Marketing Eksekutif

Drrrt ... Drrrt ... Drrrt ...

Suara ponsel Jonathan berbunyi, dia lalu menghentikan langkahnya yang akan memasuki lobby gedung itu.

"Halo, Bang Jo!" ternyata Ratna yang menelepon.

"Iya Ratna, nih Abang baru mau interview, doain Abang ya!" kata Jonathan.

"Iya Bang, semoga Bang Jo sukses, di sini aku pasti doain Abang kok," ucap Ratna.

"Trima kasih Ratna, Abang mau masuk dulu ya, takut terlambat, ini Abang mau ketemu langsung sama Ownernya soalnya!" kata Jonathan.

"Iya Bang, sukses ya Bang!" ujar Ratna sambil langsung mematikan ponselnya.

Jonathan kemudian masuk dan langsung menemui resepsionis yang ada di lobby tersebut.

"Selamat pagi Mbak, hari ini saya ada jadwal wawancara dengan Bapak Ricky Gunadi," kata Jonathan.

"Oh, silahkan mengisi buku tamu dulu Mas, nanti langsung naik ke lantai lima ya, sudah ada beberapa orang yang akan wawancara juga!" sahut sang resepsionis sambil menyodorkan sebuah buku tamu ke arah Jonathan.

"Trima kasih Mbak, tapi jangan panggil saya Mas, nama saya Jonathan, di tempat saya tidak biasa di panggil Mas!" ujar Jonathan sambil menulis di buku tamu.

"Lho, terus saya harus panggil siapa? Bapak?" tanya resepsionis sambil tersenyum.

"Jangan Bapak juga, saya belum jadi Bapak-bapak, panggil saja Jo atau Abang!" jawab Jonathan.

"Aduh, unik nih cowok! Iya deh Bang! Saya panggil Abang saja!" kata resepsionis itu sambil terus tertawa geli.

Setelah mengisi buku tamu, Jonathan segera ke atas, ke lantai lima dengan menggunakan lift.

Setelah sampai di lantai lima, ternyata ada beberapa orang yang menanti untuk di interview, Jonathan kemudian duduk untuk ikut mengantri sambil menunggu tiba gilirannya.

"Antrian nomor berapa?" tanya Jonathan pada seorang pria yang duduk di sebelahnya.

"Hari ini ada 10 orang yang akan di interview, aku urutan nomor 5, nanti sehabis dua orang lagi giliran ku!" sahut pria itu.

"Aku Jonathan dari Medan," Jonathan langsung mengulurkan tangannya untuk berkenalan.

"Aku Beni, semoga kita semua bisa keterima ya, perusahaan ini sedang berkembang pesat soalnya!" balas Beni.

"Kau asal dari mana Ben?" tanya Jonathan sok akrab.

"Dari Bandung, tapi baru pindah ke Jakarta juga, sama orang tua, maklum pensiunan pegawai negri!" jawab Beni.

Seseorang keluar dari ruangan, kemudian masuk giliran selanjutnya.

"Nah, setelah ini aku giliran masuk!" kata Beni.

"Berarti aku setelah mu dong, nanti kasih tau ya, materinya apa saja!" ujar Jonathan.

"Siap Bro!!" sahut Beni.

Entah mengapa mereka sekarang terlihat begitu akrab, Jonathan sudah menemukan teman baru. Mereka pun saling bertukar nomor ponsel.

Setelah hampir satu jam menunggu, akhirnya tiba giliran Jonathan untuk masuk ke ruang interview, Beni terlihat baru keluar dari ruangan Pak Ricky dengan wajah cerah.

"Gimana Ben? Sukses?" tanya Jonathan cepat.

"Sukses dong, ayo cepat kau masuk bro! Enak kok Pak Ricky orangnya, dia tidak seseram apa yang ku kira!" sahut Beni sambil mengacungkan jempolnya.

"Oke deh, nanti kita kontakan lagi ya!" seru Jonathan.

