“ Selamat Mas Ray, semoga RENTZ menjadi aplikasi yang berguna bagi kaum urban khususnya di kota Bandung “ ucapan selamat dari staf Pak Hardian dan beberapa kolega sang big boss yang sedang menyalamiku. Satu persatu jajaran direktur dan staf menyalami Pak Hardian dan diriku di sebuah Hall di Hotel milik Pak Hardian. Kini adalah acara ramah tamah sekaligus perkenalan dengan seluruh petinggi di Hardja Sukses Group.
“ Mudah-mudahan aplikasinya cukup membantu kami untuk memasarkan property kami, mengingat pertumbuhan properti saat ini sedang moncer pak “, sahut Pak Ronald yang merupakan dirut sebuah hotel kenamaan di Bandung. Beliau merupakan kolega dari Pak Hardian yang bisnisnya berinvestasi di sejumlah hotel di Bandung.
“ Amin Pak Ronald, visi saya RENTZ ini bisa menjadi jembatan antara penyewa dan pengguna secara langsung tanpa ada calo. Properti yang disewakan juga beragam, mulai dari hotel, vila, kantor, resto, gedung pertemuan, hingga unit apartemen untuk menginap. Jadi pengusaha di Bandung saat ini memasarkan dengan mudah dan cepat pak“ sahutku optimis di depan para petinggi ini.
Ada sebagian dirut yang serius memperhatikan penjelasanku, ada sebagian yang hilir mudik mengambil minum dan kudapan yang tersaji di meja prasmanan, dan sebagian lagi sibuk dengan ponsel masing-masing. Aku tak habis pikir dengan orang-orang ini, mereka ini jajaran direktur tapi ada yang bertingkah bak anak magang saja. Aku berusaha mengacuhkan orang-orang yang tidak antusias dengan penjelasanku tadi.
Kulihat Pak Hardian memperhatikanku sambil melempar senyum optimis. Sesekali ia menarik koleganya untuk memperkenalkannya padaku. dia sangat bangga dengan produk yang aku buat ini, dia optimis bahwa aplikasi yang aku buat bisa mendongkrak usaha properti miliknya.
“ Saya sangat yakin dengan adanya RENTZ pemasaran properti kita akan naik 200%. Ray ini punya target bisa tembus 100 downloader dalam sehari. Bukan begitu kan Ray”, pertanyaan Pak Hardian yang sedikit membuatku gelisah.
Namun aku harus mengiyakan pertanyaan Pak Hardian. Keraguan akan aplikasi yang aku buat akan menjatuhkan karirku. Aku harus optimis dan tidak ada salah kali ini. Aku sudah berjalan sejauh ini, bisa mendapatkan investor tunggal merupakan prestasi di dunia startup. Kesempatan yang kuraih tak boleh disia-siakan. Pak Hardian ini sangat manut akan semua ideku. Beliau orang yang konservatif, memula bisnis digital ini merupakan hal yang baru baginya. Aku heran dengan semua staf dan direktur di grup ini sangat segan pada Pak Hardian. Mulai dari Pak Hardian memasuki ruangan, memimpin rapat, hingga bercengkrama saja semua staf sangat sungkan padanya. Banyak direktur-direktur tipikal “yes man” yang berusaha menjilat pak bos agar kedudukannya aman. Semua yang dikemukakan Pak Hardian mereka ikuti mentah-mentah. Namun tidak bagiku, perusahaan yang akan aku bangun ini adalah suatu produk baru baginya. Justru beliau yang banyak bertanya padaku dan tak banyak menentang semua konsep yang kubuat. Hal inilah yang membuat dirut dari grup lain terlihat kurang menyukaiku karena aku adalah orang baru yang dengan sekejap bisa menjadi orang kepercayaan Pak Hardian.
“ Mas Ray gimana kantor barunya?. Sudah dapat tempat mas?”, tanya Bu Atik yang merupakan salah satu staf keuangan menghampiri diriku. Disampingnya ada Pak Daniel yang sedari tadi melemparkan tatapan sinis padaku.
“ Belum nih bu, masih bingung antara di Jl Braga atau di Jl Dago. Bapak sih menyarankan di Dago saja, soalnya ada ruko punya bapak yang tinggal direnovasi sedikit. Saya tinggal panggil orang desain interior nantinya “ ujarku sambil mengabaikan tatapan sinis Pak Daniel yang berusaha menguping pembicaraan kami namun tiba-tiba ia menyela perkataanku.
“ Ruko yang Dago itu terlalu besar untuk kantor sekelas RENTZ. Ruko itu lebih baik disewakan bisa untuk restoran atau café untuk tempat nongkrong anak muda. Omset nya sudah pasti menjanjikan daripada untuk dijadikan kantor startup yang entah kapan balik modal “ serunya sambil menatapku tajam. Kedua tangannya terlipat di dada menandakan dia orang yang sangat angkuh dan sangat meremehkan kemampuanku. Belum sempat kubalas kata-katanya, lelaki itu sudah keburu beranjak pergi bergabung dengan dirut-dirut lainnya.
Bu Atik melihat gelagat diriku yang nyaris naik darah. Tanganku terkepal dan mukaku terasa panas. Bu Atik mencoba mengalihkan pembicaraan dengan membahas sejumlah property yang bisa aku tempati untuk kantor baruku nanti. Kulihat dirut yang berkumpul bersama Daniel memperhatikan kami. Kurasa mereka membicarakan diriku. Sungguh aneh perusahaan ini, saling sikut dan saling jilat rupanya hal yang biasa agar mereka bisa mempertahankan posisi. Belum lagi cerita tentang berbagai kasus hingga skandal yang terjadi dalam manajemen. Bu Atik memperingatkanku untuk berhati-hati. Di grup ini dinding saja bisa berbicara, jadi gosip internal perusahaan bisa dengan mudah terdengar ke semua divisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
Nurul Kamala
Suka
2020-09-13
0
Venny Kayla Tania Razak
🌸🌸🌸
2020-05-10
0