Tak terasa hampir setahun Indra bekerja diluar Negeri, disebuah perusahaan pupuk ternama dibagian barat Texas, Amerika Serikat. Indra sangat menginginkan pekerjaan itu konon katanya sesuai dengan basic dia yang tamatan sarjana Sains.
Keluarga maupun Kirana sebagai sahabat pun tidak pernah melarangnya mengejar cita-citanya. Ia ingin menjadi bagian orang-orang yang menemukan cara merawat tanaman agar berbuah lebat dan tahan akan hama tanaman.
Indra sering bercerita pada Kirana sahabatnya tentang cita-cita dan mimpinya yang ingin membangun sebuah perusahaan penyedia pupuk terbesar di Kota mereka, agar ketika perkebunannya membutuhkan pupuk dalam jumlah banyak, dan dia tidak pusing lagi memikirkan cara mendatangkan pupuk dari daerah luar.
Indra juga bersemangat akan menjadikan Kirana sebagai asisten pribadi, tapi Kirana hanya mengangguk saja mendengarkan sambil tersenyum, menyembunyikan kesedihannya.
...****************...
(Flashback on)
"Woy kenapa diam saja ? gimana Ran? Kerenkan mimpi gue?" ujar Indra di suatu sore saat mereka sedang menikmati senja dan semilir angin dipondok belakang rumah Kirana.
"Hmmm biasa aja, keren lagi oppa Seo Joon gue yang udah banyak main drakor" ujar Kirana yang biasa dipanggil Ran, menjulurkan lidahnya. Indra pun bergidik jijik menatap Ran.
"Lu masih aja ngomong oppa oppa Korea, serius pengen gue cuci otak lu biar bersih, banyak virus oppa yang bersarang disitu " tegas Indra memasang muka sok jijik dan membuat Kirana tersenyum
"Ah lu gak bisa diajak kompromi dalam hal peeerdrakoran, gak asik kayak Dinda (Dinda adalah sahabat mereka berdua juga), pake mau cuci otak gue lagi, lu pikir otak gue baju" seru Kirana sambil memijit kepalanya yang tidak pusing sama sekali
"Gue lagi gak ngebahas oppa jeleek lu, tapi lagi ngebahas masalah kerjaan gue, secara gue diterima diperusahaan impian gue dan wow banget loh, apalagi dengan Title gue yang masih bau kencur masih Sarjana Strata satu, terus gue kesini mau dengar pendapat lu sebagai sahabat gue gimana sich?" jelas Indra dengan wajah agak kesal
"Trus lu mau gue jawab apa? Kalau gue bilang gak boleh emang lu mau dengar" Kirana bingung harus bagaimana, disatu sisi Kirana sangat senang Indra mendapatkan pekerjaan yang sangat dia inginkan, bahkan tak lama setelah ia lulus Sarjana.
Namun di lain sisi Kirana tidak munafik, bahwa ia akan sangat kehilangan sahabatnya itu karena notabennya Kirana masih membutuhkan dan tidak rela kalau Indra pergi sejauh itu.
"Hmmmm...gue mau denger yang jujur dari lu" ujar Indra sambil menompang dagunya seakan berpikir berharap ada jawaban lain dari Kirana
"Gue sih maunya lu disini aja, gak ninggalin gue jauh-jauh gitu, ntar kalo gue butuh bantuan lu, lu nya kagak ada" kata-kata Kirana malah membuat Indra tertawa terpingkal-pingkal dan membuat Kirana kesal, ia menatap tajam kearah Indra
"Lu gak mau jauh dari gue..? Gilaa...mimpi apa gue semalam?" mengejek Kirana yang hanya ditanggapi Kirana dengan memanyunkan mulutnya tanda tak suka.
"Bukan gitu nyet, gue cuma gak mau aja kehilangan kacung gue, yang selalu siap antar dan temenin gue kemana aja gue pergi" kilah Kirana dengan kesal dan seketika membuat Indra berhenti tertawa
"Oh jadi gitu , kirain gue lu gak mau jauh dari gue" ucap Indra dengan mimik wajah yang susah Kirana tebak, ia sangat berharap setidaknya Kirana menahannya untuk tidak pergi, tapi tanggapan Kirana yang biasa saja membuat Indra sedikit sedih, tapi dia tetap berusaha tersenyum walau hati terasa sakit.
"Gue gak mau jadi orang yang menghambat keinginan lu, lu kan pengen banget kerja ditempat hebat seperti itu, apalagi lu bekerja keras dalam mendapatkan pekerjaan ini, dan gue cuma mau liat lu menggapai mimpi lu walaupun gue sebenarnya gak rela, tapi orang tua lu gimana? Mama lu kan gak bisa banget jauh dari lu Ndra"
Penjelasan Kirana membuat Indra tersenyum, ada rasa sakit dan hangat yang menjalar didadanya, sakit karena akan meninggalkan Kirana sahabatnya sedari kecil yang paling ia sayangi, dan sekaligus terasa hangat karena Kirana mau jujur sama pendapatnya, akan tetapi sejurus kemudian Indra tersentak kaget dan langsung berdiri panik yang membuat Kirana bingung.
