Marina mengikuti langkah Aljav yang cepat. Wanita itu tampak kewalahan untuk mengimbangi langkah pria bertubuh kekar tersebut. Marina sangat takut jika harus tertinggal di belakang, mengingat cahaya lampu yang menyala remang-remang. Lalu kemudian tiba-tiba saja,
Bug...
"Aww".
Marina menabrak tubuh Aljav, karena pria tersebut berhenti secara mendadak.
"Apa kamu tidak punya mata sampai menabrak belakang ku?. Atau jangan-jangan kamu sengaja menabrak ku?. Kamu mau cari kesempatan?". Tanya Aljav secara beruntun. Sementara Marina memutar bola matanya merasa jengah.
"Siapa suruh kamu berhenti mendadak. Jadi jangan salahkan aku". Jawab Marina sarkatis. Wanita itu tak peduli dengan ucapan Aljav yang menurutnya sangat menyebalkan. Marina meninggalkan Aljav begitu saja, dan memasuki kamar Naomi, adik Aljav.
"Dasar body losion". Gerutu Aljav. Akhirnya pria itu berjalan memasuki kamarnya. Sementara Marina telah memasuki kamar Naomi. Wanita itu tampak sudah menghafal betul setiap detail ruangan dalam rumah Aljav. Bagaimana tidak, sejak kecil Marina selalu menghabiskan waktu di rumah yang berlantai empat itu, dan di rumah itulah Aljav selalu mengejek Marina dengan sebutan titisan body losion. Namun, setelah dewasa wanita yang kuliah mengambil jurusan Sastra Asing tersebut sangat jarang mengunjungi rumah Aljav, karena keadaan yang semakin mengurangi waktu wanita tersebut. Terlebih lagi Marina sangat tidak menyukai Aljav yang selalu mengganggunya dengan sebutan titisan body losion.
**
Di kamar, Naomi di kejutkan dengan kedatangan Marina. Wanita beda usia tersebut saling bercengkrama seolah berabad-abad lamanya tak bertemu.
"Kak Rina. Kenapa baru datang lagi di rumah ini?. Apa karena Kak Aljav yang angkuh itu?". Naomi sangat tahu betul bagaimana hubungan keduanya. Tak pernah akur.
"Tidak sayang. Kakak hanya sibuk saja dengan kuliah Kakak. Kan sebentar lagi udah mau selesai". Balas Marina seraya mencubit gemas pipi Naomi.
"Oh iya Kak. Kenapa Kak Rina bisa ada disini?. Kakak mau menginap disini?".
"Iya. Kakak mau menginap disini. Karena Ayah sama Bunda tadi pagi ke Belanda bersama Mama Alea dan Papa Javier. Apa kamu juga tidak tau itu?". Tanya Marina heran.
"Aku tahu nya Mama sama Papa yang berangkat, tapi gak tau kalau ternyata Ayah sama Bunda Kakak juga ikut".
"Oh iya Kak. Ayo ganti baju dulu. Kakak gak bawa baju ganti kan waktu kesini?". Tanya Naomi seraya mengajak Marina untuk mengambil baju dalam lemari.
"Bagaimana Kakak mau bawa pakaian kesini, Kakak kamu yang bawel itu tidak memberiku kesempatan". Gerutu Marina dengan suara yang di buat-buat, membuat Naomi tersenyum.
"Kak Aljav itu emang suka kaya gitu Kak, tapi aslinya baik kok". Balas Naomi seraya memberikan baju piyama polkadot berwarna pink pada Marina.
'Baik apanya?. Yang ada dia pria angkuh yang dingin dan sombong'. Gumam Marina dalam hati.
"Tapi hanya sama Kakak kok, Kak Aljav berbicara banyak. Biasanya juga dia pendiam. Di ajak bicara aja jawabnya satu kata. Pokonya seadanya saja Kak Aljav ngomong".
Kalimat Naomi membuat hati Marina cukup tersentuh. Bagaimana bisa seorang Aljav Alexander Gautam, si pria dingin hanya bereaksi jika itu bersama Marina sang musuh bebuyutan?. Setidaknya itulah yang di pikirkan Marina saat ini.
"Kakak".
"Ha?".
"Kakak melamun?".
"Ah tidak. Aku ganti baju dulu ya?".
"Baiklah".
Marina berjalan menuju kamar mandi dengan perasaan yang aneh. Kalimat Naomi barusan seolah bermain-main di atas kepala wanita tersebut. Ingin rasanya ia percaya ucapan Naomi. Namun, sikap Aljav yang menyebalkan selama ini membuat Marina membuang jauh-jauh pikiran, bahwa pria tersebut sebenarnya berhati baik.
"Apa benar hanya denganku?. Jelas saja hanya denganku, secara kan hanya aku yang bernama Marina. Siapa lagi yang biasa di sebutnya titisan body losion?. Dasar pria menyebalkan". Marina menggerutu sendiri dalam kamar mandi seraya memakai piyama.
Puas menggerutu, Marina akhirnya mencuci wajahnya dan keluar dari kamar mandi tersebut, lalu kemudian duduk di tepi ranjang bersama Naomi.
"Apa Kakak gak pakai krim malam?". Tanya Naomi.
"Kakak gak suka pakai krim siang ataupun malam sayang. Rasanya seperti di baluti mentega". Balas Marina seraya menaikan tubuhnya di atas ranjang.
"Masa sih?. Aku pikir wajah cantik Kakak ini sering di olesi dengan make-up. Ternyata Kak Rina cantik natural". Ucap Naomi seraya mengusap wajah Marina. Ada tatapan kekaguman yang terpancar dari mata coklat wanita berusia 21 tahun tersebut.
