Afsana terbaring lemah di atas tempat tidur miliknya. Suara tangis masih sesekali terdengar. Berat sekali rasanya menerima takdir dengan iklas.
"Tenangkan hatimu, Sayang. Setiap yang bernyawa pasti akan menemui ajalnya. Ikhlaskan ayahmu agar dia tenang di sana." Riki mengelus puncak kepala ponakannya dengan sayang.
"Iya, Mbak! Kita harus bisa mengiklaskan ayah, agar amal ibadahnya diterima oleh Allah SWT."
Flashback
"Nak, mari kita pulang!" ucap ayah saat itu, Afsana menoleh kembali, mungkin saja ada orang di tempat yang dicurigai nya. Tetap sama. Kosong! tidak ada siapapun.
"Ayah, terima kasih untuk hari ini! Aku bahagia sekali, Ayah!" sambil bergelayut manja di lengan ayahnya. Afsana terus saja mengoceh. Sedangkan tangan yang satunya lagi memegang mushaf Al-Qur'an.
"Sama-sama, Nak!" ayah menghentikan langkahnya, membalik badan untuk memeluk erat Afsana. seakan dia tidak akan lagi memeluk putri satu satunya itu.
"Nak, jika nanti, kau menemui masalah, jika nanti hatimu gundah, jika nanti kau tidak memiliki teman, jangan pernah berhenti untuk selalu Mengingat-ingat," ayah menunjuk Al Qur'an yang masih dipegang oleh Afsana. "Dia teman terbaik, tempat curhat terhebat yang akan memberikanmu solusi dalam setiap masalah," ayah memegang dadanya sendiri. Maknanya adalah, setiap kita membaca Alquran akan mendapatkan ketenangan.
Di dalam dunia ini, bukan hanya kebutuhan jasmani kita yang harus dipenuhi, tapi juga kebutuhan rohani agar keduanya seimbang.
Kebutuhan jasmani erat kaitannya dengan kebutuhan fisik. Fisik manusia selalu menginginkan sesuatu dan jika sesuatu itu telah terpenuhi, maka manusia akan menginginkan sesuatu lainnya.
Pada dasarnya, kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Kebutuhan untuk makanan dan minuman lebih mutlak atau penting dari pada kebutuhan terhadap barang-barang yang mewah. Jika kebutuhan jasmani manusia berupa makanan tidak terpenuhi, maka dapat dipastikan manusia akan sulit untuk sekedar bertahan hidup.
Kebutuhan rohani berkaitan dengan kepuasan batin manusia. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak hanya membutuhkan makanan. Manusia melakukan sesuatu hal untuk memenuhi rasa keinginan dan kepuasan batin.
Jika kebutuhan rohani tidak dapat terpenuhi, maka manusia akan mudah terkena depresi dan merasa stress.
Manusia harus menyeimbangkan antara kebutuhan jasmani dan rohaninya. Jika manusia hanya memenuhi kebutuhan jasmani saja, maka hidup akan terasa kosong dan terasa hampa. Sedangkan jika hanya fokus memenuhi kebutuhan rohani, maka manusia tidak akan memiliki waktu untuk memenuhi kebutuhan jasmani."
Senyum manis tersungging di bibir gadis itu, "Dan tahukah, Kau, ayah! Ayah adalah kebutuhan jasmani dan rohani Afsana." Afsana mencium pipi ayahnya. "Karna ayahlah Afsana bisa makan, minum dan memiliki barang barang yang Afsana inginkan. Juga, karena ayah, Afsana merasa bahagia selalu."
"Pandai sekali kau menjerat ayahmu ini dengan kata manismu," menoel hidung putrinya. "Tapi ayah meragukan kata katamu itu, bagaimana jika kau memiliki pasangan hidup nanti." Ayah mengehentikan langkahnya, mereka telah sampai di parkiran tempat motor mereka berada.
"Emmh, aku akan tetap bersama ayah." Jawab Afsana mantap.
"Hei, seorang istri harus ikut dan nurut sama suaminya." Ayahnya memakaikan helm di kepala putrinya. Suasana semakin hening saja.
"Kalau begitu, aku tidak mau menikah saja! Bereskan." Afsana tertawa renyah.
"Aku yang kerepotan kalau, kau tidak menikah. Setiap hari mendengar bawelanmu itu. Setidaknya, jika nanti kamu punya suami kan bisa meringankan beban telinga ayah." ucap Ayah sambil memakai helm untuk dirinya sendiri.
"Baiklah, tuan putri, kita pulang sekarang?" Ayah tersenyum menatap putrinya.
"Let's go home, Ayah! Berangkaaaaaat."
"Memangnya, ayah tukang ojek pengkolan?" ayah tersenyum tipis melihat kelakuan anak semata wayangnya.
