Part 1

Masa lalu, ialah masa yang paling menyenangkan, sekaligus dapat mengingatkan kembali kenangan telah terukir indah pada masa itu.

Tetapi terkadang masa lalu ada kala menyenangkan, ada pula yang menyedihkan untuk dikenang maupun di ungkit kembali.

Sepanjang waktu pasti akan bertemu dengan tanggal dan hari yang sama setiap tahunnya, hingga kita kembali mengingat masa itu.

Disitulah masa lalu dimulai.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

4 tahun yang lalu.

Disebuah taman nang asri dengan penuh warna telatnya berada di pondok pesantren Al Qausar, Kami akan bertemu sehabis asar di sana.

Naira dengan semangat menantikan hari ini, dengan antusia hingga Amel sampai geleng - geleng kepala memperhatikan sahabatnya yang satu ini.

Hingga kamar Stella diketuk oleh seseorang dari luar.

Tok ... tok ... tok

Stella sambil memakai kerudung di depan cermin berkata," Masuk saja, tidak dikunci kok."

Muncullah sosok wanita yang menjadi panutannya sekaligus pendukungnya selama ini. Siapa lagi kalau bukan sosok Ummi Aisyah tercinta yang selalu ada disaat dia membutuhkan teman curhat, maka umilah yang banyak mengetahui isi curhatannya.

Ummi menghampiri Stella sambil berkata, "Masyaa Allah cantik banget kamu nak semakin hari semakin dewasa sekarang, mau ke mana dengan pakaian yang rapi begitu ?"

Naira tersenyum simpul seraya berkata, "Hehe ... umi bisa saja, Naira mau bertemu seseorang, Ummi."

"Wah, kok Ummi tidak di kasih tahu ?" tanya Ummi memperhatikan Naira dari pantulan cermin.

"Rahasia, nanti kalo udah selesai Naira akan kasih tahu umi deh, tetapi untuk sekarang kalo tidak sempat cerita sama Ummi" ucap Stella memandang Ummi Aisyah penuh kasih sayang.

"Ya sudah tidak papa ayo, bersiap itu sudah ditunggu Amel di bawah," ucap Ummi Aisyah tersenyum manis melangkah keluar dari kamar.

"Baik Ummi," jawab Naira.

Setelah memperhatikan penampilan Naira langsung ke luar dari kamar dan turun dari tangga, hingga dia sampai di ruang tamu. Disanalah Amel menunggunya seraya menonton televisi bersama Ummi.

"Umi, Naira pergi dulu Assalamualaikum," pamit Naira dan Amel berlalu pergi dari rumah.

"Wa'alaikumsalam," jawab Ummi Aisyah.

Setelah itu mereka langsung pergi menuju ke tempat dijanjikan. Tetapi sebaliknya bersamaan cuaca kurang mendukung pada saat itu.

Amel pun akan teringat sesuatu sembari berkata kepada Naira, "Naira aku mau ke asrama dahulu, soalnya lupa mengambil baju di jemuran, takut hujan turun."

"Ya sudah, kamu ambil baju kamu di jemuran. Setelah itu, kembali dan temani aku saat dia datang ya" ucap Naira dengan tersenyum kepada sahabatnya.

"Apa tidak papa kalau kamu aku tinggal di sini sendirian ?" tanya Amel khawatir kepada Naira.

"Tidak papa kok Mel ayo, cepat nanti hujan turun tenang saja aku nanti bisa berteduh terlebih dahulu," kata Naira meyakinkan Amel.

"Ya sudah, aku pamit dahulu ya Naira kalo lama kamu langsung pulang ke rumah saja Assalamualaikum," pamit Amel berlalu pergi dari sana.

"Wa'alaikumsalam," jawab Naira sembari memandang Amel yang mulai menjauh.

Tak lama kemudian Naira sampai ke tempat yang dijanjikan, yang berada di taman Pondok Pesantren Al - Kausar.

Sembari menunggu dia mulai membuka ponsel miliknya.

Tak lama pesan berbunyi dari poselnya.

*Muhammad.

"Saya akan kesana."

Seraya tersenyum melihat isi pesan yang baru saja di terima, dan kemudian Naira membalas pesan tersebut.

^^^*Me^^^

^^^"Aku tunggu."^^^

Merasa bahagia seakan hatinya ini berbunga - bunga setelah dia mengirimkan pesan tersebut, apalagi bertemu dengannya langsung.

Kemudian dia menunggu dengan membuka handphone lagi. Tetapi, tidak ada pesan yang masuk.

"Mungkin dia ada urusan dahulu yang belum sempat dia kerjakan" batin Naira dengan yakin bahwa dia akan datang tetapi agak telat dari perjanjian sebelumnya sehingga Naira memaklumi hal itu.