"Cantik itu gak harus pakai make-up sayang. Yang penting hati kamu cantik udah cukup. Kadang-kadang kita gak butuh make-up untuk mempercantik diri, tapi dengan kesederhanaan aura kecantikan yang kita miliki akan terpancar dengan sendirinya. Paham?".
Naomi menganggukkan kepalanya pertanda memahami kalimat bijak Marina.
"Ya sudah. Ayo kita tidur. Ini sudah menjelang tengah malam".
"Baiklah.
**
Waktu menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Marina merasa tenggorokannya kering. Ia melirik ke arah nakas guna mencari air minum disana, tapi tak ada. Ia sungguh-sungguh merasa haus. Namun, Marina sangat takut jika harus ke dapur sendirian. Ingin membangunkan Naomi, tapi wanita itu sudah tertidur pulas, ia tak tega jika harus membangunkan wanita imut tersebut. Akhirnya Marina memberanikan diri ke dapur sendirian. Meski takut, tapi ia tidak punya pilihan lain.
Kini Marina telah sampai ke dapur dan membuka kulkas. Ia menuangkan air ke dalam gelas lalu meminumnya. Kemudian tiba-tiba saja ia merasa bulu kuduknya berdiri. Entah mengapa wanita itu merasa jika ada orang yang sedang mengikutinya. Rasa takut mulai membaluti benak wanita cantik tersebut. Marina buru-buru menghabiskan air minumnya, lalu menutup kulkas. Marina berjalan dengan langkah gontai, berharap akan cepat sampai ke kamar. Namun, tiba-tiba saja,
Bug...
CUP.
Marina jatuh ke lantai dan mencium bibir Aljav. Ya, Aljav juga merasa haus. Jadi pria itu ke dapur untuk mengambil air minum. Namun, Aljav melihat ada orang di dapur tersebut, ternyata dia adalah Marina.
"Aaakkkk---".
Marina berteriak histeris ketika menyadari posisinya yang sudah berada di atas tubuh Aljav, dan parahnya lagi, bibir keduanya menyatu seperti prangko.
Marina buru-buru bangun dan mengusap bibirnya seolah merasa jijik. Sementara Aljav hanya tersenyum. Namun, tak di ketahui oleh Marina.
"Mengapa kamu ada disini?". Tanya Marina kesal.
"Karena ini rumahku. Suka-suka aku dong mau berada dimana saja". Balas Aljav angkuh. Pria itu seperti tak memiliki beban sama sekali, paling tidak meminta maaf pada Marina karena sudah mencium bibirnya. Ya... Meskipun tidak di sengaja.
"Tapi kamu sudah mencuri ciuman pertama ku". Marina keceplosan mengatakan rahasia kecilnya. Ya, Marina belum pernah berciuman. Lagi pula, mau berciuman dengan siapa?. Dia kan jomblo sejak lahir. Begitulah Marina menjuluki dirinya sendiri sejak dulu.
Mata Aljav membulat kala mendengar ucapan Marina. Sementara wanita itu menutup mulut dengan menggunakan kedua tangannya. Aljav tersenyum mengejek seraya berkata :
"Jadi kamu belum pernah berciuman?. Wah, mengapa tiba-tiba saja aku merasa jadi pria beruntung ya?". Aljav sengaja menggoda Marina, agar wanita tersebut merasa malu. Dan benar saja, wajah Marina seketika bersemu merah.
"Jadi benar kamu belum pernah berciuman sama sekali?. Haha. Jadi aku adalah pria pertama yang mencium mu?". Entah mengapa Aljav merasa bahagia ketika mengetahui fakta, bahwa dirinya lah yang pertama kali mencium Marina.
"Dasar menyebalkan". Gerutu Marina. Aljav menghentikan tawanya, lalu kemudian berjalan mendekati wanita tersebut.
"Kamu mau apa?". Tanya Marina takut. Ia benar-benar merasa takut pada Aljav. Bagaimana tidak, tatapan mata pria tersebut berubah menjadi tak terbaca. Sementara Aljav terus berjalan ke arahnya hingga belakang Marina terkena tembok dapur dan menghentikan langkah wanita tersebut.
Aljav menatap lekat-lekat wajah cantik Marina. Ada desiran hebat yang bergejolak di dalam sana. Desiran itu seolah meronta ingin membelai wajah cantik nan manis Marina. Aljav lebih mendekatkan wajahnya pada Marina. Namun, wanita itu menutup mata, membuat Aljav tersenyum gemas. Ya, Aljav gemas dengan sikap polos Marina.
"Bukalah matamu dan bernapaslah. Aku tidak akan memakan mu".
Seketika mata Marina terbuka dan ia pun mengembuskan nafas lega. Aljav melipat tangan ke dada seraya melihat Marina dengan tatapan datar.
"Bagaimana rasanya di cium pria tampan seperti ku?".
"Ha?".
Sumpah demi apapun, pertanyaan itu membuat Marina semakin merasa malu yang tak tertahankan. Bagaimana bisa pria itu menanyakan sesuatu yang memalukan?.
"Rasanya gak enak. Awas sana, aku mau tidur". Marina memilih pergi meninggalkan Aljav yang menyebalkan itu dengan perasaan bercampur aduk. Malu, marah, kesal, dan canggung. Sementara Aljav menarik sudut bibirnya membentuk senyum penuh kemenangan.
"Aljav, show time."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Oh Noonim ❤
good 👍
2022-09-27
0