Setelah pembicaraan penuh emosi itu, kenakalan Indra semakin menjadi-jadi, biasanya dia membolos saat pelajaran tertentu, tapi sekarang ia tidak masuk Sekolah dan menjadi pembangkang terhadap guru, dan alhasil dia lebih sering dimarahi guru.
Dan yang lebih anehnya lagi dia bersikap sok tidak kenal dan acuh terhadap Kirana, sebelumnya Indra sering menyapa Kirana meski dengan keusilannya, ntah itu mengambil tas Kirana ketika mereka berpas-pasan di gerbang sekolah dan dengan ajaibnya tas tersebut akan tersimpan rapi tersangkut di samping mejanya,
mereka juga sering melempar ejekan atau perang mulut memang sudah rutin mereka lakukan setiap hari. Terkadang Indra juga diam-diam membantu ketika Kirana piket dikelas. Tapi semenjak sikapnya berubah, tanpa disadari Kirana seperti kehilangan seorang teman sekaligus sahabat yang selalu ada untuknya.
(Pov Indra)
Aku sangat kesal ketika Kirana mengatakan hal yang sangat menyakiti hatiku, mungkin kalau orang lain yang mengatakan apapun untuk ku, aku tidak akan marah ataupun sakit hati.
Tapi entah kenapa ketika Kirana yang mengatakan sesuatu yang memalukan tentangku, aku merasa malu setengah mati, jadi aku pun memutuskan untuk pura-pura tidak mengenal dan acuh terhadapnya, walaupun mungkin suatu saat aku akan menyesali tindakan dan perbuatan ku ini.
Karena Kirana adalah satu-satunya orang yang aku anggap teman tanpa harus menjaga sikapku didepannya. Mungkin dia berpikir kenakalanku yang sering mengusilinya dan membuatnya kesal hanyalah sikap seorang teman kelas yang nakal, dia tidak tahu bahwa kelakuan ku ini hanya ingin mendapat perhatian darinya, tapi sikap ku malah membuat kami jauh.
Dulu ketika kami masih Sekolah Dasar, aku adalah seorang anak yang sangat susah atau sulit beradaptasi dan bersosialisasi, aku sering menghabisi waktu dengan membaca buku didalam kelas atau dipustaka, karena itu teman sekelas suka membully dan mengejekku sikutu buku, anak mami dan juga si cupu. Pada hari dimana aku mendapat bulliyan teman sekelas ku yang bernama Riko, Kirana lah yang membantuku dan mengulurkan tangannya padaku. Sejak saat itulah aku merasa dia sangat keren dan ingin dekat dengannya.
"Dasar anak mami, kutu buku, kerjaannya cuma dikelas sambil baca buku, gak pernah mau main sama kami" sambil memukul kepalaku dengan buku yang direbut dari tangan ku, sambil menunduk, terlihat beberapa teman yang menertawaiku yang terpojok kesudut ruangan kelas.
"Kenapa kau mengganguku? Indra salah apa sama Riko?" tanyaku dengan tangan gemetaran karena ketakutan, sambil mundur hingga tersudut diruang kelas.
"Waah...dia gemetaran lihat lah teman-teman, penakut kali" kata Riko tersenyum menyeringai, layaknya seorang preman, waktu itu aku sampai berpikir bahwa kelakuannya seperti itu mungkin karena korban sinetron.
"Jangan ganggu Indra Rik, Indra gak ganggu Riko" ucapku lantang lantas mendorong tubuhnya yang gempal, hingga membuat Riko marah dan kembali mendorong tubuh kecilku hingga jatuh terduduk dilantai, seketika nyali ku menciut untuk sekedar menatapnya
"Dasar anak mami, mau main dorong-dorongan, rasain tuh akibatnya, mau buat aku marah" ucapnya yang membuat teman sekelas lain menariknya cepat, agar tidak terjadi apa-apa padaku, saat itulah entah darimana seseorang telah mendorongnya sampai jatuh tersungkur mencium lantai
"Siapa yang berani-beraninya mendorongku?" ucapnya marah dan langsung mengedarkan pandangan mencari orang yang sudah berani membuat masalah dengannya, dan dengan masih meringis kesakitan ia mencoba berdiri dibantu temannnya
"Ran, Rik mending Riko berhenti deh gangguin orang, jauh-jauh dari sini, kenapa sih selalu suka gangguin orang yang lemah?" tanya Kirana menatap Riko tajam, dan sambil mengulurkan tangannya padaku bermaksud menolong, sedangkan Riko menatap tajam kearah ku dan Kirana, tapi Kirana tidak bergeming sama sekali, karena Kirana adalah satu-satunya anak kelas yang tidak takut sama sekali sama Riko
"Ayo bangun, kenapa sih takut sama orang yang gak punya otak sama sekali, beraninya sama yang lemah aja" sambungnya masih sambil membantuku berdiri
"Loh Ran, kenapa malah bantuin si anak cupu anak mami ini sih?"ujar Riko marah
Dengan menghela nafas Ran menatap Riko tajam "Ran peringati ni ya sama teman-teman terutama Riko," Kirana mengedarkan pandangannya sambil menatap satu persatu teman sekelas, " gak boleh ada yang gangguin Indra lagi, kalau masih ada yang gangguin Indra lagi, Ran laporin ke guru" sambungnya lagi yang membuat aku sangat senang setengah mati.
