AUTHOR POV
Mega Lesmana, seorang gadis berusia tujuh belas tahun yang memiliki kepribadian tertutup. Bisa dibilang introvert.
Mega, merupakan anak dari sepasang pengusaha yang sangat disegani di kota Jakarta ini. Ayahnya bernama Adrian Lesmana dan ibunya bernama Hermelinda Sutyoso.
Ia baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas semalam. Tidak ada yang spesial dalam perayaan kali ini. Masih tetap sama. Hanya di temani para pelayan rumah yang selalu ada untuk Mega.
Pagi ini gerimis telah menyapanya dari balik jendela kamar. Tetesan air hujan yang jatuh terkena atap, membuat sang penghuni kamar di lantai dua itu enggan untuk terbangun.
Ia justru menelusup kembali ke balik selimut tebalnya. Angin yang berhembus dengan kencang di luar, membuat pepohonan mendayu-dayu mengikuti arah angin itu.
KRING ... KRING ... KRING
Suara jam weker di samping tempat tidurnya membuat Mega membelalak seketika.
DUG!
Oh tidak, kepalanya membentur sebuah meja kecil yang ada di sampingnya. Mega meringis kesakitan seraya menutup separuh matanya lalu terbangun dan mendudukkan diri di atas tempat tidur.
Ia melihat ke arah jam weker itu yang telah menunjukkan pukul enam pagi.
Astaga! aku terlambat!
Mega segera turun dari tempat tidurnya dan segera pergi ke kamar mandi. Iapun mandi dengan ekstra cepat, sebab memang waktunya sangat mepet.
Tak butuh waktu lama, dalam waktu lima belas menit ia telah selesai memakai seragamnya. Mega kemudian duduk di kursi depan meja riasnya. Ia mulai mengikat rambut dan juga bedak tabur serta lipbalm.
Mata bulat, hidung mancung, alis tebal, bibir ranum, kulit putih serta pipi yang chubby. Itulah Mega Lesmana.
Mega segera turun keluar dari kamarnya yang kemudian berlari menuruni anak tangga. Ia begitu tampak terburu-buru karena pagi ini akan dilaksanakan upacara.
"Mega! sarapan dulu, Sayang!"
Teriakan sang ibu tidak membuat Mega menghentikan langkahnya. Ia terus berlari keluar rumah kemudian masuk ke dalam mobil yang sedang dipanaskan oleh Madih, sopir pribadinya.
Mega menutup pintunya dengan cukup keras. Deru napasnya pun terdengar sangat tersengal-sengal.
Sejak kapan ibu dirumah? lalu kenapa ayah tidak ada? padahal semalam mereka tidak ikut merayakan ulang tahunku. Menyebalkan!
"Ayo Pak, jalan!" perintah Mega pada Madih yang baru saja duduk di kursi kemudinya itu.
"Iya, Non."
Madih melajukan mobilnya keluar dari rumah mewah itu. Sepanjang jalan Mega menatap ke luar jendela dengan perasaan yang cukup kesal pagi ini.
Ia merasa diabaikan oleh kedua orangtuanya. Diusianya yang telah menginjak tujuh belas tahun ini, membuat dirinya semakin dan semakin ingin di perhatikan oleh Adrian dan juga Hermelinda.
Melihat Mega yang tadi berlari begitu saja tanpa pamit pada Hermelinda. Membuat hati ibunya terenyuh. Ia hanya mengelus dadanya dan memendam segala sedihnya.
Tak lama sang ayah pun baru keluar dari kamarnya dan menghampiri Hermelinda yang tengah berada di ruang makan.
"Mega kemana, Sayang?"
"Sudah berangkat, Yah."
Adrian melihat waktu pada arloji yang melingkar di tangannya.
"Sepertinya dia terlambat."
"Bisa dibilang begitu, Yah."
Adrian hanya menghela napas dalam, ia tahu sorot sendu yang tampak di wajah Hermelinda itu. Adrian pun tidak ingin ikut terbawa suasana. Bagaimana pun sejatinya, ia tidak ingin sengaja mengabaikan anak semata wayangnya itu.
Adrian meraih tangan Hermelinda, dielusnya dengan lembut dan sang istri pun menoleh.
"Kita hanya perlu kuat dan sabar. Jika Tuhan baik, Dia akan senantiasa membuat Mega mengerti perlahan."
Sang istri mengangguk seraya tersenyum.
"Yuk sarapan!"