"Siap! Aku duluan ya!" Beni langsung bergegas meninggalkan tempat itu.

Ketika Jonathan sudah ada di ruangan Pak Ricky, agak sedikit gugup dia menutup pintu dan melangkah mendekati Ricky yang duduk di kursi kebesarannya dengan wajah yang penuh wibawa.

Seorang laki-laki yang masih nampak gagah dan tampan walaupun terlihat matang dan dewasa sudah ada di hadapan Jonathan.

"Silahkan duduk!" kata Ricky.

"Trima kasih Pak!" jawab Jonathan.

"Siapa namamu?" tanya Pak Ricky sambil menatap tajam ke arah Jonathan.

"Jonathan Pak!"

"Dari mana asal mu?"

"Dari Medan Pak!"

"Bagus! Apa yang mendorongku untuk bekerja di perusahaan ini?" tanya Pak Ricky lagi.

"Saya mau belajar Pak, terutama dalam hal pemasaran suatu produk!" jawab Jonathan.

"Bagus, ini adalah pertanyaan penting yang harus kau tulis jawabannya, ini juga yang akan menentukan statusmu di perusahaan ini!" kata Pak Ricky sambil menyodorkan sebuah kertas kearah Jonathan.

Kemudian Jonathan segera menjawab beberapa pertanyaan penting yang ada dalam kertas itu dengan tulisan tangannya.

Kring ... Kring ... Kring ...

Telepon yang ada di meja kebesaran Pak Ricky berbunyi. Pak Ricky lalu mengangkat teleponnya.

"Halo!"

"Halo Papa! Ponselku rusak Pa! Aku mau membeli ponsel baru tapi uangku kurang!" Terdengar suara Kezia dari seberang telepon.

"Sayang, Papa sedang mewawancara orang! Bisa tidak kau telepon nanti?" tanya Ricky.

"Yah Pa, sebentar lagi aku berangkat kuliah, aku mampir ke tempat Papa ya! Paling 15 menit lah, ATM ku lagi bermasalah Pa, jadi Eku minta uang cash saja ke Papa ya!" Rajuk Kezia.

"Ya, ya, kau kemarilah, tapi jangan ganggu Papa! Papa sibuk!" sahut Ricky.

"Lagian kenapa bukan HRD saja sih yang interview? Papa kurang kerjaan banget!" ujar Kezia.

"Pemimpin yang baik itu harus terjun langsung ke bawah, jadi bisa menentukan kualitas SDM nya, mengerti? Kau harus banyak belajar dari Papa!" jawab Ricky.

"Iya! Iya! Tunggu aku ya Pa!" ujar Kezia yang langsung menutup teleponnya. Ricky nampak menghela nafas panjang.

"Hmm, anak itu, selalu saja!" gumam Ricky.

Setelah beberapa menit menulis, Jonathan langsung menyerahkan kertas itu di hadapan Ricky.

"Sudah selesai Pak!" kata Jonathan.

Ricky mengamati hasil tulisan Jonathan, kemudian dia manggut-manggut.

"Hmm, Jonathan, mulai besok kau sudah bisa mulai bekerja di sini, sebagai Marketing eksekutif!" ucap Ricky. Jonathan terperangah.

"Jadi, saya di terima Pak?" tanya Jonathan senang.

"Ya, kau cukup berkompeten di bidang marketing! Selamat ya!" Ricky berdiri dan langsung menyalami Jonathan.

"Trima kasih Pak!" ucap Jonathan.

"Ya, kau boleh pulang sekarang, aku mau break dulu, sebentar lagi putriku datang!" kata Ricky. Jonathan segera berjalan keluar dari ruangan itu dengan wajah cerah.

"Yess! Akhirnya aku bisa di terima bekerja juga di perusahaan besar!!" Seru Jonathan senang. Beberapa kali dia mengepalkan tangannya sambil terus berjalan turun menuju lobby.

Ketika Jonathan hendak keluar dari lobby menuju ke jalan Raya, dia tak sengaja berpapasan dengan Kezia. Matanya membulat saat melihat Kezia yang baru di lihatnya semalam kini ada di hadapannya. Kezia pun tak kalah terkejut.

"Hei! Kau mau apa di sini? Mau coba bunuh diri lagi dengan melompat dari gedung ini?? Ah, nanti aku akan sial kalau melihatmu , gara-gara kamu aku terpaksa pinjam uang Andri!" Seru Jonathan sambil terus berjalan cepat ke arah jalan raya Tanpa menoleh lagi.

"Hei tunggu!! Memangnya aku hantu sampai kau begitu takut??!" Teriak Kezia, namun Jonathan terus berjalan tanpa perduli teriakan Kezia.

Kezia langsung berjalan cepat menuju resepsionis.

"Mbak Lusi, itu cowok yang tadi, mau ngapain kesini?" tanya Kezia.

"Cowok yang mana Non Kezia? Disini kan banyak cowok!" tanya Resepsionis yang ternyata bernama Lusi.

"Itu tuh!" tunjuk Kezia ke arah Jonathan yang sudah jauh berjalan.

"Oh itu, cowok yang tidak mau di panggil Mas itu, dia kan baru interview dengan Pak Ricky Non!" jawab Lusi.

"Hah? Jadi dia mau melamar di perusahaan Papa??" tanya Kezia balik.

"Iya, nih ada di buku tamu ... kalau gak salah sih namanya Jonathan! Ya, dia maunya di panggil Abang atau nama saja, tidak mau di panggil Mas, lucu kan Non!" jelas Lusi.

Tiba-tiba Kezia langsung teringat KTP dan dompet Jonathan yang masih ada di balik bantalnya.