Aku pikir waktu itu aku akan punya teman baik disampingku, tapi ternyata, Kirana hanya sekedar membantuku dihari itu, dan sampai disitu saja tidak ada kesan lebih untuknya, dia kembali bersikap cuek dan acuh terhadap orang lain yang membuat aku bingung kenapa ia mau membantu dan membelaku. Aku bertekat ingin bisa menjadi sahabatnya, aku berjanji takkan pernah meninggalkannya walaupun semua orang meninggalkannya, sama seperti ia yang pertama kali mengulurkan tangannya padaku.
Tapi ternyata, untuk dekat dan menjadi teman Kirana sangatlah sulit, tidak semudah membalikkan telapak tangan, dia sulit didekati, karena itulah untuk mendapat perhatiannya pas naik kelas dua Sekolah Dasar aku berubah menjadi sedikit usil kepadanya, agar bisa mendapat perhatiannya, sikap usil ku sampai kami lulus sekolah dasar dan masuk sekolah menengah pertama.
^^^(Pov End ) ^^^
...****************...
Hampir seminggu Indra mendiami dan bersikap tak peduli sama Kirana, itu sukses membuat Kirana ketar-ketir dan kurang semangat menghadapi harinya, hingga hal tak terduga terjadi padanya, hingga dia menyadari apa artinya sebuah persahabatan.
"Loh kok ibu yang jemput Ran? Ayah mana?" ucapnya sambil naik mobil dijok belakang
"Loh loh ngapain duduk dibelakang,? Pindah sini kedepan, serasa ibu kayak jadi supir aja" ujar Rita dengan bercanda
"Gak ah bu, enakan dibelakang" timpal Kirana enteng tanpa melihat ekspresi kesal Rita
"Ya udah, ibu ngalah, jangan lupa pasang seatbeltnya" perintah Rita, Kirana menanggapi dengan dingin dan acuh, pura-pura tidak mendengar malah memasang handset di telinganya sambil memutar musik dan ia pun seketika lupa memasang seatbeltnya.
Karena hari sedang hujan, Rita cukup berhati-hati membawa mobil, tapi memang musibah tidak bisa dielak, sebuah truk kargo yang memuat barang berat tergelincir karena licinnya jalan dan menabrak bagian belakang mobil mereka yang melaju didepannya, Kirana yang kebetulan duduk dibelakangpun kena imbasnya, karena tidak mengindahkan saran ibunya memakai sabuk pengaman, Kirana pun terluka parah, syukurnya Rita baik-baik saja hanya mendapatkan beberapa luka lecet.
Hari itu Chiko dan Rita menangis cukup lama, melihat keadaan anak semata wayangnya mereka yang mengalami luka cukup parah dan memprihatinkan, wajah sebelah kanannya terluka parah hingga diperban, sum-sum tulang belakangnya cedera begitu juga dengan kaki kanannya yang mengalami keretakan pada tulang-tulangnya hingga ia mengalami kelumpuhan dan perlu penanganan serius.
Kirana mengalami koma hampir dua bulan lamanya, setelah ia sadar ia sangat terpukul melihat keadaannya, hingga ia tidak ingin menemui siapapun yang menjenguknya, akan tetapi teman sekelasnya termasuk Indra dan dua temannya Kirana datang menjenguknya..
Braaak......
Suara pecahan vas bunga terdengar dari ruangan bernuansa putih ini
"Aku tidak mau dijenguk siapa-siapa" teriak Kirana ketika teman sekelasnya datang menjenguknya, walaupun sudah ada pemberitahuan kalau Kirana tidak ingin dijenguk, Dirga tetap datang bersama teman-temannya.