"Asseeeem, gue lupa Ran, gue ada janji sama mama mau antarin ketempat sodara yang lagi hajatan, aduuh mampuuus, kena omel ini pastii, gue pulang dulu ya nanti kita bahas lagi"
Indra pun berlari sambil melambaikan tangannya kearah Kirana, Kirana hanya menggelengkan kepala dan tersenyum melihat tingkah sahabatnya yang masih saja pelupa.
^^^(Flashback End)^^^
Sepintas kenangan masa lalu berkelebat dan bermain dipikiran Kirana, entah kenapa akhir-akhir ini perasaannya tidak enak, dan selalu memikirkan Indra.
Ia pun beranjak dari tempat tidur sekedar mengisi tenaganya dengan air putih dan diruang tengah ia dapati ibu dan ayahnya sedang bercengkrama menonton sinetron kesayangan mereka yang lagi tayang di TV kabel. Kirana bisa mendengar mereka tertawa sambil sesekali berkomentar tentang adegan apa yang terjadi dilayar kaca tersebut.
Kirana pun berjalan menuju kedapur dan mengambil sesuatu yang bisa menghilangkan rasa dahaganya. Rita, ibunya Kirana yang menyadari kehadiran anak semata wayangnya itu pun menghampiri Kirana didapur.
"Ran, anak ibu lagi ngapain? Loh kok wajahnya pucet gini? kamu sakit?" tanya Rita dengan cemas sambil memegang kening Ran memeriksa suhu badannya, Rita pun mengajak Ran duduk diruang tengah bersama ayahnya.
"Gak apa-apa bu, mungkin terlalu lelah dan banyak pikiran aja, akhir-akhir ini banyak kerjaan dikantor, tanya ayah aja kalo ibu gak percaya" ujar Kirana disertai anggukan Chiko ayahnya.
"Loh yah, kenapa Ran banyak kali ayah kasih kerjaaan? Perusahaan sendiri kok anak kerja paksa" ujar Rita medikte Chiko suaminya tersebut
"Ya gak gitu juga bu, memang sekarang ini lagi banyak kerjaan dikantor, kan lagi ada proyek pembangunan Komplek Perumahan, jadi Kirana ayah tugaskan sebagai penanggung jawab atas proyek tersebut" Chiko memberi alasan logis kepada sang istri untuk membela diri,
memang dalam proyek tersebut Chiko mengikut sertakan Kirana yang belum berpengalaman dan masih pemula, ayahnya beralasan biar Kirana bisa belajar sedikit demi sedikit agar anak gadis semata wayangnya itu nanti bisa sepenuhnya memegang perusahaannya yang tidak terlalu besar itu, ini saja dia memaksa Kirana bekerja walau Kirana harus membagi waktu sambil melanjutkan kuliah Magisternya
"Iya bu, gak usah khawatirin Ran, Ran Insya Allah baik-baik aja" ucap Ran seraya ingin beranjak masuk kamar tapi ibunya masih keukeuh menanyakan ada apa gerangan dengannya, Ran tau ibunya khawatir dengan keadaanya yang akhir-akhir ini kurang semangat.
"Kalo bukan masalah kerjaan terus kenapa anak ibu kurang semangat sampai banyak pikiran begini? Gak boleh masuk kamar sebelum cerita sama ibu" ucap Rita dengan penasaran, ada gurat kekhawatiran tersirat diwajahnya
Sambil menghela nafas berat Ran pun menceritakan perihal kekhawatirannya terhadap kondisi Indra yang tidak bisa dihubungi sama sekali, Chiko sebagai ayahnya menyuruh Kirana agar tidak terlalu khawatir mengingat selama ini Indra baik-baik saja, kalau saja ada yang salah dengannya orang yang pertama tau pasti Kirana dan keluarganya.
Setelah menceritakan apa yang ada dikepalanya Kirana akhirnya lega, walaupun ia ragu apa Indra benar baik baik saja, Rita juga menyarankan Kirana tuk terus menghubungi Indra.
Kirana pun meminta izin kekamar ia merebahkan diri dikasur bertujuan untuk tidur, akan tetapi matanya sulit terpejam, ia raih handphone yang berada diatas nakas disamping ranjang dan mulai mencari nama Indra dikolom kontak,
ketika ia menghubungi Indra hasilnya nihil, dalam hati Kirana berusaha menguatkan dirinya dengan berpikiran positif, mungkin Indra lagi bekerja mengingat perbedaan waktu antara Indonesia dan Texas sangatlah jauh, yaitu 12 jam yang artinya jikalau di Indonesia jam menunjukkan jam 9 malam, di Texas juga jam 9 akan tetapi di waktu pagi hari, karena Indra tidak merespon panggilan telpon Kirana, iapun memutuskan untuk beranjak menuju peraduan.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Putri Minwa
semoga mimpi masa kecil akan terwujud di masa depan ya
2023-10-16
2
Your name
Masa kecil yang susah untuk di lupakan, apalagi keduanya memiliki mimpi yang tinggi.
2021-11-11
5
Asri Faris
Lanjut lah
2021-09-27
2