“ Sial ” sungutku sambil mengeluarkan rokok dari dalam tasku. Kukeluarkan sebatang dan menyulutnya. Rupanya rokokku sudah habis, setumpuk laporan masih banyak yang harus kukerjakan, dan isi kulkasku kosong melompong. Kulihat jam dinding menunjukkan jam 23.56 WIB, perutku lapar dan kepalaku sudah berkunang-kunang. Saldo rekeningku sudah menipis sementara anakku sudah menghubungiku berkali-kali. Daffa, anakku meminta transfer untuk pembayaran biaya kelulusan sekolahnya. Kuhisap rokok terakhirku dalam-dalam, anganku melayang dalam kegelisahan. Tinggal dua bulan lagi Daffa lulus sekolah, dia harus segera melengkapi dokumen-dokumen untuk kuliahnya ke luar negri. Biayanya sekolahnya sih gratis ditanggung oleh sponsor, namun biaya hidup dan segala dokumen harus aku urus sendiri.
Baru saja aku membayarkan les Bahasa Inggris & Jepang untuk Daffa. Untuk Bahasa Inggrisnya saja Daffa aku titipkan pada kerabat ibuku di Kediri. Di Kota Pare ada kampung inggris yang bisa menerima siswa untuk belajar intensif. Selama libur sekolah Daffa menginap disana dan ia menikmati metode belajarnya yang active learning. Untuk Bahasa Jepang aku sarankan yang dekat-dekat saja di area Bandung. Daffa anak yang cerdas dan mandiri, sama sepertiku. Namun bedanya di usia Daffa aku sudah bisa mencari pekerjaan sendiri. Daffa tidak mau memulai, katanya bingung mau ngapain. Oleh karena itu aku mendorongnya untuk mencari beasiswa ke luar negri agar dia mandiri dan bisa mendapatkan penghasilan untuk kebutuhannya tanpa bantuan siapapun.
Untungnya aku diterima kerja di perusahaan Hardja Sukses Grup. Selang satu minggu setelah aku diwawancara, akhirnya aku diterima untuk masuk grup mereka. Mereka setuju dengan permintaan gajiku, kuyakinkan bos nya bahwa aku bisa mencapai target karena aku sudah berpengalaman di bidang ini. Setelah aku diterima, aku dikenalkan dengan Hardian Hardjawinata sang Big Boss di grup ini. Pak Hardian sangat antusias dengan produk RENTZ ini, secepat kilat tim dibentuk dan kami langsung diberi kantor di daerah Dago. Sembari aplikasi dibuat oleh tim IT, aku harus mengejar target untuk mengumpulkan database pemilik property yang akan bergabung di aplikasi RENTZ. Tentunya yang aku prioritaskan adalah property milik Pak Hardian, semua property miliknya aku urutkan paling atas agar mudah dicari oleh pengguna. Pak hardian sangat puas dengan kinerjaku, tak segan-segan ia selalu memujiku di depan staf yang lainnya. Kini tiga bulan telah berlalu, progress RENTZ kian menanjak sedikit demi sedikit.
\\\*\\\*\\\*\\\*\\\*\\\*
Ping!!!
Layar ponselku berkedip, ada sejumlah pesan masuk ke ponselku. Hardian Hardjawinata rupanya. Sejak aku bekerja di RENTZ, Hardian melempar sinyal tak biasa padaku. Lelaki tua ini cukup genit memang, tapi selama posisiku aman kurasa tak masalah buatku.
“ Renata sedang apa, kamu belum tidur Ren?”
Pesan singkat yang tertera di ponselku. Aku malas menjawab pesannya, tapi aku ingat besok aku harus menemaninya meeting.
“ Belum pak, masih mau buat draft meeting untuk besok” jawabku singkat.
“ Istirahat saja Ren, biar besok saja Nanda yang kerjakan, besok kamu tinggal temani saya saya meeting bertemu Pak David di Hotel Sahid “
“ Gak apa-apa pak, sebentar lagi selesai kok”
“ Oke kalau begitu, mau aku pesankan pizza Ren ?”
Nah, rupanya Tuhan mendengar suara jeritan perutku kali ini. Kuiyakan saja tawarannya, toh dia yang menawarkan padaku.
“ Wah serius pak? Tapi kalo gak repot sih pak “
“ Mau pake aplikasi atau aku yang antar ke apartemenmu Ren “
Dih, lelaki tua ini cukup gigih rupanya. Maaf pak cara Anda kurang elegan untuk menemuiku di apartemen hanya dengan iming-iming sekotak pizza. Perutku makin keroncongan, aku harus cari akal bagaimana caranya Pizza itu sampai padaku saat ini juga.
“ Pake aplikasi aja pak gak usah repot-repot, lagian saya udah ngantuk pak. Besok kan harus meeting pagi-pagi sama bapak “
Duh cukup basa-basinya sih, malas aku berurusan dengan lelaki ini. Kalau saja bukan big boss sudah pasti tidak akan aku ladeni.
“ Oke Ren, saya order pizza nya. Good night Renata, see you tomorrow “
Idih, bulu kudukku sampai merinding membaca pesan Pak Hardian. Tipikal lelaki hidung belang tapi takut istri. Gosipnya sih dia sudah beberapa kali mendekati asisten pribadinya. Meskipun ia genit, tapi ia baik pada semua anak buahnya. Pak Hardian mudah percaya pada anak buah yang memang bisa perform dalam bekerja. Kesempatan ini tidak boleh kulewatkan, kapan lagi aku bisa mendapat perkerjaan agar bisa menguliahkan anakku.
Ping!!!
Ada pesan masuk lagi ke dalam ponseku. Ya Tuhan apalagi sih Pak Hardian ini. Kubuka ponselku, ternyata bukan dari Pak Hardian. Pesan ini dari Rayendra Saputra.
“ Ren, belum tidur? “ tanyanya dalam pesan singkat.
“ Belum mas, masih kerjain draft meeting dan laporan untuk besok presentasi” jawabku cepat. Rayendra adalah Direktur sekaligus atasanku langsung. Mas Ray, sapaan kami padanya di kantor.
“ Aku telpon ya Ren?” tanyanya lagi.
Dalam hitungan detik Ray menghubungiku. Rupanya dia memberikan brief untuk besok agar aku bisa menjelaskan produk aplikasi digital untuk penyewaan property milik Pak Hardian. Seharusnya Ray yang menemani Pak Hardian, tapi Ray berhalangan untuk hadir.
Ray seorang pria yang cerdas dan cakap. Kemampuannya di bidang IT berhasil memikat Pak Hardian sehingga Ray menjadi anak emas sang big boss. Harus kuakui kata-kata sakti Ray berhasil memikat setiap investor untuk menggelontorkan dananya di semua perusahaan yang ia rintis. Harus kuakui juga ia seorang yang gigih dan potensial dengan segala kehliannya. Masih muda, sukses dan pesonanya cukup memikat.
“ Ren, kamu belum tidur kan?. Curiga aku ngomong kamu udah ngorok nih “ sahut Ray membuyarkan lamunanku.
“ Masih mas, sorry nih aku sambil nungguin pizza jadi gak konsen haha “
“ Nah gitu dong sambil makan. Besok hati-hati ya sama Pak Hardian, agak genit gimana gitu orangnya. Kalo dia aneh-aneh kamu call aku aja, biar kamu bisa pulang duluan “ sahutnya lagi seraya mengingatkan soal Pak Hardian. Belum tau saja dia, pak Hardian sudah genit sejak pertama aku diterima kerja. Aku iyakan saja semua saran Ray, dia tak harus tau apa yang dilakukan Big boss di belakangnya.
Lelaki itu akhirnya menyudahi pembicaraannya. Dia pria yang hangat dan pembawaannya tenang. Kudengar dia memiliki 2 anak perempuan dan istrinya sedang hamil. Dia sering menceritakan kedua anak perempuannya. Aku lupa siapa namanya, tapi yang jelas dia sangat bangga kalau anak pertamanya bisa main piano dan bisa menggambar. Anak keduanya baru bersekolah di bangku TK, katanya anaknya lucu dan humoris. Aku sering bercerita juga tentang Daffa padanya, bagaimana aku membesarkan Daffa tanpa kontribusi ayah kandungnya. Jatuh bangun kehidupanku, kisah cinta dan pernikahanku juga pernah aku ceritakan padanya. Dia seorang pendengar yang baik kurasa.
Ray pernah bercerita kalau istrinya tidak bekerja, hanya seorang ibu rumah tangga biasa yang mengurus anak-anaknya. Istrinya seorang perempuan yang konservatif terutama dalam hal pengasuhan. Ray menginginkan istrinya sering hangout sebagaimana perempuan yang hidup di era milenial agar wawasannya bertambah. Istrinya cukup nyaman berada di zona nyamannya, yang di pikirannya hanyalah tentang anak-anak namun tidak meng-upgrade dirinya. Selama ini Ray selalu banting tulang untuk membahagiakan istrinya, memberikan ini-itu, mengajak liburan, membeli rumah yang istrinya idam-idamkan.
Enak sekali jadi istrinya. Sementara aku banting tulang sedari Daffa kecil hingga kini. Tidak pernah meminta sedikitpun pada mantan suamiku. Mereka lelaki tak bertanggungjawab dan tidak cukup potensial bagiku.
Tiba-tiba ponselku berdering lagi, rupanya kurir Pizza sudah sampai di lobby. Akhirnya perutku terselamatkan oleh Pak Hardian Hardjawinata malam ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Venny Kayla Tania Razak
🍕🍕🍕
2020-05-10
0
felicia irene
up up upppp 😁
2020-04-05
0
Leandra
Tunggu episode selanjutnya ya kakak 😘
2020-02-24
1