"Hampir mirip ayah! Cuma beda tipislah, masih gantengan ayah! Hahaha."
"Iya, ya! Kalau di lihat dari lubang sedotan," ayahnya menimpali.
"Bukan, ayah! Ganteng beneran. Sampai penjual buryam saja tiap hari ngecengin ayah, belum lagi penjual sayur yang tiap hari nanyain ayah. Terus, pemilik laundry yang janda kembang itu...! Tiap hari nyariin ayah." Afsana tertawa terpingkal-pingkal dibonceng ayahnya. Iyalah nanyain, lawong mereka mau nyari pelanggan, dasar Afsana ada-ada saja.
"Bilang saja sekalian ibu-ibu di pasar juga nawarin ayah." ditanggapi gelak tawa dari Afsana.
"Nahhhh, itu yang belum Sana absen, Ayah!" Afsana memang mengidolakan ayahnya ini. Ayahnya adalah paket lengkap sebagai orang tua tunggal, pandai masak, suka kebersihan, dan pandai juga menata putrinya.
Awal pertama ditinggal sang istri,
Rama selalu merawat dan mengasuh Afsana sendirian. Meski awalnya dia kesulitan tetapi lambat laun berubah menjadi kebiasaan.
Rama juga pernah sekali menikah lagi dengan seorang janda, tetapi perempuan yang di nikahinya itu malah memperlakukan Afsana dengan tidak baik. Saat dia pulang didapatinya Afsana dalam keadaan pingsan di kamar mandi. Setelah itu, Rama berjanji tidak akan menikah lagi. Rama menghembuskan nafas kepedihan bila mengingat kejadian itu.
"Ayah, aku mengantuk! Bagaimana kalau kita beli kopi di kedai itu dahulu?" Afsana mendekatkan kepalanya di pundak sang ayah.
"Oke!" Rama memutar motornya memotong jalan, setelah menghidupkan lampu sein. Setelah di rasa aman, Rama pun berbelok.
Mereka berdua telah berada di seberang jalan. Afsana terlebih dahulu masuk ke kedai untuk memesan kopi. Beberapa menit kemudian Rama menyusulnya.
"Nikmat kopinya ya, Ayah!" Afsana berkomentar sambil menyesap kembali kopi dengan mocca cino pilihannya.
"Iya, ini kopi ternikmat yang Ayah minum, lebih terasa nikmat karena ayah menikmatinya bersama putri ayah."
"Kapan-kapan kita minum kopi di sini lagi ya, Ayah!"
"Tidak, ah! Ini pertama dan terakhir kali ayah minum kopi di sini. Bagi ayah itu sudah cukup." Menyesap kopinya dengan nikmat.
"Ayah!" Afsana pura-pura merajuk. Menduga jika ayahnya sedang bercanda mengatakan itu.
Setelah selesai meminum kopi, mereka pun keluar dari kedai. Rama menyebrangi jalan kembali. Bersamaan dengan itu, sebuah motor melintas dengan kecepatan tinggi seolah hendak menghantam mereka berdua.
Sekarang.
"Ayahhhhhh!" Afsana langsung bangkit dari tidurnya. Rindi yang baru datang dari luar, merasa prihatin mendapati kakak angkatnya dalam keadaan yang kacau. Dengan segera, dia mengambilkan air untuk Afsana.
"Mbak pasti mimpi buruk, ya!" Afsana malah menatap nanar sekeliling.
"Sana, apa kamu baik-baik saja!" Riki datang tergopoh-gopoh di saat mendengar suara jeritan ponakannya. Rindi membantu Afsana agar meminum air yang dia sodorkan.
"Afsana kini telah sadar kembali, ayahnya telah pergi meninggalkan dirinya, karna kecelakaan semalam. Dan tadi pagi dia memberikan penghormatan terakhir untuk almarhum. Afsana mengusap wajahnya kasar.
"Apa aku ketiduran tadi?" Rindi hanya mengangguk.
"Afsana menatap nanar foto ayahnya yang dia peluk saat menangis hingga akhirnya dia tertidur.
Ternyata, aku kehilangan dirimu, ayah.
"Jam berapa sekarang?" tanyanya lagi tanpa bersemangat.
**Bersambung.....
Ayok dong dukung author biar semangat gitu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
auliasiamatir
ya Allah .. nyesek bacanya.mm, terasa banget kehilangan ayah , buat yang dekat dan ayahnya pasti nangis, seperti aku saat ini yang lagi nangis bombai..
2021-12-06
1
🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖
Udah dulu ahh bacanya
2021-06-12
0
ARSY ALFAZZA
semangat selalu thor 👍🏻
2021-06-06
1