Di kamar, Marina tak henti-hentinya menggerutu dan mengutuk Aljav seraya mengusap bibirnya hingga pucat.
"Dasar pria menyebalkan. Bisa-bisanya dia mencuri ciuman pertama ku. Aku tidak akan pernah memaafkan dirinya. Dasar pria es batu".
"Siapa yang es batu Kak?".
DEG...
Naomi sudah bangun?. Apakah dia mendengar ucapan nya barusan?. Pikir Marina.
"Ah tidak sayang. Tadi aku hanya merasa haus dan pergi ke dapur untuk minum air es". Balas Marina bohong. Wanita itu tampak salah tingkah.
"Begitu rupanya".
"Iya. Ayo tidur".
Naomi pun mengikuti ucapan Marina, dan langsung terlelap kembali ketika kepalanya terkena bantal. Namun, tidak dengan Marina. Wanita itu tak bisa memejamkan mata sama sekali. Bayang-bayang bibirnya menyatu dengan bibir Aljav seolah bermain-main di atas kepalanya. Perasaan wanita tersebut bercampur aduk. Malu, kesal, dan... Entahlah, yang jelas Marina sangat gusar. Dia baru bisa terlelap ketika menjelang subuh.
Sementara di tempat yang berbeda, Aljav juga tak bisa memejamkan mata. Namun, bedanya pria itu tak bisa berhenti tersenyum seolah merasakan kenikmatan yang tiada tara. Entah apa yang membuat hati pria tampan tersebut bahagia, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
**
Matahari sudah mulai terbit dan menyinari bumi yang cerah. Sinar mentari itu masuk ke dalam kamar dan mengena tepat di mata Marina yang masih terlelap. Marina mengerjab kan matanya. Dia menoleh ke sisi kirinya dimana Naomi tidur semalam. Namun, sudah tak mendapati wanita imut tersebut.
Marina turun dari tempat tidur dan menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Puas membasuh wajah, Marina pun bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Ternyata di dapur sudah ada Bi Ester yang merupakan asisten rumah tangga Aljav. Wanita paruh baya yang sudah 35 tahun bekerja di rumah Aljav tersebut tampak asik mengaduk masakannya.
"Selamat pagi Bi". Ucap Marina.
"Pagi juga Non Marina".
"Bibi masak apa pagi ini?". Tanya Marina seraya memperhatikan wanita paruh baya tersebut memasak dengan telaten.
"Bibi masak sop buntut sapi kesukaan Tuan Aljav, bubur sumsum buat Tuan Akemi, dan bubur ayam kampung buat Non Naomi".
Marina berdecak kagum pada wanita paruh baya yang hampir seumuran dengan bundanya itu. Bagaimana tidak, tiga menu makanan di masak dalam waktu bersamaan. Gerakan Bi Ester pun juga sangat lincah seolah telah mahir dalam bidang kuliner.
"Kalau Non Marina mau makan apa?. Nanti Bibi masak". Lanjutnya kemudian.
"Kalau Marina makan apa saja Bi. Sop buntut sapi itu juga boleh".
"Baiklah. Nanti Non Marina bagi dua sama Tuan Aljav".
"Baiklah. Oh iya. Marina bantu bibi aduk bubur ini ya?". Tawar Marina, dan di ikuti anggukan kepala oleh BI Ester. Marina tersenyum bahagia ketika mengerjakan pekerjaan rumah, salah satunya memasak. Bagaimana tidak, Bunda wanita tersebut tak pernah mengizinkan putri semata wayangnya itu menyentuh peralatan dapur, terlebih lagi Ayahnya. Pria paruh baya yang masih tampan meski tak lagi muda tersebut selalu saja memanjakan Marina dengan materi. Namun, anehnya Marina tak pernah menyukai dengan cara didikan kedua orang tuanya. Baginya, hidup sederhana lebih menyenangkan meski bergelimang harta.
"Belajar masak yang bener, jangan sampai hangus". Ucap Aljav yang ternyata sudah berdiri di ambang pintu dan mendengarkan semua percakapan Marina dan Bi Ester.
"Aku juga tahu masak". Jawab Marina dingin.
"Yakin rasanya gak aneh?". Balas Aljav dengan suara datar. Wajahnya yang tampan itu seolah mengejek Marina.
"Gak aneh lah". Balas Marina tak mau kalah. Bi Ester yang mendengar perdebatan dua anak muda itu pun hanya bisa tersenyum seraya menggelengkan kepalanya. BI Ester sangat tahu betul bagaimana hubungan antara Marina dan Aljav. Keduanya tak pernah akur.
"Kalau kamu menikah nanti pasti suamimu akan keracunan memakan semua masakan mu". Cibir Aljav, membuat Marina semakin berang.
"Kalau kamu yang menjadi suamiku, aku akan menyimpan racun dalam masakan ini". Marina sudah mulai emosional, sementara Aljav tampak santai bagai tanpa beban sama sekali. Aljav justru semakin tersenyum mengejek.
"Emang kita akan menikah?".
"Iya. Kita akan menikah dan aku akan meracuni mu pelan-pelan sampai kamu lenyap dari muka bumi ini".
"Kalau aku mati berarti kamu akan jadi janda dong?".
