Lebih tepatnya satu tahun yang lalu...
Hari lebaran Idul Fitri ditahun ke-14 pernikahan aku dan Abim. Awal Prahara kehancuran rumah tangga ku ditahun ini.
Seperti biasa tahun-tahun sebelumnya, kami sekeluarga selalu bersilahturahmi kerumah orang tua dan sanak saudara. Serta berziarah ke makam.
Abim memakirkan mobilnya. Kemudian kami berempat turun dari mobil dan berjalan kedalam. Disana sudah banyak keluarga dari keluarga Effendi datang berkunjung.
"Assalamualaikum." Ucap kami berempat secara bersamaan!
"Waalaikumsalam!" Jawab serempak.
Kami saling bersalaman untuk meminta maaf atas salah dan khilaf kepada kedua orang tua dan keluarga yang ada.
Setelah acara sungkeman selesai, Abim duduk sendiri sambil memainkan ponselnya. Tanpa ikut berbincang dengan keluarga besarnya.
Aku yang melihat lalu menghampiri. "Ayah, mau makan ketupat nggak." Tanya ku dan Abim menolaknya!
"Enggak bun! Bun boleh gak, ayah pergi kerumah teman untuk silahturahmi?"
"Boleh, tapi kerumah siapa yah?" Tanya ku balik pada Abim sedikit curiga!
"Kerumah Yusuf!"
"Boleh, ayah ajak anak-anak aja!"
"Kalau ajak anak-anak, bisa gak sabar minta pulang bun! Sendiri aja ya!" Protes Abim yang tidak biasa bersikap seperti itu!
"Lagian mau ada keluarga yah! Kenapa harus pergi!" Aku bertanya kembali!
"Iya nanti juga ketemu! Boleh ya bun!"
"Ya sudah, tapi jangan lama. Kita harus kerumah mama sama papa."
"Iya sayang!"
Abim lalu beranjak dari duduknya dan pergi kekamarnya untuk bersiap-siap! Aku yang merasakan keanehan dari sikap Abim dari hari kehari makin berubah tidak biasanya!
Ah, apa itu hanya perasaan ku saja. Tapi memang aneh! Pikir ku yang terus saja pikiran itu ada diotak ku.
Abim berpamitan dengan ku, kedua orang tuanya dan keluarga yang lain!
Setelah berpamitan Abim langsung pergi dengan membawa mobilnya!
Perasaan ku kali ini semakin menjadi tidak karuan, entah sejak kapan kurasakan seperti ini. Tapi perasaan ini semakin menjadi diiringi dengan perubahan sikap Abim.
Mama Ainun datang mendekat pada ku yang sedang duduk sendiri.
"Sayang sedang apa disini?" Tanya mama Ainun yang melihat ku duduk sendiri dan melamun.
"Mama, aku tidak apa-apa! Tidak perlu khawatir!"
"Tapi mama perhatikan, kamu sedikit cemas." Tanya mama Ainun kembali.
"Begini, ma! I..ini mengenai insting seorang perempuan atau bukan. Tapi ..." Kata ku sambil menjelaskan semuanya pada mama Ainun.
"Tidak mungkin Abim selingkuh." Bela mama Ainun pada anaknya.
"Ada lagi ma! Mas Abim pernah meminta izin untuk menikah lagi. Lalu aku tolak saja. Sampai-sampai aku menangis."
"Ehmm. Bercanda kali! Sudah jangan kamu pikirkan ya, Manda!" Rayu mama Ainun dengan memeluk ku.
"Ma, pernah juga aku menemukan isi pesan WhatsApp didalam ponsel mas Abim dengan perempuan lain. Yang kata-katanya itu begitu mesra."
"Kamu jangan terlalu curiga pada suami. Percaya saja bahwa Abim tidak akan selingkuh." Kata mama Ainun yang kata-katanya terus membela anaknya.
Pergi aku cerita pada Ainun, karena ia juga tidak mempercayai ku.
****
Setelah lebaran ..
Abim berpamitan pergi, yang alasannya ada reuni. Aku sudah terlanjur menginzinkannya. Padahal perasaan ku semakin tidak karuan saja. Semenjak kepergiannya keacara reuni sekolah.
Ingin rasanya mencari tau dan bertanya pada teman-teman sekolahnya. Tapi bagaimana kalau itu semua benar. Nantinya malah akan menjadi masalah. Aku semakin binggung, berusaha untuk mengontrol perasaan ku. Tetap berpikir positif.
.
.
Hingga hari kepulangannya? Terdapat senyuman yang lebar diwajahnya. Ia bercerita segala macam mengenai liburannya pada ku.
Awalnya aku bersikap sewajarnya.
Tapi hari demi hari sikapnya makin menunjukkan ketidakwajaran. Ada yang aneh dari Abim. Semakin jauh dari ku.
Aku merasakan sikap Abim yang berubah, bukan pada ku saja. Tapi pada anak-anak juga!
