"Kami mau dokter lain!" amuk mamanya Jonathan saat di rumah sakit.
Ilham kaget saat mendapat perlawanan dari keluarga Raisa, mantan mertuanya. Dia ditugaskan menangani Sheila yang sakit perut dan sangat kesakitan. Beberapa suster mencoba menenangkan keluarga pasien tersebut. Tapi mereka kalah dari amukan wanita berusia 65 tahun tersebut.
Tatapan wanita itu penuh marah. Bagaimana tidak dia marah? kalau dokter yang menangani anaknya adalah lelaki yang mencampakkan almarhum putrinya. Jeritan kesakitan Sheila tak mempengaruhinya untuk diam. Pada akhirnya, Ilham mengalah meminta dokter lain menangani Sheila.
Ilham kembali ke ruangannya. Tubuhnya berpeluh keringat karena ketegangan yang dia hadapi. Di raihnya sebuah botol minuman mineral untuk menghapus dahaganya. Tatapannya beralih ke hp nya. Berharap ada telpon yang bisa menenangkan hatinya. Tapi mustahil, karena dirinyalah yang membuat si penelepon menjauhinya.
Semakin lama semakin jauh
semakin rindu
perpaduan hati yang kini entah dimana
Kamu dimana ti
Kenapa menghilang
Tak tahukah kamu kalau aku merindukanmu.
Ilham pergi keluar dari ruangannya. Tapi dia malas memakai mobilnya, lalu meminta salah satu sopir ambulans mengantarkan mobilnya ke rumah.
"Mas, bisa tolong antarkan mobil saya ke rumah?" tanya Ilham pada salah satu sopir di rumah sakit.
"Hmmm ... saya tanya pak Herman dulu. Takutnya nanti ada jemputan mendadak." jawab pak sopir yang bernama Izal tersebut.
Tak lama Izal menekan hp nya menghubungi rekannya. Lama lelaki itu berbicara sepertinya sedikit mendapatkan kendala. Namun, wajah sedikit cerah, karena sudah dapat izin dari rekannya.
"Gimana, mas. bisa?" Ilham memastikan apakah pak Izal bisa membawa mobilnya.
"bisa, dok. Emang dokter mau kemana kok nggak mau bawa mobil?" tanya pak Izal sedikit kepo.
"Saya ada urusan dekat sini. Tinggal jalan kaki, takutnya nanti yang dirumah memerlukan kendaraan, jadi mobilnya saja yang pulang. Saya duluan ya, pak." Ilham pamit dan langsung menyerah kunci mobilnya.
Ilham berjalan terus tanpa tujuan. Sebuah angkot berhenti didepannya. Lama Ilham memberi respon, namun pada akhirnya naik juga.
bayangannya berputar pada sebuah kenangan.
Flashback on
Ilham berdiri didepan kantor Spencer. Tentu saja mau pulang bersama sang kekasih yang bekerja disana.
Siti muncul dengan kemeja kotak-kotak, plus celana jeans-nya. Wajahnya sumringah saat melihat pujaan hatinya berdiri didepan mobil.
Kecupan manis di keningnya serta pelukan dari sang pria pujaan hati. Sedikit membuatnya terbuai.
"Ciyeeeee... pantesan kamu nggak mau diantar pak Anwar. La wong pacarnya ganteng gini? pake mobil pula." ledek Ema teman seprofesi Siti.
Semua orang di kantor tahu kalau pak Anwar mendekati Siti. Di tambah dengan Jonathan yang sering menemui Siti. Bukan rahasia umum kalau dua pria tersebut punya rasa lebih untuk Siti.
Siti cuma tersenyum tipis saat di ganggu teman-temannya. Tangannya tidak lepas dari pinggang Ilham. Ilham menatap kekasih dengan lekat. Tapi yang di tatap masih fokus ke teman-temannya.
"Yuk, katanya mau pulang." ucap Ilham mengajak Siti masuk ke dalam mobil.
"Hmmm ... mau antar aku pulang kan." tebak Siti menatap wajah ilham.
"Iyalah. .. aku rela batalin pasien demi mau jemput kamu."
"Tapi .. Jangan pake mobil kamu."
"Terus kita pulang naik apa?" Ilham masih belum paham maksud Siti.
"Naik angkot. Biar romantis. Gimana?"
Siti melihat raut wajah ilham langsung berubah. Dia tahu Ilham belum terbiasa naik angkutan umum. Tapi Siti pengen mengajarkan pada pacarnya agar melihat dari bawah.
"Mobil aku gimana?"
"Bentar, ya." Siti berlari masuk ke dalam kantor. Tak lama Siti keluar bersama Raka sopir kantor.
"Kak Raka bisa kan antar mobil ini ke alamat ini" Siti menyodorkan kunci mobil dan alamat rumah Ilham yang.