*****

Terpopuler

Comments

Sri Astuti

Sri Astuti

coba klo ga dibawa Kezia..dompet Jo hilang betulan

2023-08-19

0

MyRosse🥀

MyRosse🥀

sempitnya dunia halu ya, Key🤭

2022-09-16

0

Sharon

Sharon

ciayoo thor, kapan nih mereka ketemu lagi, gak sabar, kapan nih mulai bucin

2021-03-16

1

lihat semua
Episodes
1 Berangkat Ke Jakarta
2 Mencari Tempat Kos
3 Pertemuan Pertama
4 Marketing Eksekutif
5 KTP oh KTP
6 Kembali Bertemu
7 Ingin Bekerja
8 Kita Satu Tim
9 Penolakan Jonathan
10 Permohonan Maaf
11 Terjebak Hujan
12 Kemarahan Pak Ricky
13 Mulai Kuliah Lagi
14 Kangen
15 Menunggumu
16 Janjian
17 Bayangan Mantan
18 Janjian Lagi
19 Jalan-Jalan ke Mall
20 Perasaan Yang Tak Terungkap
21 Ada Yang Berubah
22 Ulang Tahun Jonathan
23 Hadiah Dari Kezia
24 Ada Rasa Cemburu
25 Ratna Pulang ke Medan
26 Janjian di Cafe
27 Mencoba Mengungkapkan
28 Papaku Arogan
29 Telepon Dari Medan
30 Resepsi Pernikahan Andri dan Rosi
31 Pulang ke Medan
32 Bertemu Keluarga Ratna
33 Ziarah
34 Kemarahan Keluarga Ratna
35 Mulai Mengumpulkan Uang
36 Terungkap Kenyataan
37 Mulai Menjaga Jarak
38 Menahan Rindu
39 Acara Launching di Kantor
40 Melepas Rindu
41 Ke Rumah Kezia
42 Mencicil Bayar Hutang
43 Percayalah Aku, Sayang
44 Datang Bulan
45 Hati-Hati, Bang!
46 Tetap Semangat
47 Cincin
48 Di Tolak Calon Mertua
49 Tetap Berjuang
50 Cinta Jonathan
51 Terpaksa Menginap
52 Syarat Jadi Menantu
53 Kedatangan Mario
54 Aku Cemburu Lho!
55 Di Hotel
56 Insting Seorang Kekasih
57 Kejar Target
58 Terpaksa Di Rawat
59 Di Jenguk Teman-Teman
60 Perubahan Suasana Kantor
61 Bertemu Mantan
62 Kesedihan Rosi dan Andri
63 Sekertaris Baru
64 Lupa
65 Calon Mertua VS Calon Menantu
66 Fitnah
67 Berita Viral
68 Penyelidikan
69 Belum Terungkap
70 Sikap Pak Ricky
71 Persiapan Lamaran
72 Kedatangan Binsar
73 Ke Salon
74 Pesta Pertunangan
75 Calon Menantu Kesayangan
76 Tegang
77 Bang Jo Pusing
78 Curahan Hati Ratna
79 Salah Paham
80 Menjalin Persahabatan
81 Main Ke Rumah Kezia
82 Persiapan Wisuda
83 Calon Istriku Sarjana
84 Masalah Ratna
85 Undangan Pernikahan
86 Pulang Kampung
87 Beli Rumah
88 Persiapan Pernikahan
89 Pesta pernikahan
90 Malam Yang Panjang
91 Ulah Jonathan
92 Bulan Madu
93 Persiapan Bulan Madu
94 Tragedy
95 Terpaksa Meninggalkan
96 Jonathan Panik
97 Bulan Madu Di Tunda
98 Ke Rumah Sakit
99 Bertemu Erin
100 Selamat Tinggal Nenek Buyut
101 Menginap Di Rumah Mertua
102 Kembali Pulang
103 Keinginan Kezia
104 Menjaga Istri
105 Jonathan Khawatir
106 Kejutan Buat Jonathan
107 Periksa Ke Dokter
108 Beli Susu Hamil
109 Mulai Masuk Kantor
110 Makan Siang
111 Nyonya Jonathan
112 Sekertaris Menyebalkan
113 Masalah Nando
114 Ulah Para Adik
115 Mengantar Ke Bandara
116 Masih Di Rahasiakan
117 Makan Siang Dengan Beni
118 Menjaga Adik
119 Akhirnya Ketahuan
120 Kabar Dari Nando
121 Pindah Rumah
122 Tetangga Baru
123 Pak Ricky Idola Para Ibu
124 Hadiah Untuk Pak Ricky
125 Naik Jabatan
126 Hal yang Tak Terduga
127 Pengakuan Jonathan
128 Nasihat Ricky
129 Pertemuan Mengharukan
130 Acara Tujuh Bulanan
131 Duka Cita
132 Curahan Hati Beni
133 Tentang Rasa
134 Undangan Beni
135 Mulai Cemburu
136 Kunjungan Ratna
137 Masih Menunggu
138 Mulai Kontraksi
139 Persiapan Persalinan
140 Selamat Datang Ke Dunia
141 Heart's Owner (End)
Episodes