Keduanya pun menikmati sarapan bersama sebelum akhirnya berangkat ke kantor masing-masing.
📎📎📎📎📎
Tingting Tingting ... suara bel sekolah telah berbunyi. Semua murid di sekolah SMA 1 Pinus telah bersiap untuk berbaris di lapangan. Mulai dari merapikan pakaian, memakai topi, dasi dan juga ikat pinggang.
"Semuanya berbaris! upacara akan segera dimulai. Yang masih berada di kelas, segera menuju ke lapangan sekarang juga!" ucap Gunarto, kepala sekolah SMA ini.
Semua murid langsung berlarian menuju lapangan setelah mendengar suara Gunarto, seorang kepala sekolah yang sangat killer di sekolah ini. Hukumannya tak pernah tanggung-tanggung, dari mengecat tembok sekolah sampai membantu tukang bangunan membawakan adonan coran untuk pembangunan gedung baru.
Upacara pun berlangsung dengan hikmat. Saat upacara hampir selesai, pandangan Mega mulai buram dan ...
BRUK.
Sontak membuat para murid yang berada di sekeliling Mega langsung menoleh. Tatapan tajam dari Gunarto langsung tertuju pada barisan Mega.
Dengan langkah seribu, ia langsung berjalan menghampiri kerumunan di barisan paling belakang itu.
"Minggir! minggir! kalian jangan berkerumun! cepat kembali ke barisan masing-masing!" perintah Gunarto. Para murid pun patuh. Mata Gunarno melihat ke sekitar.
"Sahrul! kamu anggota PMR, kan?" tanya Gunarto pada Sahrul yang saat itu sedang berdiri tak jauh dari tempat Mega pingsan.
"Iya Pak," jawab Sahrul sambil mengangguk cepat.
"Bawakan tandu kemari sekarang juga!" perintah Gunarto. Sahrul pergi dari tempatnya berdiri, iapun menghampiri Bimo, ketua PMR di sekolah ini.
"Bim, bantu gue bawa tandu ya!" pinta Sahrul sambil menarik tangan Bimo.
Tak lama keduanya menghampiri Mega yang telah berada di pinggir lapangan. Sahrul dan Bimo mengangkat Mega ke atas tandu itu dan membawanya ke ruang UKS.
Setibanya di ruang UKS. Perlahan, Mega dibaringkan di atas tempat tidur.
"Sahrul lo di sini ya. Gue mau ke lapangan lagi," pinta Bimo sambil melipat kembali tandunya lalu mengangkatnya.
"Lo bisa bawa tandu sendiri, Bim?"
"Bisa. Terus jangan lupa tuh hidungnya dipakaikan minyak kayu putih!"
"Iya."
Bimo keluar dari ruang UKS. Sedangkan Sahrul menghampiri kotak obat untuk mengambil minyak kayu putih.
Sahrul memperhatikan Mega yang masih terlelap sambil mengoleskan minyak kayu putih pada hidung Mega.
Cantik, gumamnya. Kemudian duduk kembali di sebuah kursi yang tak jauh dari tempat tidur itu.
Cukup lama Mega pingsan, akhirnya ia pun tersadar juga. Mega mengerjapkan matanya lalu menatap ke sekeliling ruangan berwarna putih itu.
Melihat Mega mulai tersadar, Sahrul duduk di kursi yang tak jauh dari tempat tidur itu.
"Dimana aku?" gumam Mega sambil mendudukkan dirinya di atas tempat tidur dengan sebelah tangan yang memegangi kepalanya.
"Kamu di UKS," jawab Sahrul tiba-tiba.
Mega tersentak, sebab sedari tadi ia belum menyadari keberadaan Sahrul di sana.
"Sahrul?"
Sahrul tersenyum lalu bangkit dari kursinya dan menghampiri Mega.
"Lo kenal sama gue?"
Mega mengangguk ragu dan juga malu. Ia memang bukan cewek popular di sekolah ini. Sedangkan Sahrul cukup terkenal karena memiliki wajah tampan mirip oppa-oppa Korea seperti di dalam drama romantis yang sedang booming di sekolah ini.
Hanya saja, karena standar yang Sahrul miliki membuatnya sulit untuk mencintai dengan tulus. Bahkan lebih sering hanya mempermainkan wanita yang terlihat 'cinta mati' padanya.
Baru kali ini aku bisa melihat Sahrul dari jarak yang dekat seperti ini. Ternyata dia ... tampan, bertubuh kekar, dan kharismatik.
