"Halo, Tante?" sapa seorang wanita cantik yang baru saja masuk ke ruang makan.
"selamat malam, Om." Pandangannya beralih pada pria paruh baya yang duduk di ujung meja. Zain yang merupakan ayah Tahta itu hanya mengangguk tanpa ekspresi.
Cinta mengambil kursi tepat di sebelah pria tampan yang sedang duduk di depan wanita paruh baya. Senyum manis nan cerah dia lemparkan pada Tahta dan disambut dengan hangat oleh pria berkulit putih tersebut.
"Nana tidak ikut, Ta?" tanya Laras sambil meladeni suaminya.
"Katanya banyak tugas, Tante. Sebentar lagi ujian praktek Nana."
"Oh iya, dia sudah mau kelas tiga, ya. Apa pekerjaanmu lancar di sekolah?" tanya wanita paruh baya tersebut sambil mengambil beberapa lauk di hadapannya.
"Untuk wanita bermulut manis sepertinya tidak akan sulit menaklukkan hati anak-anak, Ibu," celetuk Tahta yang ada di sampingnya.
Wanita itu melayangkan cubitan kecil dan mendarat bebas di pinggangnya. Tahta sedikit menggeliat dan mengaduh kesakitan dan menatap gemas ke arah wanita yang disapa Cinta itu.
"Apa lihat-lihat?" ketus Cinta menatapnya berani.
"Sudah, ayo cepat makan," sela Laras menghentikan pertikaian antara keduanya.
Suasana ruang makan tersebut menjadi hening setelahnya. Hanya terdengar suara dentingan sendok yang bertabrakan dengan piring keramik sesekali.
Tahta sudah hampir menyelesaikan ritual makan malamnya. Namun mata berwarna coklat itu tiba-tiba terarah pada ayah dan ibunya secara bergantian. Dia menggigit bibir bawah dan bola matanya menjadi tidak tenang. Dia kemudian meletakkan sendok dengan garpu yang menyilang di atasnya di sisi kanan piring dan mengelap mulutnya.
Tahta menarik napas dengan rakus dan mengeluarkan perlahan. Dia melirik satu per satu orang-orang yang juga sudah hampir menghabiskan makanan mereka.
"Ibu," ucapnya perlahan.
Laras mengarahkan tatapan matanya pada Tahta, pria yang terlihat gugup tersebut.
"Aku ... aku ingin memperkenalkan kekasihku pada kalian," sambungnya terlihat sedikit ragu.
Seketika Cinta menghentikan tangannya yang sedang menyendok nasi. Makanan berwarna putih yang tinggal satu sendok itu tercecer kembali ke dalam piring saat tangan itu melepasnya. Jantung Cinta serasa berhenti berdetak saat itu juga. Bibir tipisnya sedikit terbuka dan lidahnya seolah menjadi kelu.
"Ke–kekasih?" gumamnya lirih hampir seperti bisikan dengan bibir bergetar.
"Kau punya kekasih? Aku tidak pernah melihatmu bersama wanita," tanya Laras tidak yakin dan mendapat anggukan dari putranya.
"Kau benar-benar mencintainya?"
"Tentu, Bu. Hubungan kami bahkan sudah berjalan selama dua tahun," jawab Tahta mantap.
Jedaaar!
Hati Cinta remuk seketika. Kini jantung yang semula serasa terhenti itu menjadi berdetak tak karuan. Rasa nyeri seperti tersayat pisau bersarang di dadanya. Ingin sekali dia berteriak bahwa semua itu tidak benar, tapi kenyataannya berkata bahwa itu nyata.
Dua tahun? Bagaimana mungkin bisa? Siapa wanita itu? Apa–Apa yang harus aku lakukan sekarang? batin Cinta sambil berusaha membendung air matanya.
"Apa Ayah mau menemuinya?" tanya Tahta menatap ayahnya yang masih sibuk menyantap makan malamnya tanpa menghiraukan percakapan mereka.
"Ayah tidak akan peduli dengan urusan asmaramu selama kau masih bisa bekerja dengan baik, membuat perusahaan itu berkembang, dan tidak merusak nama baik ayah," jawab Zain datar.
"Dari keluarga mana dia?" sambung Zain masih tanpa menatap putranya.
"Keluarga Almar. Bella Almar."
"Lumayan. Keluarganya cukup terpandang dan usaha keluarga Almar juga cukup besar."
Senyum tersungging di bibir tipis Tahta. Dia melemparkan pandangan pada Laras dan mendapat anggukan dari wanita paruh baya itu. Kembali sebuah senyuman yang semakin panjang muncul. Hari yang dia tunggu-tunggu selama dua tahun ini akhirnya datang juga. Tahta sudah berusaha sebaik mungkin untuk menutupi hubungan asmaranya dari siapapun termasuk keluarganya agar tidak muncul masalah. Dan ini adalah akhirnya, dia bisa melihat masa depan yang indah bersama pujaan hatinya.
Kini Tahta mengalihkan pandangan pada Cinta. Wanita yang sedang mencengkeram erat dress bawahnya dengan kedua tangan. Wajah pucatnya tertutup oleh make up yang dia kenakan, tapi meskipun samar dapat terlihat jika matanya sedikit memerah.
"Cinta." Jentikan jari Tahta menyadarkan wanita itu.
"Ah! Iya, se–selamat, ya." Cinta memaksakan diri untuk tersenyum pada pria yang sudah dicintainya selama tiga tahun terakhir.
"Selamat apa? Kau harus datang ya besok."
"Ehm ... aku usahakan. Oh, iya aku lupa aku harus bantuin Nana ngerjain tugasnya. Aku sudah janji akan pulang cepat," ucap Cinta tiba-tiba menenteng tasnya. "Tante, Om, Cinta pamit dulu, ya."
Bergegas wanita cantik itu melangkah lebar keluar dari ruangan yang serasa tidak ada udara yang bisa dihirupnya itu. Membanting pintu mobilnya, wanita yang sudah bercucuran air mata itu menginjak pedal gas mobilnya dan melesat dengan kecepatan tinggi membelah jalanan ibukota Malaysia.
...Bersambung .......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Lhelie
visualnya kok ke barat² sih thor aku ganti dalam khayalan oppa korea aja thor😂😂
2023-10-14
2
Nacita
yahhhhh anda bukan jodohnya cinta 😂
2022-01-31
0
Watilaras
cinta....tahan yaa..walau nyeri..sabar...💔💔💔💔💔💔
2021-08-13
1