Updated 141 Episodes

1
Berangkat Ke Jakarta
2
Mencari Tempat Kos
3
Pertemuan Pertama
4
Marketing Eksekutif
5
KTP oh KTP
6
Kembali Bertemu
7
Ingin Bekerja
8
Kita Satu Tim
9
Penolakan Jonathan
10
Permohonan Maaf
11
Terjebak Hujan
12
Kemarahan Pak Ricky
13
Mulai Kuliah Lagi
14
Kangen
15
Menunggumu
16
Janjian
17
Bayangan Mantan
18
Janjian Lagi
19
Jalan-Jalan ke Mall
20
Perasaan Yang Tak Terungkap
21
Ada Yang Berubah
22
Ulang Tahun Jonathan
23
Hadiah Dari Kezia
24
Ada Rasa Cemburu
25
Ratna Pulang ke Medan
26
Janjian di Cafe
27
Mencoba Mengungkapkan
28
Papaku Arogan
29
Telepon Dari Medan
30
Resepsi Pernikahan Andri dan Rosi
31
Pulang ke Medan
32
Bertemu Keluarga Ratna
33
Ziarah
34
Kemarahan Keluarga Ratna
35
Mulai Mengumpulkan Uang
36
Terungkap Kenyataan
37
Mulai Menjaga Jarak
38
Menahan Rindu
39
Acara Launching di Kantor
40
Melepas Rindu
41
Ke Rumah Kezia
42
Mencicil Bayar Hutang
43
Percayalah Aku, Sayang
44
Datang Bulan
45
Hati-Hati, Bang!
46
Tetap Semangat
47
Cincin
48
Di Tolak Calon Mertua
49
Tetap Berjuang
50
Cinta Jonathan
51
Terpaksa Menginap
52
Syarat Jadi Menantu
53
Kedatangan Mario
54
Aku Cemburu Lho!
55
Di Hotel
56
Insting Seorang Kekasih
57
Kejar Target
58
Terpaksa Di Rawat
59
Di Jenguk Teman-Teman
60
Perubahan Suasana Kantor
61
Bertemu Mantan
62
Kesedihan Rosi dan Andri
63
Sekertaris Baru
64
Lupa
65
Calon Mertua VS Calon Menantu
66
Fitnah
67
Berita Viral
68
Penyelidikan
69
Belum Terungkap
70
Sikap Pak Ricky
71
Persiapan Lamaran
72
Kedatangan Binsar
73
Ke Salon
74
Pesta Pertunangan
75
Calon Menantu Kesayangan
76
Tegang
77
Bang Jo Pusing
78
Curahan Hati Ratna
79
Salah Paham
80
Menjalin Persahabatan
81
Main Ke Rumah Kezia
82
Persiapan Wisuda
83
Calon Istriku Sarjana
84
Masalah Ratna
85
Undangan Pernikahan
86
Pulang Kampung
87
Beli Rumah
88
Persiapan Pernikahan
89
Pesta pernikahan
90
Malam Yang Panjang
91
Ulah Jonathan
92
Bulan Madu
93
Persiapan Bulan Madu
94
Tragedy
95
Terpaksa Meninggalkan
96
Jonathan Panik
97
Bulan Madu Di Tunda
98
Ke Rumah Sakit
99
Bertemu Erin
100
Selamat Tinggal Nenek Buyut
101
Menginap Di Rumah Mertua
102
Kembali Pulang
103
Keinginan Kezia
104
Menjaga Istri
105
Jonathan Khawatir
106
Kejutan Buat Jonathan
107
Periksa Ke Dokter
108
Beli Susu Hamil
109
Mulai Masuk Kantor
110
Makan Siang
111
Nyonya Jonathan
112
Sekertaris Menyebalkan
113
Masalah Nando
114
Ulah Para Adik
115
Mengantar Ke Bandara
116
Masih Di Rahasiakan
117
Makan Siang Dengan Beni
118
Menjaga Adik
119
Akhirnya Ketahuan
120
Kabar Dari Nando
121
Pindah Rumah
122
Tetangga Baru
123
Pak Ricky Idola Para Ibu
124
Hadiah Untuk Pak Ricky
125
Naik Jabatan
126
Hal yang Tak Terduga
127
Pengakuan Jonathan
128
Nasihat Ricky
129
Pertemuan Mengharukan
130
Acara Tujuh Bulanan
131
Duka Cita
132
Curahan Hati Beni
133
Tentang Rasa
134
Undangan Beni
135
Mulai Cemburu
136
Kunjungan Ratna
137
Masih Menunggu
138
Mulai Kontraksi
139
Persiapan Persalinan
140
Selamat Datang Ke Dunia
141
Heart's Owner (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!