Sebelum lamaran
Kepalaku tertunduk malu. Bahkan menatap mata Jo saja aku tak bisa. Ada ibu yang tahu seperti apa perasaanku. Aku pun tak ingin mematahkan perasaan ibu. Jadi aku haruslah bagaimana?
"Jadi mau kamu apa, Siti?"
Suara ibu yang lembut mengalihkan perhatianku.
Ibu menanyakan padaku tentang kesiapan ku. Karena dia tahu apa yang kurasakan saat ini.
"Ibu, bang Ed, dan keluarga besar, maaf jika kesannya aku melawan. Tapi bagiku ini terlalu cepat"
Aku mencoba mengatur nafas sedikit sedikit. Aku mencoba merangkai kata agar tidak menyinggung keluarga besarku.
"Kamu itu sudah 28 tahun,Siti. lihat Gita, sebentar lagi sudah mau melahirkan."
ibu selalu saja membandingkanku dengan Gita. walaupun tutur katanya masih lembut dan sabar. Tapi tetap saja terasa menyakitkan bagiku.
Ibu mungkin tidak tahu yang bikin Ilham menjauhi aku adalah Gita. Karena cintanya kepada Gita.
"Bu,masih banyak yang mau aku kejar. Aku ingin kerja, berkarir."
Aku tidak bisa hanya berkata lagi. Mereka masih asyik membahas terkait lamaran Jonathan.
Kudengar Gita mencoba menghubungi Ilham. Tapi keburu ketahuan sama kak Alam. Sedikit kudengar mereka bertengkar, tapi tak lama mereka akur lagi.
Maafkan aku Gita. Hanya karena membelaku kamu sampai bertengkar dengan suamimu.
"Mau sampai kapan, ti. Kamu mau menunggu Lelaki itu. Buktinya sampai sekarang dia tidak muncul. Cepat atau lambat kamu pasti menikah. Sekarang jodoh kamu di depan mata. Ada lelaki yang baik mau menerimamu. Bujangan pula." ucap bang Ed
"Tapi .."
"Sekarang kami mau bertanya, apakah kamu menerima lamaran saudara Jonathan Abraham. Mumpung ada orangnya disini."
Aku masih belum bisa menjawab. Ku lihat wajah Jonathan penuh harap harap cemas. Kasihan juga sih, kalau ku tolak nanti dia kecewa. Tapi kalau ku terima aku yang kecewa.
Ah, kenapa rumit begini sih!
"Akuuu...."
Ya Allah kenapa berat sekali menjawab pertanyaan itu.
"Hmmm, oke aku terima." Ya, aku terima dengan setengah hati.
Maafkan aku Ilham
Maafkan aku yang tak bisa menunggumu.
Aku kembali menunduk. Tak bisa berkata apa-apa. Apakah mungkin ini jodohku? Apa aku bisa menerima semua ini? Apa aku harus menyerah pada perasaanku? Aku harap dia yang di sana berjuang untukku, walaupun tidak mungkin.
"Ibu cuma ingin melihat kamu menikah, punya anak dan bahagia, itu saja. Nggak muluk-muluk, apalagi ibu sudah tua. Mumpung ibu masih punya umur, ibu ingin sekali melihat kamu menikah,ti. Kalau ibu sudah tidak ada, kamu ada yang jaga, ti. Memang ada abangmu, tapi dia juga punya keluarga yang harus dia lindungi."
Mataku langsung tak tertahan lagi. Begitu mendengar penuturan ibu, langsung ku peluk wanita yang sudah melahirkanku. Suasana di rumah yang tadinya tegang berubah jadi suasana haru.
"Edwar, Siti sini dekat ibu." panggilnya dengan lembut.
Sejak kecil ibu tak pernah marah pada kami. Dia selalu menampakkan sisi kelembutannya. Walaupun bang Ed dulu sempat menolaknya sebagai ibu tiri, tapi ibu tetap menyambutnya dengan kasih sayang.
"Ibu sayang sama kalian." ucapnya sambil mengelus kepala kami satu persatu. Kepala kami yang menyandar di kedua bahunya.
"Kami juga sayang sama ibu." Ucap Edwar yang ternyata ikut menangis.
"Ibu, jangan ngomong seperti itu. Siti walaupun bukan adik kandungku, tapi sudah seperti adikku sendiri. Karena kita satu keluarga, jadi walaupun aku sudah menikah. Ibu dan Siti tetap tanggung jawabku sebagai anak tertua di keluarga ini." ucap bang Ed yang sudah sesenggukan.