Di susulnya hujan yang menghampirinya dengan deras, tetapi dia tetap menunggu di sana, kalau sewaktu-waktu dia akan datang, tetapi dia tidak berada di sana bisa gawat kan jadi dia akan menunggu dengan duduk di taman dengan hujan yang membasahi seluruh taman termasuk seluruh tubuh nya.

Setelah satu jam telah berlalu dia tetap setia untuk menunggu di taman dengan kondisi yang basah kuyup, karena dia yakin bahwa orang itu akan datang menemuinya.

Waktu menunjukkan pukul setengah lima.

Sudah dua jam lebih dia menunggu di sana, tetapi dia tetap setia menunggu, begitu juga hujannya tak kunjung reda pada saat itu.

Sekarang dia masih tetap bertahan di sana dengan kondisi yang berbeda sebelumnya, tetapi dia tetap yakin bahwa dia akan datang.

Dan sampai akhirnya dia melirik jam yang mulai basah karena hujan, menunjukkan pukul 05.59, dengan kondisi tubuhnya yang tidak stabil, tetap bertahan di sana.

Sesaat waktu menunjukkan pukul 06.30.

Dia tetap duduk di sana, dengan kondisi yang sama seperti sebelumnya, sejak hujan masih tak kunjung reda sampai sekarang. Kondisi yang parah dengan baju sudah basah kuyup, hingga saat terakhir, dia menyerah bersamaan kesadaran yang mulai menipis.

"Mengapa kamu melakukan ini," lirihnya pelan seraya memadang kelangit yang menjatuhkan air hujan ke muka bumi.

Hingga saat itu dia akhirnya jatuh pingsan ditaman dengan kondisi yang tidak bisa dikatakan dengan baik, bersamaan dengan lantunan yang azan mulai berkumandang.

Di sisi lain para santriwati melewati taman Pondok Pesantren dengan berbekal payung untuk menuju ke Masjid.

"Aaahh," teriak para santriwati melihat ada sosok tubuh yang tergeletang di bawah guyuran hujan yang deras.

"Tubuh siapa yang tergeletak di sana itu ?" tanya mereka dengan rasa takut bersamaan dengan rasa penasaran.

"Kamu lapor ke tempat Kiai dan Nyai ya, kalau bisa segera," desak santriwati itu kepada temannya.

"Na'am. Ana pergi dahulu," pamit santriwati bergegas untuk ke tempat yang di maksud.

"Dan kamu lapor kepada para pengurus minta tolong sama mereka ya," kata salah satu santriwati kepada teman nya.

"Baik, ana pamit juga," kata salah satu santriwati yang juga pamit dari sana tinggal beberapa orang dari mereka sisanya yang berada di sana.

"Kita dekati dahulu siapa tau dia orang pondok ini," katanya.

Kemudian mereka mendekati ke sosok tubuh yang tergeletak di bawah derasnya hujan, ketika salah satu dari mereka membalikkan tubuh tersebut, mereka kaget dengan kenyataan yang terjadi.

"Neng Naira," ucap santiwati terkejut, mereka langsung mengerobol tubuh Naira.

"Bagaimana ini bisa terjadi pada Neng Naira, Ya Allah," sahut mereka seraya memegang tubuh yang mulai dingin akibat lamanya di bawah hujan.

"Kita mesti bagaimana ?" tanya santriwati memandang kepada yang lainnya.

"Eh itu ada akhi di sana, semoga mereka bisa membantu kita," ucap salah satu dari mereka.

"Akhi tolong kemari sebentar ...," panggil mereka kepada para santri putra yang kebetulan sedang melintas dari sana.

"Afwan Ukhti, ada ap-" terpotong karena desakan mereka.

"Jangan basa basi dahulu, ini keadaan darurat kalian bisa bantu angkat Neng Naira dia tidak sadarkan diri" sahut mereka mulai khawatir.

Salah satu dari santri putra pun menjawab, " Bisa, tetapi kami ambil tandu dahulu tidak akan lama, ayo cepat."

Kemudian mereka datang dengan membawa tandu, setelah itu dibawa ke rumah orang tuanya.

Sehingga dalam perjalanan mereka bertemu dengan Ummi Aisyah, Amel, dan santriwati tadi yang menghampiri mereka.

Ummi Aisyah terkejut dengan apa yang beliau lihat sembari berkata, "Ya Allah, nak mengapa kamu jadi seperti ini, ayo cepat bawa Naira kedalam rumah."

"Naira mengapa kamu tetap keras kepala, sekarang kamu menjadi seperti ini, afwan Ummi kalau Amel tidak bisa menjaga Naira dengan baik," sesal Amel karena tidak bisa menjaga sahabatnya dengan baik.

"Bukan salah kamu nak ini sudah jalan Nya, lebih baik kita fokus kepada kesembuhan Naira ya," ucap Ummi Aisyah sembari tetap tersenyum walaupun berat dan harus tabah menghadapai cobaan ini.