"bisa mbak. terus kalian naik apa?"
"Angkot" ucap Siti dan Ilham berbarengan. Mereka saling pandang dan tersenyum.
Siti dan Ilham berjalan berdua sambil gandengan tangan. Mereka menikmati indahnya langit sore yang mulai berubah menjadi jingga. Siti mengajak Ilham masuk mesjid kecil dalam sebuah gang di dekat kantornya.
"Sebentar lagi azan Maghrib. Kita sholat Maghrib dulu. Kamu sholat kan, ham."
"Iyalah, walaupun bolong-bolong." Ilham menjawab sambil nyengir
"Gimana sih, masa calon imam sholatnya bolong-bolong. Gimana mau membimbing istri dan anaknya nanti."
Ilham cuma bisa nyengir. Dia masih ingat sholat cuma kadang subuh dan isya sering kelewat. Mama Mila sering mengingatkan Ilham agar jangan lupa sholat. Tapi karena kesibukan Ilham sering lupa sholat. Dulu, mama dan papanya sering mengomeli keisya yang bolong sholatnya. Apalagi keisya anak perempuan.
Sampai Ilham pernah berniat kalau cari istri tidak mau seperti keisya yang pembangkang dan tidak pernah sholat dan mengaji. Pada akhirnya bertemu Gita yang sering mengingatkannya untuk sholat. Gita juga sering protes pada Ilham karena sering melalaikan kewajiban shalatnya.
"Kamu tahu, ham. Lelaki idaman itu adalah lelaki yang mau meluangkan waktunya untuk beribadah, mau membimbing wanitanya untuk menuju ke surga Allah. Lelaki idaman itu calon pemimpin keluarga mereka adalah insan yang bakal dihormati dan ditaati para isteri mereka adalah individu yang bakal menunjukkan jalan ke syurga pada keluarganya." ucap Siti pada kekasihnya.
"Berarti aku belum termasuk lelaki idaman."
"Kalau untuk urusan duniawi kamu sempurna, ham. Tapi kalau untuk surgawi kamu masih jauh." jawab Siti tersenyum pada Ilham.
Tak lama azan berkumandang. Semua yang ada di mesjid kecil langsung bersiap untuk menyapa sang khalik. Ilham juga ikut berdiri di barisan saf para pria. Sedangkan Siti menggunakan mukena yang di sediakan mesjid.
Setelah sholat, mereka mencari angkot. Sepertinya jam sekarang angkot mulai sepi lewat, pada akhirnya Ilham memesan grab. Sambil mengomel sama Siti mengingat mobilnya sudah kembali ke rumah.
"Ham, aku lapar." Siti memegang perutnya.
"Ya udah kita ke rumah aku aja. Mama biasanya masak untuk makan malam." ajak Ilham.
"Kapan-kapan aja, ham. Ini udah malam. Ntar mama kamu nggak suka lihat anak perempuan datang ke rumah laki-laki malam-malam." jawab Siti yang sebenarnya dia masih belum berani bertemu keluarga Ilham.
"Udahlah, mama nggak masalah kok. Dulu Gita aja sering kok aku ajak makan malam di rumah. Malah mereka masak bareng." kenang Ilham.
Siti mendengus kesal. Lagi-lagi Ilham membawa nama Gita setiap pembahasannya. Rasanya dia pengen bilang ke Ilham kalau di depannya bukan Gita, tapi Siti.
"Bisa nggak sih! Nggak bawa-bawa Gita dalam setiap pembicaraan kita. Aku ini Siti bukan Gita! Sejak awal kita dekat kamu selalu membandingkan aku dengan dia! Kenapa!" Siti mulai memperlihatkan kekecewaannya.
Sudah satu bulan mereka pacaran. Tapi tetap saja Ilham masih tidak bisa melepaskan bayang-bayang Gita dalam hidupnya. Ilham yang mendengar perkataan Siti cuma bisa terdiam.
Maafkan aku Siti!
Flashback off
...🌹🌹🌹...
Terimakasih sudah mampir ke episode ini. maafkan jika masih banyak kekurangan dalam penulisan ini.
Tetap pantengin kisah ini ya
jangan lupa like
jangan lupa komentar yang positif
jangan lupa rate dan vote nya ya
happy reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Jong Nyuk Tjen
ilham kl msh mw am gita ya jngan pacaran am yg lain , uber lg aja s gita walaupun dia ud nikah . Ga suka am sikap ny s ilham , plinplan
2024-12-02
0
Nana
Ilham klo msh terjebak masa lalu sm Gita. mending jgn menjalin hubungan baru. kasihan ceweknya
2022-07-06
0
~Si imut~🌹🌼🌷🌻🌺
kesal jg klw selalu d bandingin dgn mantan🙄
2022-02-21
0