Ponselnya selalu ada digengamannya. Tidak boleh disentuh, walaupun Aisyah menyentuhnya. Selalu dibawa kemana pun bahkan kekamar mandi pun dibawa! Pulang telat, tidur malam terkadang sampai shubuh baru bisa tertidur pulas.
Bagaimana bisa aku diam saja! Aku marah dengan sikap Abim. Mencoba berbicara dari hati kehati. Tapi ia tidak berkata yang sebenarnya. Hingga sampai saat puncaknya, aku benar-benar sudah kecewa atas sikapnya. Marah! Tidak bisa mengontrol diri ku.
"Mas, coba jelaskan ada apa? Jangan bohong sama aku!" Kata ku sambil berteriak dan menangis.
Abim terdiam sejenak, binggung dengan apa yang harus ia katakan pada ku. Kebohongan apa lagi yang mau ia sampaikan. Sambil menggaruk-garuk kepalanya dan bersujud dibawah kaki ku. Ia berkata. "Bun, maafkan ayah, ayah khilaf! Ayah salah. Bunda janji gak akan tinggalin ayah?"
Deg..deg..
Astaghfirullah allazim, apa yang kamu barusan ucapkan mas! Kesalahan apa? Apa benar perasaan ku mangatakan bahwa kamu selingkuh. Batin ku.
"Jawab mas! Jujur jangan bohong lagi! Apa kamu selingkuh?"
"Iya!"
Aku menoleh kan muka kearah kiri, seakan tidak percaya yang Abim katakan. Lalu menjawab dengan pelan dan sabar! "Aku akan memaafkan kamu, tapi jangan kamu ulangin lagi."
"Apa benar kamu akan memaafkan kesalahan ku yang sudah fatal."
"Ma..maksud kamu apa mas?" Tanya ku heran dan binggung!
"Aku sudah menikah lagi!" Jawabnya dan masih bersimpu dikaji ku.
"Apa! Tega kamu mas, aku kira kamu cuma sekedar jalan Sajam Tapi kamu sudah menikah!"
"Aaaaaaa!"
"Maafkan aku!"
Abim meminta maaf pada ku, tetapi aku tidak bisa memaafkan Abim begitu saja, semua yang ia lakukan pada ku terlalu menyakitkan.
****
Setelah kejadian itu, aku diam pada Abim. Hanya mengurus keperluan Abim saja. Aku juga tidak mau disentuh oleh Abim. Perasaan jijik karena ia telah disentuh oleh wanita lain selain diri ku.
.
.
Sejak saat itu, aku memberitahukan semuanya pada orang tua ku dan orang tua Abim.
Mereka kaget seakan tidak percaya, tapi semua telah terjadi.
Dari situlah rumah tangga ku menjadi kacau, tidak harmonis lagi! Selalu ada pertengkaran dengan pembahasan orang ketiga.
.
.
Mulai dari memanggil pak ustad untuk menengahkan masalah kami berdua tetap saja tidak ada jalan keluar. Karena Abim maunya tetap mau aku dan dia! Karena merasa bertanggung jawab atas keduanya dan ingin memperbaiki keduanya!
Sampai-sampai ia terus mendesak ku untuk menerima pernikahannya.
.
.
Keluar masuk rumah seenaknya, seakan tidak ada masalah! Itu yang Abim lakukan.
Aku tidak ingin dipoligami! Tapi aku juga bermimpi tidak ingin pernikahan ku hancur. Pertentangan anak-anak yang tidak ingin mempunyai ayah tiri dan ibu tiri atas dukungan mertua ku! Semuanya membuat ku kembali berpikir apakah harus terus mempertahankan rumah tangga yang sudah tidak ada rasa nyaman lagi.
Sebuah keputusan yang sulit untuk ku ambil sampai berbulan-bulan lamanya! Itu tidaklah mudah.
Butuh keberanian, untuk menghadapi semua tentangan! Jika aku tidak berani mengambil suatu keputusan maka aku tidak akan pernah bahagia dengan rumah tangga ku!
.
.
.
Tapi sampai detik ini, aku belum mempunyai keberanian...
****
Semenjak kejadian itu, aku sedikit menjauh darinya. Melayani suami hanya suatu kewajiban . Tapi sebenarnya aku sudah enggan.
Aplagi Abimanan tidak pernah bisa meluangkan waktu untuk ku dan anak lagi. Di sudah sibuk dengan dunianya sendiri dan pekerjaannya.
Abim ada tapi bagi kami, ia seperti tidak ada.
Sebisa ku dan semampu ku untuk selalu membuat mereka bahagia. Membuat mereka tersenyum bahagia.
...****Happy reading...
...💕 Happy reading 💕...
Like
Fav
Rate..
Vote juga boleh
🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Tri Widayanti
Perlu dirukyah si Abim
2021-12-09
0
☾⃟ℳoon - Moon 🌙
semangat
2021-11-07
1
𝕽𝖈⃞Butirn𝕵⃟dBUᶜʙᵏⁱᵗᵃ
semangat🔛🔥🔛🔥🔛🔥
2021-10-14
0