Rita pun mencoba membujuk Kirana agar mau menemui teman-temannya, tapi Kirana menolak, ia malu dan tidak mau bertemu dengan temannya dalam keadaan mengerikan seperti itu. Tapi tiba-tiba beberapa temannya dan dua sahabatnya malah menerobos masuk ruangan dan melihat keadaan Kirana.
Kirana bisa melihat bagaimana tampang teman-temannya itu, ada yang menatap ia pura-pura iba, ada yang melihat ia takut, dan ada juga tatapan yang sulit ia mengerti, ntah itu jijik atau kasihan, berbagai ekspresi mereka perlihatkan kepadanya dan yang membuat Kirana frustasi adalah tatapan dua sahabat baiknya yang sulit diartikan olehnya.
Berbeda dengan ekspresi wajah Indra, ada sebening kristal dipelupuk mata Indra yang sedari tadi berkaca-kaca, yaa.. Indra menangis, diwajahnya tersirat gurat kekhawatiran, kasih sayang, dan kesedihan terpancar jelas diwajahnya, bahkan Indra tidak sedikit pun berpaling menatap wajah dan mata sendu Kirana. Mereka pun memutuskan pulang, Dirga meminta maaf dan menyemangati Kirana, tapi ia sudah terlanjur kecewa melihat teman-temannya.
...****************...
Esoknya Indra kembali datang menjenguk Kirana, sebenarnya Indra dan Dinda salah satu dari tiga sahabatnya yang sering datang ketika Kirana masih koma, tapi kali ini Kirana sudah sadar dan Indra tetap bersabar meski mendapat perlakuan kasar dari Kirana.
"Lu ngapain kesini lagi, gue gak mau dijenguk sama lu, keluar dari sini, pergiii.." Kirana menjerit histeris ketika Indra datang menjenguknya lagi, Indra datang karena ia khawatir dan ingin menemani Kirana dan menghiburnya agar tidak menyerah dalam situasi apapun
"Gue cuma mau nemenin lu aja kok" ujar Indra dengan nada lemah
"Gue gak mau ditemenin sama lu, mending lu pulang sanaa, pergiiiii..." teriak Kirana, ia sangat frustasi dan kembali menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya dari kaki hingga kepala.
"Kayaknya hari ini Kirana masih gak mau dijenguk Ndra, lebih baik bapak sama ibu juga nak Indra pulang dulu, nanti kalau keadaan Ran sudah membaik baru Indra datang lagi ya nak" jelas Rita.
Ia tau betul bahwa Indra lah yang selama ini selalu menjenguk anak gadisnya yang keras kepala itu, ketika Kirana koma Indra dan Dinda sering datang walau sekedar untuk bercerita atau membaca buku disamping ranjang Kirana, tapi Kirana sama sekali tidak mengetahui itu, karena Rita belum menceritakannya.
"Indra gak mau pulang ma, Indra mau disini nemenin Kirana aja" ucapnya dengan suara bergetar dan memelas
"Tapi nak, Kirana untuk saat ini belum bisa diganggu,Kirana masih perlu istirahat dia masih mengalami trauma dan shock berat, lebih baik kita pulang dulu sekarang" jelas Karina mamanya Indra berharap anaknya mengerti
"Ya sudah ma, kita pulang, tapi besok dan besoknya lagi Indra tetap mau jenguk Kirana" tegasnya. Kirana mendengarnya, ia pun menimpali omongan Indra dengan cepat untuk tidak usah lagi menjenguknya besok ataupun besoknya lagi.
Sebenarnya Kirana tau bahwa Indra selalu memaksa orang tuanya tuk mengantarnya menjenguk Kirana, tapi dia hanya tidak ingin bertemu Indra dalam keadaan seperti ini sekarang, karena Kirana tidak ingin dikasihani oleh Indra, dia muak melihat tatapan-tatapan iba kepadanya, saat ini dia tidak butuh itu.
...****************...
... Terima kasih tuk aint tercinta yang mau ngedit cerita ini dulu sebelum di publish......
...your the best👍...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Your name
Entahlah tatapan aku kosong, keadaan serasa hening, pada waktu Kirana mengalami kecelakaan. Nggak kebayang bagaimana Indra..
2021-11-12
2
Aysel
ngikut baca thor 🤗
2021-07-03
0
Selviana
mampir juga di novel aku yaitu Direktur Tampa mencintai anak yatim piatu
2021-06-12
0