Minggu pagi. Suasana rumah Naja masih terlihat sepi, hanya beberapa pelayanan yang hilir mudik membersihkan sisa kekacauan yang dibuat Naja serta teman-temannya tadi malam.
Sementara biang kekacauan masih pada tidur dengan pulas. Para gadis tidur bersama Abel di kamar tamu dan para lelaki di kamar Naja.
"Pasti ulah, Naja." gumam Cerry, ketika ia masuk ke dalam rumah dan melihat kondisi rumahnya yang kacau.
"Ya memang seperti itu kan, Abang, Ma." Sheril mengikuti langkah Mamanya menuju sofa.
Gadis berusia empat belas tahun itu, kemarin memang sengaja ikut dengan kedua orang tuanya ke luar kota.
"Bi, ada Abel, juga ya?"
"Iya, Nyonya. Non Abel sama teman-temannya juga ikut menginap di sini."
"Baguslah kalau ada, Abel." Cerry menghela napas lega.
"Ada apa, Sayang?" tanya Darrel yang baru saja masuk bersama Sandi. Ia duduk di samping Cerry.
"Biasa, Pa. Abang." jawab Sheril.
Darrel menggelengkan kepalanya, ia tahu putra sulungnya itu memang sering membuat kekacauan. Maka dari itu Darrel lebih keras pada Naja ketimbang sama Sheril.
"Kenapa lagi dia? Bikin ulah apa? Sekarang di mana anaknya?"
"Mas," Cerry menarik tangan suaminya itu agar kembali duduk. "Naja masih tidur, semalam dia nonton bola bersama teman-temannya. Tapi Mama nggak khawatir kok, soalnya ada Abel juga."
"Kamu kok percaya sekali sama gadis itu, Sayang." Darrel menatap heran pada sang istri, begitu juga dengan Sheril.
"Abel itu anak baik, Pa. Selama ini dia yang menjaga Naja dari pergaulan yang tidak baik di luaran. Apa, Papa, tidak merasa jika Naja banyak berubah setelah berpacaran sama Abel?"
"Iya sih, Ma. Ya sudahlah, kali ini Papa maafin anak itu. Papa ke ruang kerja dulu, ya." Darrel mencium pelipis istrinya kemudian berlalu dari tempat itu.
"Sheril juga mau istirahat ya, Ma." Sheril berlalu setelah mencium pipi wanita tercintanya itu.
Abel baru saja keluar dari kamar mandi saat mendengar suara seseorang dari ruang tengah yang kebetulan tak jauh dari kamarnya. Karena penasaran, Abel keluar.
"Loh, Mama. Sudah pulang?" Abel langsung menghampiri Cerry ketika melihat calon mertuanya di sana.
"Abel, sini Nak! Mama baru saja nyampe." Cerry melambaikan tangannya pada Abel.
Abel yang memang sudah dekat dengan Cerry tak canggung lagi ketika bertemu seperti ini. Ia langsung memeluk tubuh wanita tersebut.
"Mama kangen sekali sama kamu." Cerry mencium puncak kepala gadis dalam pelukannya itu.
"Sama Naja, nggak, Ma?" Cerry dan Abel melepaskan pelukannya saat mendengar suara Naja di belakang mereka.
"Nggak deh, Mama kangennya sama Abel doang kok." Cerry melengos membuang muka ketika melihat tampang kusut putranya itu, ia yakin jika Naja baru saja bangun tidur.
Abel terkekeh melihat wajah cemberut Naja, moment seperti ini yang sangat ia rindukan ketika berada di tengah keluarga pacarnya itu. Mengingat dirinya yang besar tanpa seorang ibu, Abel merasa sang mama hidup kembali dalam diri Cerry.
"Kakak! Sheril rindu." Tiba-tiba Sheril pun datang dan langsung memeluk Abel.
"Beuh semuanya aja, rindu Abel. Aku mah apa atuh, cuma gantungan kunci doang." gerutu Naja, ia duduk di sofa membiarkan ketiga perempuan tersayangnya itu melepas rindu.
Sudah biasa jika ketiganya berkumpul, ia selalu diabaikan. Tapi Naja bahagia, tanpa perlu repot menyatukan ketiganya sudah lebih dulu dekat. Mungkin karena Abel terlalu baik sehingga keluarga itu langsung menyayanginya sejak awal ia membawanya ke rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Waahh Naja ketahuan nih, sebelum2 nya jd cowok gak bener,Asal jgn jd pemain yg suka celap celup ya Ja..
2024-01-26
0
Nafla Gege
kasian Naja dianggurin gak ad yg peluk. Sini gue peluk klo iri 😄😄😄😄
2021-07-03
0