Kulihat mata ibu mengarah pada Gita dan Alam. Tubuhnya yang sudah mulai tua berjalan mengarah ke mereka. Seharusnya mereka yang mendekati ibu. Tapi mungkin ibu melihat perut Gita yang sudah membesar. Sudah susah berdiri, maka ibu yang berinisiatif mendekati mereka.
Seperti yang ibu lakukan padaku dan bang Ed tadi. Ibu pun memeluk mereka layaknya seorang ibu kepada anaknya. Sebab sejak kecil kak Alam tumbuh bersama kami, lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah ini.
Begitupun dengan Gita, sejak muncul sebagai warga baru Sukasari. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah ini. Padahal dulu waktu SMA kak Alam judes kalau ketemu Gita. Tapi yang namanya jodoh kita nggak tahu.
Udah ah, lebih baik cerita tentang aku. Kan mereka sudah banyak cerita di novel sebelah.
klik
Malam ini, Aku dan Gita merebahkan tubuh di tempat tidur. Mata kami saling memandang langit. Sejak sampai di Sukasari, Gita memilih tidur denganku daripada sekamar dengan suaminya.
"ti?"
"iya."
"Nggak nyangka, ya. Kamu malah nerima kak Jo." ucapnya tak menatapku.
"hehehe... iya, Gita. Aku juga tidak menyangka kalau om Jo melamarku."
"om Jo itu suka sama kamu sejak ..." Gita menghentikan pembicaraannya.
Kepalanya menunduk, seperti ada beban untuk menjelaskannya padaku
"Sejak Ilham kembali melamarku. Sejak kalian ikut membantu proses menjelang pernikahan aku dan Ilham."
"Tapi sejak itulah munculnya boy kan, Gita. Sejak itulah kamu terombang-ambing karena merasa boy adalah kak Alam.
Ilham apa kabarnya, Gita. Kenapa sampai sekarang dia belum menghubungiku."
"Udah, ah nggak usah bahas hal itu lagi." Gita sepertinya malas membahasnya.
Hey! kita lagi membahas om Jo, bukan Ilham."
Kulihat Gita sepertinya tidak suka aku mengungkit yang terjadi diantara mereka dahulu.
"Besok, om Jo pulang. Katanya menjelang pernikahan dia akan datang lagi bersama keluarganya. Kamu siap kan, ti."
"Insyaallah." jawabku dengan mantap.
Mataku kembali menerawang. Jujur, aku sendiri tidak menyangka bisa menerima lamaran om Jo. Mungkin mulai saat ini aku akan menerima dirinya. Belajar mengenalnya lebih dalam. Semoga aku bisa mencintaimu, om Jo. Sama seperti aku mencintai Ilham.
Pagi ini
Udara pagi yang seharusnya dingin mendadak terik. Matahari sudah menampakkan diri, membuat mereka yang di bumi di baluti hawa panas.
Aku membangunkan ibu hamil yang masih terlelap. Semalam dia bangun karena kepanasan di usia kandungannya yang masuk 6 bulan. Dulu saat kak Dinda hamil dia juga sering mengeluh kepanasan kalau malam hari.
Aku baru ingat om Jo akan berangkat ke Jakarta pagi ini. Ku bangkitkan tubuhku menuju kamar bang Ed. Di sana sudah rame, Semua orang disana berpamitan pada Om Jo.
"Hemmm... nggak nunggu aku sih om." Rengekku manja.
"Anu, ti. Sheila masuk rumah sakit. Makanya aku mesti berangkat pagi ini."
"Emang keburu, ya. Sarolangun sama Jambi jaraknya jauh Lo."
"Insyaallah,ti. Kan kalau ketinggalan pesawat balik kesini lagi. Terus langsung akad aja, ngga usah nunggu bulan depan." ucapnya sambil mencubit pipiku.
Tunggu aku Siti
Aku akan kembali
Kembali membawa cinta
Cinta yang kau hadirkan untukku
Aku akan membuatmu melupakan dia
Dia yang tidak pantas kau nantikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Tanz>.<
kenapa siti gak ikut ya 🤔
2024-05-20
0
Tanz>.<
kayak pernah liat di tv cowok yang di foto, tapi lupa nama nya 😅
2024-05-20
0
Syavininaz
kok nggak ikut ya siti hitung2 tamasya
2022-12-01
0