat yang kali ini Raynka nggak bisa, Raynka lebih baik nggak tinggal lagi di rumah daripada harus memanggil Papa dengan panggilan asing. Raynka sayang sama Papa. Raynka udah anggap Papa kayak Papa Raynka sendiri. Mana mungkin Raynka bisa melakukannya," suara lirih Raynka yang mencoba menerangkan kepada Rafardhan. Meskipun Raynka tahu papanya ini tak akan menerima tanggapannya. Raynka bisa melihat dari rahang Rafardhan yang mengeras.
"Oke tidak masalah. Dan, dengar baik-baik sampai kapan'pun saya tidak akan pernah menganggapmu sebagai anak, apalagi hanya sekedar sayang padamu, cih. Jika kamu tidak keberatan kamu bisa tinggal di rumah saya sebagai.....pembantu misalnya,"
"Makasih, ya Pah," balas Raynka tulus.
Flashback Off
"Semesta, aku yakin kamu baik. Terima kasih telah men-nyatakan takdirku. Izinkan aku menatap indahmu yang telah dibentuk-Nya. Kelak aku juga ingin sepertimu, indah di mata orang yang ku sayangi, meski mustahil untukku terlihat sempurna layaknya engkau."
"Hm," Raynka gelagapan saat mendengar suara dehaman di belakangnya. Sepertinya sedari tadi memang dia tak seorang diri.
"Dari pada kamu melamun tidak jelas. Lebih baik kamu buatkan saya makan malam."
"Yaudah Raynka ke dapur dulu ya, Pah," Raynka berjalan keluar dari balkon kamarnya.
"Ingat, nggak pakai lama!" Sambung Rafardhan lagi.
...🧠🧠🧠...
"Dari hasil pemeriksaan, Mbak Zireyah dinyatakan sembuh total dari penyakit leukimia stadium 3. Selamat ya Mbak, sudah terus berjuang selama beberapa tahun ini. Atas izin Allah Mbak akhirnya berhasil melewatkannya. Oh iya dan ini surat lab-nya, Pak."
Zireyah berdiri termenung di luar rooftop kamar. Tatapan matanya melaju lurus tanpa arah, dan terlihat begitu kosong menatap langit yang kian menghitam. Harusnya kabar tadi siang adalah hal yang begitu bahagia dalam hidupnya karena hanya ucapan singkat itulah yang sejak lama senantiasa ia nantikan. Akan tetapi berbeda lagi setelah ia pulang dari rumah sakit.
"Kapan ya kak Zi sembuh? Raynka tau kok kehadiran Raynka nggak pernah diharapkan. Ya Allah, berilah kesembuhan untuk kak Zi. Larutkanlah segala penyakitnya. Raynka akan mengembalikan apa yang telah hilang lama dari rumah ini, yaitu keharmonisan. Mungkin dengan Raynka pergi semua bisa kembali, meski tak utuh. Maaffin Raynka ya Allah. Karena sejatinya kenyataan tak terduga mustahil kutunda apalagi terhindar, mungkin inilah yang disebut takdirku dari-Mu."
Siang tadi Zireyah tak sengaja mendengar doa Raynka selepas sholatnya. Jauh dari lubuk hatinya, Zireyah tak dapat mendusta bahwa dirinya begitu menyayangi Raynka. Raynka gadis kecil bahkan lebih kecil dari usianya, namun selalu bisa memahaminya. Sikap dewasanya yang membuat Zireyah nyaman bersama Raynka.
Awalnya Zireyah memang membenci Raynka saat pertama kali kehadiran Raynka di rumah. Perasaan was-was nya yang kala itu seakan menutup matanya. Zireyah terlalu khawatir, Zireyah kira Raynka akan menyingkirkan posisinya, merebut paksa kedua orang tuanya, termasuk kasih sayang. Dan pada akhirnya Zireyah-lah yang tersingkirkan. Ternyata kenyataan semua berbeda tak seperti anganannya.
Bila harus dengan bujukan Zireyah tak yakin berhasil. Zireyah kenal baik Raynka. Bila sudah membuat keputusan Raynka tak mungkin dengan gampang membuyarkannya. Walau bukan sekarang, cepat atau lambat Raynka akan tahu mengenai kesembuhannya.
"Sayang. Ngapain malam-malam begini masih berdiri di luar? Angin malam tak baik untuk kesehatan tubuh kamu, Zi, Sudah sini masuk! Tutup pintunya!" Papanya. Sejak kapan papanya masuk ke kamarnya? Zireyah mematuhi titahan Rafardhan. Ia menutup pintu balkon dan masuk ke dalam kamar, duduk di sofa di sebelah Rafardhan.
"Papa kok masuk nggak ketuk pintu dulu sih? Aku'kan kaget," tuturnya cemberut.
"Papa sudah ketuk berkali-kali, Sayang. Kamu aja yang nggak denger. Sudah ah nggak usah ngambek begitu. Malahan Papa punya kabar gembira buat kamu," sahut Rafardhan antusias seraya mengusap sayang kepala Zireyah.
"Papa beneran? Wah apa, Pah?" Sambut Zireyah tak kalah berantusias.
"Zi, sesuai rencana kita dari awal. Sekarang kamu sudah sembuh, Nak. Maka dari itu si gadis pembawa sial sudah tidak dibutuhkan lagi. Dan secepatnya kita harus mengusir gadis itu. Ya Papa hanya takut saja semakin lama dia menetap di rumah kita, kita akan terkena sial lagi. Bagaimana Sayang? Menurutmu kapan kita akan membuangnya?"
Senyuman merekah yang awalnya tersungging di bibir Zireyah seketika memudar. Bahkan Zireyah baru sadar jika ia melupakan rencana licik yang ia dan papanya susun sejak awal. "Hey Sayang, kok kamu malah diam sih?" Tegur Rafardhan bingung. Bukannya jeritan kebahagiaan dari anaknya yang Rafardhan dapat, malah wajah suram yang Rafardhan lihat.
"Pah, kayaknya aku lupa deh bilang ke Papa kalau besok aku mau holiday sama temen-temen kampus, rencananya sih mau muncak. Tapi sebentar kok Pah hanya satu minggu. Jadi gimana kalau kita usir Raynka setelah aku pulang? Ya untuk seminggu ini biarin aja dia tinggal lebih lama lagi di rumah mewah kita sebelum dia tinggal di jalanan. Kan lumayan Pah, setidaknya rumah ada yang bersih-bersih selama nggak ada bik Tea....."
Bersambung.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments