Kenangan indah yang Dika alami saat usianya masih sangat muda kembali terputar layaknya sebuah film jadul, dan hanya ia yang menonton hal itu di dalam kegelapan tak berujung. Ia tidak dapat memikirkan hal lain di luar kenangannya itu, karena pikirannya hanya diisi oleh kata-kata ‘indah’ dan ‘aku ingin hal itu terulang’.
Perlahan, kata-kata yang ada di dalam pikiran Dika bertambah dan tidak lagi terasa indah.
Aku lelah.
Kenapa aku harus dewasa?
Dunia luar itu kejam.
Kenapa kalian harus meninggalkan aku?
Dan.
Kenapa aku tidak mati saja? Hahaha!
Dika mengingat semua kata-kata itu, ia mengeluarkan kata-kata itu ketika mendengar kedua orang tuanya menjadi korban Dungeon Outbreak dan terbunuh oleh kerumunan monster serigala. Ia hanya bisa menangis saat mendengar kabar itu dan tidak bisa menyalahkan siapa pun karena dulu ia yakin semua terjadi karena takdir sudah menentukan.
Sayangnya, kejamnya dunia membuat Dika tidak lagi menjadi sosok positif seperti saat kedua orang tuanya masih hidup, karena saat ini ia hanya memikirkan cara bertahan hidup atau ditinggalkan oleh dunia.
Film yang Dika tonton terus berlangsung hingga akhirnya berakhir ditutup dengan kematiannya sendiri setelah perjuangan berat melawan King Slime. Sekarang ia hanya dikelilingi oleh kegelapan tak berujung tanpa adanya satu pun objek.
“Jadi benar, apa yang pernah aku alami akan diputar kembali layaknya film setelah aku mati. Tidak kusangka informasi tanpa dasar itu rupanya adalah hal nyata.”
“Tapi bukankah saat orang mati, mereka akan dikirim ke surga maupun neraka?” Dika kembali memandangi sekitarnya. “Lalu kenapa aku justru terjebak di kegelapan ini? Apakah aku begitu sial hingga harus kehilangan kesempatan untuk memasuki surga maupun neraka?”
“Apakah aku tidak dapat bertemu dengan Ayah dan Ibu?”
Banyak pertanyaan yang terbesit di kepala Dika, tapi mau bagaimana pun ia tentunya tidak akan mendapatkan jawaban itu ketika berada di tempat yang tidak ia ketahui. Ia juga terus berbicara pada dirinya sendiri untuk mempertahankan rasionalitasnya, atau ia mungkin akan tertelan oleh kegelapan di sekitarnya. Yang dalam artian lain ia akan menjadi gila.
“Dokter! Bibir pasien ini baru saja bergerak!”
Dika terkejut bukan main ketika mendengar suara nyaring seorang perempuan yang datang entah dari mana. “Siapa di sana!?”
Tidak ada jawaban.
Dika mulai berpikir jika kegelapan yang mengelilinginya perlahan membuatnya gila dan mendengar suara-suara aneh, tapi suara lain kembali terdengar dan membuatnya mulai meragukan pikirannya itu.
“Astaga, bukankah baru dua hari yang lalu aku menyatakan jika pasien ini jatuh dalam koma?”
Mendengar kalimat itu membuat Dika akhirnya sadar dengan apa yang tengah terjadi padanya, ia pernah membaca mengenai hal ini dari internet.
“Mataku!”
Kegelapan yang menyelimuti sekeliling Dika seketika saja digantikan oleh cahaya terang yang menyiksa mata dan memaksanya untuk menutup matanya. Suara yang ia dengar semakin jelas dan ia dapat merasakan sesuatu yang hangat tengah menyelimuti tubuhnya.
Begitu membuka mata, Dika melihat atap putih dan dua orang berpakaian seperti dokter dan suster. “Ini ... rumah ... sakit?” Ia bertanya dengan suara yang sangat pelan.”
“Ya nak, kau benar, kau sedang di rumah sakit.” Dokter yang menangani Dika tidak bisa menahan kebahagiaannya saat pasien yang ia tangani berhasil bertahan hidup.
“Aku ... masih ... hidup.”
Emosi mengalir deras dalam diri Dika, ia tidak tahu apakah ia harus senang karena masih dapat hidup atau sedih karena tidak dapat menemui kedua orang tuanya. Tapi senang maupun sedih, air matanya mengalir deras.
•••
Satu hari berlalu, dan kini Noah sudah merasa jauh lebih baik walaupun dokter mengatakan jika ia masih belum boleh meninggalkan rumah sakit. Setidaknya ia masih harus diberikan pemeriksaan selama beberapa hari ke depan yang paling lambat memakan waktu satu minggu.
Dika tidak terlalu khawatir saat ia keluar dari rumah sakit, sebab biaya pengobatannya sudah ditangani oleh The Chosen Association. Sebuah Asosiasi bertaraf internasional yang menangani The Chosen di seluruh dunia, dengan Amerika sebagai pemimpin dari asosiasi.
Hari ini, Dokter juga mengatakan pada Dika, jika akan ada perwakilan dari The Chosen Association yang akan memberikannya beberapa pertanyaan terkait terjebaknya ia di dalam Dungeon.
Dan tidak lama kemudian, sebuah bel pintu berbunyi dan tiga orang dengan jas hitam masuk ke dalam ruangan Dika sebelum ia memberikan izin.
“Selamat pagi Tuan Dika, senang mendengar Anda ternyata telah bangun dari koma lebih cepat daripada yang seharusnya. Perkenalkan, nama saya Erik Purnama, perwakilan yang dikirim oleh The Chosen Association untuk memeriksa kondisi Anda.”
Seorang pria yang terlihat berusia hampir kepala tiga memberikan salam kepada Dika.
“Ah, ya, selamat pagi.”
“Sepertinya kondisi Anda jauh lebih baik daripada kondisi Anda terakhir kali saat masuk ke rumah sakit.”
“Begitulah, aku sendiri agak terkejut dengan hal ini.”
Dika dan pria bernama Erik Purnama itu berbasa-basi selama beberapa saat sebelum akhirnya perwakilan lain dari The Chosen Association membisikkan sesuatu pada Erik.
“Ah benar juga, Tuan Dika, kami memiliki beberapa pertanyaan yang ingin kami ketahui mengenai peristiwa tidak menyenangkan yang Anda alami belum lama ini. Saya mohon kerja samanya.” Erik kemudian mengeluarkan sebuah buku catatan kecil dan pulpen dari kantungnya.
“Tentu.”
Dika kemudian mulai menceritakan bagaimana ia bisa terjebak di dalam Dungeon, bertahan hidup di dalamnya, melawan Boss Dungeon, dan keluar dari Dungeon hidup-hidup sebagai manusia biasa.
Butuh beberapa waktu bagi Dika untuk menceritakan kisahnya itu pada Erik jika ia tidak menyingkatnya, dan juga ia tidak menceritakan bagian seperti di mana saat ia menangis karena kelaparan dan kesepian setiap beberapa hari.
Lagi pula pria mana yang ingin terlihat cengeng di depan seorang pria yang tidak ia kenal?
“Kurasa itu sudah semuanya. Aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi setelah aku berhasil mengalahkan King Slime.”
“Baiklah, terima kasih atas waktumu Tuan Dika. Dan tolong terima ini sebagai bentuk ucapan selamat dari The Chosen Association atas keluarnya Anda dari Dungeon.” Erik menyerahkan secarik kertas pada Dika.
Dika melihat kertas itu dan menyadari jika kertas di tangannya merupakan sebuah cek yang berisikan angka satu disertai dengan sembilan angka nol di belakangnya. Ia tidak menyangka jika sekeluarnya dari Dungeon, ia akan disambut dengan uang sebanyak satu miliar rupiah.
Salah satu rekan Erik kemudian mengeluarkan sebuah kristal transparan berwarna biru yang sekilas mirip dengan bola yang sering digunakan oleh seorang peramal.
Erik mengambil kristal itu dan mendekatkannya pada Dika. “Lalu Tuan Dika, bisakah Anda menyentuh kristal ini? Saya ingin memastikan sesuatu.”
“Ini, bukankah ini Mana Detector?” Dika mengenali kristal tersebut. “Apakah kau mengira jika aku seorang The Chosen?”
Erik tertawa garing. “Tuan Dika tolong jangan salah paham, saya tidak memiliki maksud buruk sedikit pun. Biar saya menjelaskannya sedikit. Kasus terjebaknya seorang manusia biasa di dalam Dungeon bukanlah hal yang baru, dan 75% dari mereka yang keluar dari Dungeon ternyata berhasil menjadi The Chosen di tengah-tengah perjuangan mereka. Oleh karena itulah kami ingin memastikan apakah Tuan Dika berhasil menjadi The Chosen atau tidak.”
“Hm ... aku mengerti.” Dika lalu tanpa ragu-ragu meletakkan tangannya di atas Mana Detector, tapi setelah beberapa saat tidak terlihat adanya reaksi.
“Ah ... agak disayangkan karena seperti Tuan Dika tidak menjadi salah satu dari sekian banyak The Chosen, saya harap Anda tidak terlalu sedih dengan hasilnya.” Erik tersenyum dan mengembalikan Mana Detector pada rekannya.
“Tidak perlu khawatir, lagi pula aku tidak begitu berharap dengan hasilnya.” Dika tersenyum walaupun ia merasa sedikit kecewa di dalam hatinya.
Setelah itu, Erik dan kedua rekannya pun pamit undur diri karena mereka masih memiliki banyak urusan untuk ditangani, sementara Dika tentu masih harus tinggal di ruangannya.
Begitu pintu ruangannya kembali tertutup, sebuah layar emas seperti hologram muncul tepat di depan Dika dan itu membuatnya terkejut bukan main.
[Algoritme pada Ananda Dika terdeteksi.]
[Memulai scan terhadap Ananda Dika 0%↑.]
[Scan selesai.]
[Memulai instalasi sistem terhadap Ananda Dika 0%↑.]
[Instalasi sistem selesai.]
[Ananda Dika telah terpilih.]
“I-ini ... bukankah ini terlambat?” Rahang Dika hampir saja jatuh ke lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
𝖘𝖑𝖎𝖈𝖊𝖔𝖋𝖆𝖈𝖙𝖗𝖊𝖆𝖑
"dika" thor bukan "noah" wkwk
2022-04-24
1
Lala Devilluke
genre yg saya suka,Sistem
2021-05-10
0
Bang AR
hmm sistem.
2021-05-06
0