Setelah itu mereka langsung membawa tubuh Naira ke dalam kamar tinggal lah Ummi Aisyah didalam sana untuk bersiap menggantikan baju Naira.

"Terima Kasih banyak atas bantuan dari kalian semua ana mewakili Nyai Aisyah memohon kepada kalian untuk tidak menyebarkan kabar seperti ini," ucap Amel dengan memohon di hadapan santri maupun santriwati yang membantu.

"Na'am Ukhti Amel," jawab santri dan santriwati yang terlibat.

"Ya sudah, kalian bisa pergi dan langsung salat masboq Magrib ya," ucap Amel kepada mereka semua. Sehingga tinggal lah Amel seorang diri, setelah itu dia langsung membantu Ummi Aisyah di kamar Naira.

Tak lama kemudian kiai Ali atau Abi dari Naira datang sehabis Magrib dan membawa Dokter keluarganya ke dalam rumah.

Hingga sampai lah mereka di dalam kamar Naira dan masuk kedalam. Melihat kondisi Naira yang sudah berganti pakaian tetapi masih tak sadarkan diri Dokter langsung memeriksa keadaan Naira.

"Dokter tolong periksa Naira ya dok" ucap Ummi Aisyah yang mencoba menahan air mata kesedihannya sembari awal.

"Baik Ummi, tenang saja saya akan mulai memeriksa Naira" ucap Dokter Ana kepada Ummi Aisyah.

Setelah di periksa.

"Bagaimana kondisi Naira Dokter Ana ?" tanya Abi Fazri

"Kondisi Naira saat ini sangat lemah akibat terlalu lama di bawah guruyan hujan dan tidak sadarkan diri selama beberapa hari jadi, kita bawa ke rumah sakit untuk tindakan lebih lanjut untuk memulihkan daya tahannya" jelas Dokter Ana.

"Jadi, dia harus nginap di rumah sakit selama beberapa hari dok ?" tanya Ali lanjut kepada Dokter Ana.

"Iya Abi, supaya proses untuk mengembalikan kesadaran Naira agar cepat pulih, karena ini demi keselamatan Naira, Abi. Karena jika tidak, dia akan kehilangan denyut nadinya tanpa itu kesadaran Naira akan menurun, hingga bisa berakibat fatal bisa jadi dia akan meninggal," jelas Ana kepada mereka semua.

Ummi Aisyah dan Amel pun terkejut mengetahui hal tersebut. Sehingga hampir saja Ummi Aisyah akan pingsan jika Ali dan Amel tidak membantunya.

"Ya Allah, mengapa mesti seperti ini," lirih Ummi dengan berderai air mata.

"Sabar ya Ummi ini adalah cobaan untuk kita semua," ucap Amel menenangkan Ummi Aisyah di saat kondisi seperti sekarang.

Sedangkan abi diam tanpa sepatah katapun.

"Ya sudah Ummi, abi, dan juga Amel saya pamit dahulu Assalamualaikum" pamit Dokter Ana keluar bersamaan diantar oleh Amel.

Kemudian mereka bersiap-siap membawa Naira ke rumah sakit. Setelah beberapa hari kemudian akhirnya Naira dengan izin Allah, Alhamdulillah dia sadar kembali.

Semua orang bersyukur akan kabar tersebut, sehingga Dokter mengizinkan Naira pulang ke rumah.

Akhirnya Naira sampai di rumahnya, tetapi sekarang dia lebih banyak diam dari pada di hari-hari sebelumnya, dan orang akan berpikir bahwa mungkin dia butuh istirahat yang cukup untuk masa pemulihan.

Tetapi didalam hatinya dia merasa sakit yang tidak pernah dia alami sebelumnya, namun perasaan itu pun tidak bisa dia keluarkan sehingga Naira hanaya bisa berdiam tanpa mengungkapkan semua perasaan di dalam hatinya.

Mengapa ? mengapa kamu tega melakukan hal ini kepadaku. Apa salah ku hingga kau tak pernah sekalipun datang untuk menemuiku apalagi menjengukku, Sekarang kau pergi meninggalkan bekas yang menyakitkan, hingga bekas itu yang akan tumbuh menjadi kebencian. Aku membencimu disisa hidupku.

Selamat membaca, jangan lupa follow akun @kalam.cerita, like, dan bantu penulis dengan vote, sehingga penulis semangat mengembangkan inspirasinya.

Terpopuler

Comments

J.Lux❣️🗝️❄️

J.Lux❣️🗝️❄️

lanjut

2021-04-28

1

.

.

kenapa gak ngabarin lagi klo gak bisa datang 🤔🤔
semangat kk author sehat selalu

2021-04-25

0

Sofia Putry

Sofia Putry

Semangat kak

2021-04-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!