Pandangan Mega belum sepenuhnya pulih, Sahrul yang melihat Mega masih terlihat belum cukup membaik mencoba membantunya untuk bersandar pada kepala tepat tidur.
"Kalau masih pusing, lebih baik jangan bangun dulu."
"Aku tidak apa-apa kok, hanya belum sarapan saja. Nanti setelah ini aku akan ke kantin untuk sarapan."
"Jangan! lebih baik lo tunggu di sini. Biar gue yang belikan makanan buat lo. Lagian bahaya kalau lo ke kantin disaat tubuh lo masih lemas begini."
Sahrul baik juga ya. Tidak heran jika banyak siswi di sekolah ini yang selalu meng'elu'-'elu' kan dia.
Mega menghela napas dalam. Ia mengeluarkan ponsel yang ada di saku seragamnya. Baru saja ia menyalakan lapar persegi itu, Sahrul masuk ke dalam UKS.
"Ini bubur sama teh manis hangat buat lo," kata Sahrul sambil menyodorkan semangkuk bubur ayam dan juga segelas teh.
"Terima kasih, Sahrul" ucap Mega seraya tersenyum.
"Sama-sama," Sahrul tersenyum. "Oh iya, kita belum kenalan. Nama lo siapa?"
"Aku, Mega."
"Lo kelas berapa?"
"Kelas sebelas IPA tiga."
"Satu angkatan dong kita," seru Sahrul kemudian mengulurkan tangannya. "Gue, Sahrul Apriansyah dari kelas sebelas IPS satu."
Jantung Mega seolah berdetak lebih cepat, terlebih keduanya mata mereka saling bertemu, dengan rasa gugup ia meraih tangan Sahrul. "Salam kenal." Sahrul pun mengangguk lalu tersenyum.
"Mega ... " Sahrul menarik napasnya dan mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana. "Bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" tanya Sahrul sambil menyodorkan ponselnya. Mega mengernyitkan alisnya dan menatap Sahrul dengan lekat.
Ini tidak salah? Sahrul meminta nomor ponselku? Astaga! mimpi apa aku semalam?
Mega mengangguk pelan lalu mengambil ponsel Sahrul. Kemudian kedua jempolnya mengetik dengan lincah saat menyimpan nomor ponselnya di sana.
"Ini, sudah," ucap Mega sambil memberikan kembali ponsel itu kepada Sahrul.
Gadis yang unik, cantik dan juga menarik.
Sahrul menyunggingkan senyum tipisnya saat Mega memberikan ponselnya kembali.
"Makasih ya," ucap Sahrul.
"Sama-sama," kata Mega kemudian melanjutkan makannya kembali.
Entah sejak kapan Mega menghabiskan makanannya. Padahal saat maag-nya terasa, ia bahkan tidak ingin makan apapun. Tapi saat ini, ia mampu menghabiskannya.
Di lapangan, upacara telah usai. Terdengar suara Gunarto yang meminta para murid langsung membubarkan diri dan kembali ke kelas mereka masing-masing.
Mendengar pengumuman itu, Mega turun dari tempat tidur itu lalu menaruh mangkuk dan gelasnya ke atas tempat tidur. Iapun merapikan seragamnya kembali.
"Lo yakin mau ke kelas sekarang?" tanya Sahrul memastikan. Mega bergumam sambil mengangguk.
"Syukurlah, kalau begitu sini, mangkuk sama gelasnya biar gue yang kembalikan ke kantin. Gue juga sekalian mau kembali ke kelas."
Mega memberikan mangkuk dan gelas yang tadi ia pakai kepada Sahrul.
"Terima kasih sekali lagi, Sahrul."
"Sama-sama." Sahrul tersenyum. "Nanti malam kalau aku telepon diangkat ya," pinta Sahrul membuat wajah Mega memerah.
"Iya," jawab Mega malu-malu, kemudian keduanya keluar dari ruang UKS.
📎📎📎📎📎
Setelah kejadian beberapa waktu lalu, kini Mega dan Sahrul menjadi dekat. Bisa dibilang Sahrul telah membuat Mega menjadi terbawa perasaan akan kedekatannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Rozh
😘😎
2021-08-09
0
👑Natasy👑
ohhh sih mega suka duluan sma sahrul toh cinta pandangan pertama?
2021-05-28
0
Bunga
PDKT ni yeee
2021-05-27
0