"Biarin. Kalau aku menjadi janda aku akan menikah lagi dengan pria yang lebih baik darimu".
"Tidak ada pria yang lebih baik dariku". Tandas Aljav. Entah mengapa hatinya terasa nyeri ketika mendengar kalimat sederhana Marina. Rasanya seperti... Sakit?.
"Ada".
"Gak ada".
"Ada".
Perdebatan yang cukup panjang dan menguras tenaga serta emosi itu pun tanpa mereka sadari mebuat jarak antar keduanya menjadi lebih dekat. Hanya tersisa sepuluh senti. Bahkan mereka tak menyadari jika Naomi, Akemi, dan Bi Ester terus menyaksikan perdebatan mereka selayaknya sepasang suami istri sedari tadi.
"Nanti aku akan memberitahu kedua orang tua kita untuk menikahkan kalian". Timpal Naomi seraya tersenyum mengejek. Kalimat itu pun sukses membuat Aljav dan Marina menoleh ke arahnya.
"Gak". Jawab Marina dan Aljav secara bersamaan.
"Wah lihatlah Kak Akemi. Bahkan mereka sangat kompak menjawab ucapanku". Akemi tak menjawab ucapan saudara kembarnya tersebut. Dia hanya diam tanpa kata, dan memasang wajah yang sulit untuk di artikan. Akemi memang merupakan pria yang sangat irit bicara. Dia akan berbicara panjang lebar jika hanya bersama kedua orang tuanya.
"Jadi kalian mau terus berdebat atau sarapan?". Tandas Bi Ester. Wanita paruh baya itu tampaknya sudah merasa jengah dengan tingkah konyolnya anak-anak milenial tersebut.
"Akemi mau sarapan Bi". Akhirnya Akemi bersuara juga setelah beberapa lama kemudian. Pria itu berjalan menuju meja makan yang sudah di tata rapi oleh Bi Ester, dan melewati Marina serta Aljav yang seketika diam setelah mendengar suara Akemi. Entah mengapa Marina sangat segan pada Akemi yang lebih muda darinya, ketimbang Aljav yang justru lebih tua lima tahun dari dirinya. Mungkin karena Akemi yang irit bicara, sementara Aljav royal kata. Meski begitu, Akemi bersikap sangat hangat terhadap siapapun termasuk Marina. Sementara Aljav bersikap dingin dan angkuh terhadap orang lain, kecuali terhadap Marina.
Marina akhirnya tak melanjutkan perdebatan tadi, dan duduk di kursi samping Akemi. Aljav dan Naomi pun ikut duduk bersama keduanya, dan memakan sarapannya masing-masing tanpa berbicara satu katapun. Hanya suara sendok yang saling bersahutan menemani khidmatnya sarapan mereka.
**
Setelah sarapan, Marina berangkat ke kantor tempatnya magang. Sementara Naomi berangkat ke kampus. Naomi merupakan mahasiswa kedokteran semester tiga.
"Marina apakah kamu mau berangkat ke kantor Kakak bersama ku?". Tanya Akemi secara tiba-tiba. Kalimat tanya pria berlesung pipi tersebut sukses membuat Marina terkejut. Bagaimana tidak, ini adalah pertama kalinya Akemi menawarkan sesuatu pada wanita tersebut selama mengenal dirinya. Sikap yang sangat jarang di tawarkan oleh seorang Akemi.
"Apa gak merepotkan kamu?. Bukankah perusahaan Aljav berlawanan arah dengan perusahaan mu?". Tanya Marina.
"Tidak apa-apa. Ayo berangkat".
"Baiklah".
Akemi dan Marina pun berjalan beriringan hingga tiba di ambang pintu. Namun, Aljav yang baru saja keluar dari kamar menghentikan langkah mereka.
"Marina akan berangkat bersama ku ke kantor". Tandas Aljav dingin.
Marina dan Akemi pun sama-sama menoleh ke arah Aljav. Keduanya saling memandang, lalu kemudian Akemi memalingkan wajah dan menatap saudaranya tersebut.
"Baiklah". Jawab Akemi datar.
"Tapi aku tidak mau berangkat denganmu ke kantor". Tandas Marina. Wanita itu menolak dengan tegas jika harus berada satu mobil bersama pria yang menurutnya sangat menyebalkan itu.
"Apa kamu mau merepotkan adik ku?. Perusahaan Akemi berlawanan arah dengan perusahaan ku". Balas Aljav dingin.
"Sebaiknya kamu ikut bersama Kakak. Aku berangkat dulu". Akhirnya Akemi mengakhiri percakapan yang sudah pasti akan berubah menjadi perdebatan tersebut. Dia sangat tidak menyukai perdebatan. Itulah sebabnya Akemi selalu menghindar jika tiap kali Aljav dan Marina berdebat.
"Kakak aku berangkat dulu".
"Baiklah. Hati-hati".
Akemi pun pergi meninggalkan Marina dan Saudaranya tersebut. Aljav menarik sudut bibirnya membentuk senyum penuh kemenangan. Sementara Marina tak henti-hentinya menggerutu dalam hati sambil berdecak kesal.
'Dasar pria menyebalkan'.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments